Ajaib.co.id – PT Paramita Bangun Sarana Tbk (PBSA) merupakan perusahaan kontraktor umum yang memiliki tiga lini bisnis, yakni jasa konstruksi bangunan sipil, pekerjaan mekanikal dan elektrikal, serta pembukaan lahan. Sejak berdiri pada tahun 2002, perusahaan telah menggarap proyek di seluruh penjuru Indonesia.
Beberapa proyek yang pernah dikerjakan oleh Paramita Bangun Sarana antara lain kilang minyak untuk PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) di Jakarta, pabrik oleochemical di Lubuk Gaung untuk PT Energi Sejahtera Mas, dan masih banyak lagi.
Klien-klien perusahaan termasuk juga PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), serta PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).
Paramita Bangun Sarana melakukan pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 28 September 2016 dengan harga penawaran Rp1.200 per lembar. Saham PBSA saat ini memiliki market cap sebesar Rp787,50 miliar dengan harga penutupan Rp505 per lembar pada 14 Juni 2021.
Kepemilikan saham PBSA terbesar berada di tangan pemegang saham pengendalinya, yaitu PT Ascend Bangun Persada (46,157%) dan PT Sigma Mutiara (44,23%). Sebesar 9,613% sisanya berada di tangan masyarakat.
Kinerja Laporan Keuangan Terakhir
PT Paramita Bangun Sarana Tbk mencetak kenaikan laba signifikan pada laporan keuangan akhir tahun 2020. Berikut rangkuman kinerja laba berdasarkan laporan tersebut (dalam miliar rupiah kecuali jika dinyatakan secara khusus):
Total aset PBSA berkurang 2,9% menjadi Rp702,23 miliar dalam laporan akhir tahun 2020 dibandingkan Rp722,90 triliun pada tahun sebelumnya. Ekuitas juga berkurang menjadi Rp535,83 miliar dari sebelumnya Rp537,69 miliar. Demikian pula liabilitas menurun menjadi Rp166,21 miliar dari sebelumnya Rp185,06 miliar.
Data menunjukkan bahwa kinerja laba PBSA cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun, tetapi perusahaan cukup tangguh karena tetap mampu bertahan di tengah pandemi COVID-19. Penjualan dan pendapatan usaha hanya menurun moderat, sedangkan beban-beban berhasil ditekan. Alhasil, laba PBSA justru meningkat.
Riwayat Kinerja
Apakah rasio-rasio keuangan PBSA sama tangguhnya dengan laporan laba/rugi? Berikut ini perbandingan kinerja keuangan PBSA selama empat (4) tahun terakhir:
Tabel di atas menunjukkan bahwa PBSA secara umum memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menghasilkan laba dan mengendalikan rasio utang. Kinerja sempat menurun beruntun dari tahun 2017 sampai 2019, tetapi bangkit lagi pada tahun 2020.
Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham
Setelah menggelar IPO pada 2016 hingga kini, saham PBSA belum pernah absen membagikan dividen tiap tahun. Berikut ini riwayat pembagian dividen saham PBSA sejak 2017 (dari laba tahun fiskal 2016) hingga 2020 (dari laba tahun fiskal 2019):
Prospek Bisnis PBSA
Prospek bisnis kontraktor swasta seperti Paramita Bangun Sarana pada dasarnya tergantung pada pemulihan ekonomi makro dan perolehan proyek berikutnya pasca-pandemi Covid-19.
Sayangnya, pandemi berkepanjangan akibat penyebaran varian-varian virus baru dari mancanegara. Hal ini berisiko mendorong banyak perusahaan menunda pendirian pabrik atau unit usaha baru ke tahun 2022 atau lebih lama lagi.
Perusahaan kontraktor BUMN biasanya mendapatkan prioritas untuk menggarap proyek-proyek pemerintah yang diluncurkan dalam rangka stimulus fiskal, pembangunan infrastruktur, dan pemulihan ekonomi nasional. Namun, persaingan yang dihadapi oleh kontraktor swasta lebih ketat.
Sejauh ini, pihak manajemen PBSA belum memaparkan bagaimana strategi bisnisnya ke depan. Mengingat segmen utama perusahaan selama ini condong pada swasta (bukan proyek pemerintah), PBSA kemungkinan masih akan menghadapi kondisi bisnis yang menantang hingga akhir tahun 2021.
Harga Saham PBSA
Saat artikel ini ditulis (14/06/2021), rasio-rasio saham PBSA tidak terlalu murah tapi juga tidak terlalu mahal. PBV PBSA sebesar 1,41x, sedangkan PER-nya sebesar 17,57x.
Sejumlah emiten konstruksi BUMN yang lebih populer memiliki rasio PBV dan PER lebih murah, tetapi itu karena mereka mencetak kerugian atau defisit cash flow selama pandemi sehingga sahamnya tak laku di pasar.
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memiliki PBV 0,84x dan PER 37,01x. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) memiliki PBV 1,91x dan PER -1,95x. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) memiliki PBV 0,63x dan PER 130.01x.
Apabila menilik rasio-rasio ini saja, maka PBSA termasuk saham yang berfundamental cukup baik. Namun, pemulihan kinerja kontraktor pelat merah pasca-pandemi kemungkinan lebih cepat daripada perusahaan kontraktor swasta. Faktor ini patut dipertimbangkan jika kamu ingin berinvestasi di sektor konstruksi.
Selain itu, calon investor perlu mencermati angka kapitalisasi pasar (market cap) PBSA yang hanya sebesar Rp787,50 miliar. Saham berkapitalisasi di bawah Rp1 triliun tergolong small cap yang berisiko tinggi dan kurang cocok untuk investor pemula.