Ajaib.co.id – Berdasarkan survei Deloitte pada tahun 2019, generasi milenial dan Z memiliki lima prioritas dalam hidup, salah satunya adalah berperan dalam pelestarian lingkungan dunia. Hal ini terbukti banyak gerakan-gerakan yang fokus terhadap keberlangsungan dunia untuk jangka panjang diisi oleh generasi milenial dan Z. Tidak hanya sebatas mengikuti komunitas, mereka juga menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dan mengadvokasi kerabat terdekat untuk melakukan hal yang sama. Sayangnya, gaya hidup ramah lingkungan cenderung terlalu mahal.
Seperti yang diceritakan oleh seorang generasi milenial. Ia mencoba yang terbaik untuk hidup dengan mendukung keberlangsungan lingkungan, mulai dari mematikan lampu sebelum meninggalkan rumah, berbelanja di pasar tradisional dan membawa tas sendiri, tapi menurutnya hidup seperti ini sangat mahal dan membuat perencanaan keuangannya berantakan. Produk pembersih ramah lingkungan, pakaian yang dapat didaur ulang, hingga sikat gigi zero-waste membuat pengeluarannya membengkak.
Bagaimana cara menyeimbangkan idealisme untuk tetap melanjutkan gaya hidup ramah lingkungan tetapi tidak harus menghabiskan uang dengan jumlah yang melebihi batas alokasi anggaran?
Faktanya, memang sulit untuk menjadi warga yang cinta dan peduli dengan tempat tinggalnya. Budaya kita kebanyakan menawarkan barang untuk dibeli alih-alih memberitahu cara merawat Bumi. Kedua, sangat sulit untuk membuat kemajuan secara individu untuk melawan perubahan iklim, dan yang ketiga gaya hidup ramah lingkungan memang cenderung terlalu mahal. Tapi tenang, karena ada banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk membantu dunia dengan bertanggung jawab dan membuat keputusan untuk diri sendiri.
Ini Bukan Kesalahan Individu, Kita Adalah Masyarakat Konsumtif
Secara teori, kesehatan Bumi akan jauh lebih baik jika semua manusia hidup selayaknya biksu atau mungkin bersepeda ke kantor setiap hari. Namun, kita tahu hal tersebut tidak akan terjadi. Kenapa? Kita hidup di masyarakat yang fokus untuk pembangunan, kemajuan teknologi untuk membantu kehidupan manusia yang lebih baik, dan perilaku konsumtif. Hasilnya? Bumi menjadi korban utama.
Mungkin dengan mengubah gaya hidup ramah lingkungan yang terlalu mahal secara penuh akan membantu mengurangi kerusakan lingkungan, tetapi hal tersebut tidak memberikan efek yang signifikan dan justru membuat pengeluaranmu sia-sia. Jika dirasa sulit, pertimbangkan untuk mengubah gaya hidup tersebut perlahan-lahan dari yang paling terkecil, sehingga tidak mengganggu perencanaan keuangan.
Perlu kamu ketahui juga bahwa tidak mudah menyeimbangkan kepedulian tentang masa depan dengan mengubah gaya hidup ramah lingkungan secara mendadak sambil bekerja selama kurang lebih 50 jam seminggu. Mulai sekarang, kamu harus berhenti untuk menyalahkan diri sendiri.
Virtue Signaling Cenderung Mahal
Banyak dari generasi milenial memperlakukan dirinya sebagai papan iklan yang mengiklankan gagasan tentang siapa mereka, apa sikap politik mereka, dan sesuatu yang menunjukkan identitas mereka, tetapi terlihat berusaha sangat keras untuk menunjukkan hal tersebut. Hal ini kerap kali dilakukan oleh milenial yang merupakan penganut environmentalist dengan mengenakan atribut yang mewakili gerakan mereka. Sikap seperti ini disebut dengan virtue signaling.
Pada kasus ini, milenial tersebut memberi tanda bahwa mereka berpikir bahwa sadar akan lingkungan adalah hal yang keren, mereka berpikir membeli sesuatu yang memberikan kesan keren, dan mereka ingin menampilkan status sosial. Mengapa hal tersebut terjadi? Karena produk-produk daur ulang biasanya berharga mahal dibandingkan produk-produk yang justru merusak lingkungan.
Kamu membutuhkan bukti? Rp234.000 untuk salmon yang diternak dengan metode berkelanjutan, celana jeans ramah lingkungan seharga Rp2.100.000, dan Rp1,1 miliar untuk kendaraan hybrid listrik. Apakah ada individu yang ingin menghabiskan uang lebih banyak untuk menjalani gaya hidup ramah lingkungan yang terlalu mahal ini tetapi tidak membuahkan hasil?
Membeli Barang Bukan Cara Terbaik untuk Menjadi Environmentalist
Ada banyak pilihan yang dapat dibuat untuk mendukung gaya hidup ramah lingkungan, tetapi sayangnya bagi milenial seringkali sulit untuk menentukan mana yang penting dan mana yang hanya sekadar mengikuti tren. Berdasarkan sebuah penelitian, individu cenderung menipu diri mereka sendiri dengan yakin bahwa mereka membantu kelestarian lingkungan, padahal kenyataannya mereka hanya fokus pada diri mereka sendiri.
Misalnya pada penggunaan botol air atau tas daur ulang untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai, mungkin mereka merasa sudah melakukan yang terbaik dan menjadi bagian dari environmentalist untuk menyelamatkan bumi, tetapi faktanya gagasan yang menjadi fokus utama tidak sesuai karena mereka hanya fokus pada sesuatu yang terlihat.
Banyak cara yang dapat dilakukan selain menggunakan produk-produk ramah lingkungan yang harganya terlalu mahal, di antaranya mengurangi konsumsi daging dalam pola makan. Hal ini dikarenakan 100 kalori daging meninggalkan jejak ekologis sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan 100 kalori kentang. Selain itu, pertimbangkan menggunakan kendaraan umum atau bersepeda ke kantor untuk mengurangi emisi gas, dan yang terakhir adalah mencari cara untuk mengurangi penggunaan pemanas atau pendingin ruangan yang merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global.
Pertimbangkan Kebutuhan Utama, Baru Membeli Produk Ramah Lingkungan
Kesalahan utama dalam menjadi environmentalist adalah mengesampingkan kebutuhan utama dengan membeli produk-produk ramah lingkungan yang harganya terlalu mahal. Jika kamu benar-benar ingin membeli produk yang mendukung kelestarian lingkungan, kamu harus memastikan bahwa kebutuhan utama terpenuhi. Jika tidak, pertimbangkan untuk menabung beberapa bulan hingga uang tersebut cukup untuk membeli produk tersebut.
Bayangkan skenario ini: Jika produk ramah lingkungan harganya mahal dan akhirnya kamu memutuskan untuk membeli produk fast-fashion, sikap tersebut justru merugikan keberlangsungan Bumi. Seperti kita tahu, limbah tekstil memiliki peran yang signifikan dalam kerusakan lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini kamu bisa membeli pakaian di toko barang-barang bekas. Selain harganya terjangkau, kamu masih tetap bisa tampil maksimal tetapi tetap menjaga kelestarian Bumi.
Sumber: I Want to Be Green But It’s Too Expensive!, dengan perubahan seperlunya.