Saham

Saham Tesla Melonjak Laporan Q2 Keluar, Ada Apa?

Ajaib.co.id – Dijuluki sebagai Iron Man versi dunia nyata, Elon Musk merupakan pengusaha terkemuka dunia yang memiliki sejumlah unit bisnis yang sukses, di antaranya SpaceX, Starlink, SolarCity, dan yang paling populer adalah Tesla. Berdiri pada 2003, Tesla.Inc merupakan perusahan otomotif pertama yang berfokus pada produksi mobil sport elektrik komersial. Tujuan awal perusahaan mobil ini sangat sederhana, mereka tidak ingin umat manusia bergantung pada bahan bakar minyak dan beralih ke bahan bakal nol emisi.

Di awal perkembangannya, Elon Musk menjadi investor perusahaan ini sekaligus menjabat sebagai Chairman pada tahun 2005. Mobil pertama yang diproduksi Tesla adalah Roadster pada 2006 yang merupakan mobil pertama di dunia yang pertama kali mengunjungi luar angkasa pada 2018 dengan mengorbit matahari. Tidak hanya itu, perusahaan yang berlokasi di Palo Alto, California tersebut juga memiliki model mobil elektrik lainnya seperti Model 3, Model S, dan Model X.

Penjualannya pun tidak main-main. Pada periode kuartal keempat tahun 2019, perusahaan ini mencatat penjualan sekitar 112.000 unit, naik 23,5% dibandingkan tahun lalu di periode yang sama. Model 3 EV menjadi mobil yang paling laku karena terjual sebanyak 92.550 unit, jauh di atas mobil Tesla Model X dan Model S. Dari sisi produksi juga menunjukkan kinerja yang positif, di kuartal keempat perusahaan ini berhasil meningkatkan produksi hingga 21,2% dibandingkan tahun 2018 di periode yang sama. 

Namun akibat pandemi COVID-19 di awal tahun, perusahaan ini terpaksa menutup pabriknya yang terletak di Amerika Serikat sehingga membuat kinerja distribusi mobil ke seluruh dunia berkurang di kuartal pertama 2020. Namun, mereka mengklaim bahwa pada kuartal kedua, pengiriman mobilnya ke seluruh dunia mengalami peningkatan meski pabriknya masih ditutup dan membuatnya harga sahamnya melonjak hingga 7%.

Perusahaan tersebut mengatakan telah mendistribusikan sebanyak 90.650 mobil dari sepanjang bulan April hingga Juni, meningkat 2,5% dari total distribusi di kuartal pertama di angka 88.400 unit, tetapi mengalami penurunan sebesar 4,8% dari tahun lalu di periode yang sama sebesar 95.200 unit. 

Sejumlah model mobil yang didistribusikan ke beberapa negara, di antaranya Amerika Serikat dan China adalah model baru Y SUV, 10.600 unit sedan baru Tesla Model S dan Model X, hingga Model 3 yang menyumbang sekitar 80.050 unit. Kinerja penjualan ini mengalahkan estimasi Wall Street di angka 72.000 unit.

Berdasarkan data dari FactSet, sayangnya dorongan produksi dan distribusi yang meningkat ini diikuti oleh banyak masalah kualitas yang dilaporkan oleh sejumlah pengguna Tesla di forum dan media sosial. Banyak pemilik mobil Y melaporkan penolakan SUV mereka karena cat dan panel bodi tidak cocok, tetapi tidak sedikit juga yang melaporkan mobil yang mereka beli tiba dengan kondisi yang sempurna.

Pada akhir kuartal kedua, Elon Musk mengungkapkan melalui email kepada pegawainya bahwa prospek perusahaan mencapai break even point-nya di periode tersebut sangatlah ketat, oleh karena itu dia meminta ke pegawainya untuk bersungguh-sungguh mewujudkannya. Di pesan tersebut, Elon juga mengatakan pada pegawainya untuk memastikan setiap mobil yang diproduksi dapat memuat perbedaan bagi keuntungan perusahaan.

Dilansir dari sejumlah sumber, pada kuartal pertama tahun 2020, perusahaan ini sukses memperoleh laba bersih sekitar $16.000.0000 atau setara dengan Rp235 miliar. Peningkatan di kuartal kedua ini berhasil membawa penjualan perusahaan ini di awal pertengahan tahun menjadi 185.850 unit, jauh di belakang target Elon Musk yang untuk memenuhi penjualan tahun ini di angka lebih dari 500.000 unit, melampaui penjualan di tahun lalu di angka 367.5000 unit.

Meskipun di sisi distribusi dan penjualan meningkat, perusahaan yang membawahi SolarCity dan Maxwell Technologies ini mengalami sejumlah masalah keamanan, yaitu kegagalan pengoperasiaan layar sentuh dan  sistem pendingin baterai yang dapat menimbulkan risiko kebakaran pada mobil Model S yang lama.

Untuk saat ini, Tesla berkompetisi dengan General Motors, Flat Chrysler, Toyota Motor, dan Ford dalam pertarungan mobil listrik komersial flagship. Tapi, berkat kinerja luar biasa di kuartal kedua ini, Tesla berhasil memimpin untuk sementara mengingat hampir semua kompetitornya mengalami penurunan di segi penjualan hingga 30% akibat COVID-19 yang membuat konsumen untuk tetap tinggal di rumah serta dealer dan aktivitas pabrik terpaksa dihentikan.

Banyak faktor yang membuat perusahaan ini dapat memimpin pasar mobil listrik komersial, di antaranya bagaimana mereka merancang baterai untuk bahan bakar mobil menggunakan perangkat lunak agar jauh lebih efisien. Investasi besar-besaran terkait pengembangan dan teknologi baterai merupakan fokus utama mereka dalam menghadirkan mobil elektrik terbaik bagi konsumen, misalnya dengan mengakuisisi perusahaan Maxwell Technologies yang berfokus pada produk kepadatan energi dan teknologi penyimpanan. 

Komitmen mereka terhadap kualitas baterai terbaik ditunjukkan dengan mengadakan perjanjian dengan profesor Universitas Dalhousie bernama Jeff Dahn, yang juga seorang peneliti baterai terkenal di dunia untuk menciptakan baterai lithium-ion berbiaya rendah dan dapat bertahan lebih lama, serta kepadatan energi yang lebih tinggi.

Mereka juga cukup berkompromi dengan menghilangkan sejumlah fitur mewah untuk mendukung aerodinamika mobil. Namun, konsumen membeli mobil elektrik tersebut tidak hanya karena kinerja baterainya, tetapi fitur-fitur canggih lainnya seperti Autopilot yang memungkinkan bagi mobil untuk melakukan perubahan jalur secara otomatis. 

Apakah Tesla akan terus memimpin kompetisi mobil listrik ini sepanjang 2020?

Artikel Terkait