Analisis Saham

Saham TOPS Masih Suram Meski Sukses Cetak Laba Rp100 Juta

Ajaib.co.id – PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) adalah perusahaan jasa konstruksi swasta dengan spesialisasi pada gedung bertingkat yang secara resmi berdiri pada tahun 1996. Proyek pertamanya, Mall dan Condominium Taman Anggrek, merupakan superblok terbesar di kawasan Asia Tenggara pada zamannya.

Selama bertahun-tahun berikutnya, Totalindo Eka Persada membangun portofolio tebal yang mencakup proyek-proyek swasta dan pemerintah. Beberapa proyeknya yang sudah selesai antara lain apartemen Green Sedayu, South Hills Residence, Klapa Village Tower A, dan Rusun Polri.

Sedangkan proyek yang sedang berlangsung mencakup Sedayu City, Klapa Village Tower B, SKYHOUSE Alam Sutera, The Parc South City, Kingland Avenue Apartment, dan Arandra Residence. TOPS juga tengah menggarap proyek Pusat Pemulihan Aset Kejaksaan RI.

TOPS melakukan pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia pada 16 Juni 2017 dengan harga penawaran Rp310 per lembar. Saham TOPS saat ini memiliki market cap sebesar Rp1,67 triliun dengan harga penutupan Rp50 per lembar pada tanggal 9 Juni 2021.

Kepemilikan saham TOPS terbesar berada di tangan duo pengendalinya, yakni PT Totalindo Investama Persada (58,76%). Sisanya terbagi antara PT Mahkota Properti Indo Senayan (9,77%) dan masyarakat (31,47%).

Saham TOPS terperosok ke level gocap sejak Februari 2020 hingga kini, setelah kinerja keuangannya memburuk. Seburuk apakah itu? Dan bagaimana kinerja bisnisnya sekarang? Mari kita analisis saham TOPS lebih lanjut.

Kinerja Laporan Keuangan Terakhir

Laporan keuangan TOPS untuk kuartal pertama tahun 2021 menunjukkan bahwa perusahaan sudah berhasil meraih laba lagi. Berikut rangkuman kinerja laba TOPS berdasarkan laporan keuangan terakhir (dalam juta rupiah kecuali jika dinyatakan secara khusus):

Data di atas menunjukkan bahwa hasil penjualan dan pendapatan usaha TOPS sudah mulai bangkit dari keterpurukan selama periode awal pandemi Covid-19. Namun, indikasi pemulihan ini perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan kinerja yang konsisten selama bulan-bulan berikutnya hingga akhir 2021 mendatang.

Riwayat Kinerja

Bagaimana dengan rasio-rasio keuangan TOPS dari tahun ke tahun? Berikut ini perbandingan kinerja keuangan TOPS sejak kuartal terakhir 2017 hingga kuartal pertama 2021:

Beberapa rasio penting dalam tabel di atas menunjukkan terjadinya kemerosotan kinerja yang sangat signifikan antara tahun 2018 dan tahun 2019. Perusahaan akhirnya membukukan kerugian besar setelah beberapa tahun mengalami penurunan laba, padahal kondisi makro dan kinerja emiten konstruksi lain pada saat itu masih cukup baik. Tak heran jika harga sahamnya terjun bebas hingga mencapai Rp50.

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

Sejak IPO pada tahun 2017, TOPS belum pernah memberikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Dengan mempertimbangkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin memburuk dari tahun ke tahun, keputusan tersebut dapat dipahami.

Satu-satunya aksi korporasi signifikan yang pernah dilakukan oleh TOPS adalah stock split pada Juli 2018. Stock split tersebut memberlakukan rasio saham lama banding saham baru sebesar 1:5, sehingga semestinya cukup menguntungkan bagi pemegang saham.

Sayangnya, harga saham TOPS justru merosot terus sejak saat itu hingga tertidur pada harga Rp50 per lembar selama lebih dari setahun terakhir.

Prospek Bisnis TOPS

Kabar paling anyar menyebutkan bahwa Totalindo Eka Persada lolos dari gugatan PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Hal ini menghapus salah satu risiko yang mengancam TOPS, meski tak serta-merta memperbaiki outlook perusahaan.

Ceritanya berawal ketika perusahaan menjadi sasaran gugatan PKPU dari salah satu subkontraktornya yang menggarap proyek Podomoro City Deli, Medan. Sang subkontraktor mengeluh tak dibayar, sedangkan TOPS berdalih mitra kerja itu lah yang tidak menyelesaikan pekerjaan sesuai kesepakatan.

Gara-gara gugatan yang dilayangkan pada bulan April tersebut, saham TOPS sempat memperoleh label notasi khusus (M) dari otoritas BEI. Untungnya, pengadilan menolak gugatan PKPU atas TOPS pada akhir bulan Mei.

Belum ada kabar baru dari manajemen TOPS tentang apa rencana mereka setelah gugurnya gugatan PKPU. Pada akhir tahun 2020, manajemen mengungkapkan akan berfokus meningkatkan sistem IT guna mendukung operasional perusahaan dan meningkatkan perolehan kontrak baru.

Namun, perusahaan belum menentukan target tertentu selain menggarap beragam proyek yang sudah ada dalam pipeline perusahaan.

Kesimpulan

Kinerja saham TOPS memang sedikit membaik pada kuartal pertama tahun 2021. Akan tetapi, perbaikan tersebut belum mengubah tren penurunan kinerja yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Rasio utang tinggi, sedangkan beragam proyek perusahaan belum mampu menghasilkan margin laba (NPM) yang cukup menarik.

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa saham TOPS bukanlah pilihan investasi yang bagus untuk saat ini. Kalau kamu berminat untuk berinvestasi pada saham konstruksi, banyak emiten lain yang lebih prospektif.

Emiten kontraktor yang berprospek baik di era krisis seperti ini utamanya adalah perusahaan-perusahaan BUMN (bukan swasta), karena mereka lah yang mendapat prioritas dalam proyek-proyek infrastruktur pemerintah.

Kita baru boleh melirik saham TOPS lagi kelak apabila kondisi keuangannya telah membaik. Umpamanya jika rasio utang menurun, margin laba meningkat, atau perusahaan memperoleh suntikan dana dari investor besar.

Artikel Terkait