Saham

Saham Treasury, Bagaimana Cara untuk Mencatatnya?

Ajaib.co.id – Sejumlah emiten memiliki saham treasury atau treasury stock, seperti Bank Rakyat Indonesia dan Telkom. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan saham treasury? Manfaat apa yang bisa dirasakan bagi emiten yang memiliki treasury stock?

Saham treasury dapat diartikan sebagai saham yang dibeli kembali oleh manajemen perusahaan dari pasar. Saham treasury bisa bersifatsementara waktu atau selamanya. Namun, pada umumnya, saham ini bersifat sementara. Suatu saat, emiten dapat melepas kembali saham treasury kepada publik, seperti yang dilakukan oleh Sido Muncul belum lama ini.

Tentu bukan tanpa alasan sebuah emiten memiliki saham treasury atau membeli kembali saham dari pasar. Saat harga saham emiten sedang turun drastis, misalnya, emiten tersebut bisa membeli kembali saham.

Tak sekadar profit oriented, pembelian saham kembali dilakukan sebagai salah satu upaya menjaga harga saham agar tidak turun terlalu tajam. Pada situasi tertentu, misalnya market crash, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong aktivitas membeli saham kembali. Selain itu, sumber treasury stock bisa juga berasal dari pelunasan utang, sumbangan, atau hadiah.

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi suatu emiten membeli kembali saham yang beredar, yaitu:

·  Menjualnya kembali ke pegawai perusahaan.

·  Mendongkrak harga saham.

·  Membagikannya sebagai dividen.

·  Menukar surat-surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan lain.

Sebagai ilustrasi, berikut adalah gambaran singkat mengenai treasury stock. Pada tahun 2018, perusahaan A melakukan IPO dengan melepas 35% sahamnya kepada publik. Jadi, perusahaan A masih memiliki 65% saham.

Namun, pada 2020, pasar saham mengalami gejolak, terutama sektor industri yang digeluti oleh perusahaan A. Harga saham perusahaan A terjun bebas. Manajemen menilai bahwa salah satu upaya untuk menekan penurunan harga saham adalah dengan cara pembelian kembali saham (buyback).

Manajemen perusahaan A bisa saja tak membeli 35% sahamnya yang dimiliki oleh publik. Perusahaan A mungkin saja hanya membeli sebagian, misalnya 3% saham yang beredar di pasar. Saham sebanyak 3% yang dibeli kembali itulah yang dimaksud dengan saham treasury.

Di manakah treasury stock tercatat pada laporan keuangan? Ada dua metode untuk mencatat saham treasury atau transaksi saham yang dibeli kembali, yakni

1. Metode nilai nominal

Metode ini dinilai sebagai pemberhentian peredaran sebagian saham yang beredar.

2. Metode harga perolehan

Metode ini dinilai sebagai tambahan terhadap elemen modal yang penyelesaiannya belum ditentukan.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini merupakan transaksi dan cara pencatatan jurnal untuk perubahan saham yang dibeli kembali.

Cara 1:

Suatu perusahaan yang memiliki transaksi saham treasury dapat melakukan debit rekening modal saham dengan nilai nominal yang dibeli kembali.

Contoh untuk cara pertama ini ialah sebagai berikut. Perusahaan membeli 100 lembar saham yang beredar dengan harga Rp1.300 per saham di tahun 2016. Harga jual saham tersebut di tahun 2014 ialah Rp1.200 per saham. Maka, ada selisih sebesar Rp100.

Perusahaan memutuskan transaksi saham treasury tersebut untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Nah, selisih Rp100 dikalikan 100 lembar itulah yang dialokasikan sebagai pembagian dividen dan dibebankan pada rekening Laba Tidak Dibagi atau Laba Ditahan.

Kemudian, terjadi debit pada rekening modal saham sebesar Rp1.000 x 100 lembar. Sementara itu, rekening agio saham dibatalkan. Jumlah agio saham yang dibatalkan sebanding dengan agio yang diperoleh pada saat saham tersebut dijual tahun 2014, yaitu sebesar Rp200 per lembar.

Cara 2:

Pencatatan rekening saham treasury juga bisa dilakukan dengan melakukan debit. Artinya, saldo  pada modal saham dikurangi. Sekilas, cara 2 ini tak berbeda jauh dengan cara 1. Namun, perbedaannya adalah pada rekening yang dipakai mencatat pembelian saham.

Pada cara 1, debit untuk transaksi pembelian saham sendiri dicatatkan pada rekening modal saham, sedangkan pada cara 2 pencatatan debit terjadi pada rekening saham treasury.

Perbedaan juga bisa dilihat dari kredit. Pada cara 1, pencatatan kredit penjualan saham treasury dilakukan pada rekening modal saham, sedangkan pada cara 2 pencatatan kredit terlihat pada rekening saham treasury.

Masih bingung? Mari kita simak contoh pencatatan lainnya di bawah ini. Perusahaan A menerima sumbangan saham sendiri 100 lembar pada tanggal 12 Agustus 2018.

Nominalnya ialah Rp1.000 per saham. Saham-saham tersebut dijual kembali dengan harga Rp1.200 per lembar.

Pada tanggal 17 September 2019, perusahaan menjual kembali saham-saham tersebut seharga Rp1.100 per lembar.

Maka, pencatatan transaksinya bisa terlihat sebagai berikut:

12 Agustus 2018:

Saham treasury (debit) = Rp100.000

Saham Agio (debit) = Rp20.000

Modal sumbangan (kredit) = Rp120.000

17 September 2019:

Kas (debit) = Rp110.000

Saham treasury (kredit) = Rp100.000

Modal sumbangan (kredit) = Rp10.000

Sumbangan yang diterima perusahaan A akan dicatat mengurangi nilai buku aktiva. Dengan catatan, saham yang disumbangkan tersebut karena adanya penilaian terlalu tinggi terhadap aktiva yang diterima untuk menukar saham.

Sementara itu, catatan memo saat saham itu dijual kreditnya adalah Aktiva. Untuk lebih rincinya, perusahaan B menerima 100 lembar saham biasa sebagai sumbangan. Pada waktu pertukaran, aktiva dinilai terlalu tinggi. Maka, saham-saham tersebut kemudian dijual Rp900 per lembar.

Transaksi-transaksi tersebut dicatat sebagai berikut:

Diterima dari GM berupa 100 lembar saham biasa. Nilai nominal @Rp1.000.

Maka, penjualan saham dengan harga Rp900 per lembar dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Kas (debit) = Rp90.000

Aktiva (kredit) = Rp90.000

Agar menghindari kesalahpahaman, ada baiknya suatu perusahaan menyusun Standard Operating Procedure (SOP) untuk melakukan pencatatan saham treasury.

Artikel Terkait