Investasi

Uang Tunai Bisa Menjadi Hambatan Investasi, Kenapa?

Ajaib.co.idWarren Buffett, investor ternama yang memiliki julukan “The Oracle of Omaha” pernah berkata bahwa uang cash akan menjadi tidak berharga seiring waktu, tetapi bisnis yang kinerjanya baik nilainya akan meningkat dari waktu ke waktu. Mungkin kamu juga sering mendengar adagium, “uang tunai adalah raja”, tidak heran jika di saat krisis finansial pada tahun 2008 atau selama pandemi COVID-19, masyarakat mengagung-agungkan uang tunai. Namun, faktanya uang cash bisa menjadi hambatan bagi investasi.

Praktik menyimpan uang tunai sudah dilakukan sejak lama, misalnya orang tua atau kakek kita yang menyimpan uangnya di bawah kasur atau celengan alih-alih menggunakannya untuk instrumen investasi yang yang return-nya lebih menguntungkan. Hal ini dikarenakan uang tunai memiliki peluang signifikan return yang negatif dari waktu ke waktu karena risiko inflasi. Uang cash bisa menjadi hambatan investasi karena dapat menimbulkan konflik kepentingan ketika manajer investasi merekomendasikan investasi uang cash untuk keuntungannya sendiri.

Ini merupakan prinsip investasi yang sangat sederhana: uang tunai bukanlah investasi yang baik untuk jangka panjang. Setelah pajak, inflasi, dan return yang negatif, kamu hanya akan melihat penurunan nilai uang yang drastis dalam portofolio investasi jangka panjang. Dengan kata lain, uang cash adalah hambatan nyata bagi portofolio. Jika kamu menyimpan uang cash dengan jumlah yang besar, kamu harus segera menginvestasikannya agar nilainya tidak berkurang karena inflasi dan pajak.

Jika kamu masih belum yakin bahwa uang cash bisa menjadi hambatan investasi, berikut kami sajikan sejumlah alasan mengapa kamu harus mempertimbangkan menginvestasikan uang cash ke instrumen investasi yang lebih memiliki return potensial.

Uang Tunai Mengorbankan Return

Layanan investasi tertentu mengharuskan kamu menyimpan uang tunai di akun dengan jumlah tertentu. Dalam praktiknya, kepemilikan uang cash tersebut berkisar pada sebagian kecil dari saldo hingga alokasi substantif pada portofolio. 

Berdasarkan data dari MarketWatch, sebanyak $1,3 triliun dana investor berada di reksa dana pasar uang. Sementara uang mungkin nampak seperti jangkar, pergerakan pasang surut selalu konstan. Selama periode waktu yang lama, pasar memiliki kecenderungan bergerak naik ke atas dan sangat mudah meninggalkannya di pelabuhan.

Jika menggunakan return total rata-rata 20 tahun terakhir dari S&P, salah satu indeks saham di Amerika Serikat (AS), return yang didapatkan investor di angka sekitar 6%, sementara return pasar uang di angka 1%. Ini artinya terdapat dampak potensial dari memindahkan sebagian besar dari portofolio untuk dicairkan selama lima hingga 10 tahun ke depan. 

Dengan asumsi di atas, portofolio senilai $1 juta, kemudian memindahkan 50% menjadi uang cash, maka nilainya dalam 10 tahun menjadi $330.000. Lain cerita, jika kamu menginvestasikannya ke instrumen saham selama 10 tahun ke depan dengan total return 10,8%, maka return potensial yang akan diperoleh sekitar $847.000.

Berikut adalah salah satu grafik yang menunjukkan bagaimana uang senilai $10.000 diinvestasikan penuh ke saham dalam indeks S&P 500 untuk periode 20 tahun, dari tahun 1999 hingga tahun 2018. Kehilangan beberapa hari saja dapat mengubah nilai return investasi.

Menyimpan Uang Tidak Menghasilkan Return yang Nyata

Masalah yang perlu diluruskan mengapa uang cash bisa menjadi hambatan bagi investasi karena uang tunai tidak menghasilkan return yang nyata. Selain itu, uang tunai bukanlah investasi tanpa risiko dan tidak termasuk dalam portofolio investasi jangka sedang hingga panjang. Untuk saat ini, return yang diberikan uang tunai di angka 0,01% hingga 1%, atau paling buruknya negatif karena pengaruh inflasi.

Ini artinya, semakin banyak uang tunai dalam portofolio dan semakin lama kamu mendiamkan uang tunai, semakin kecil nilai portofolio dibandingkan portofolio yang asetnya diinvestasikan secara penuh dengan pertimbangan profil risiko dan diversifikasi.

Mengelola Risiko Obligasi Jauh Lebih Baik

Mungkin kamu akan membantah dengan mengatakan bahwa uang tunai adalah yang paling aman. Uang cash membantu menstabilkan portofolio. Namun, faktanya obligasi juga menawarkan stabilitas yang sama tanpa mengurangi  return potensial yang diharapkan seperti yang terjadi pada uang cash.

Dalam jangka waktu sedang hingga panjang, kamu lebih baik menginvestasikan obligasi di reksa dana pendapatan tetap yang mayoritas sahamnya dialokasikan ke obligasi. Risiko yang ditawarkan juga tidak jauh berbeda dibandingkan uang cash selagi melindungi nilai aset dari risiko inflasi. 

Kamu bisa mempertimbangkan untuk berinvestasi reksa dana pendapatan tetap melalui platform investasi terpercaya, salah satunya adalah Ajaib. Kamu dapat berinvestasi reksa dana dengan aman dan tenang mulai dari Rp10.000 di reksa dana pilihan yang memberikan return potensial dibandingkan uang tunai. 

Dalam menghadapi krisis ekonomi ditambah dengan kondisi di tengah pandemi virus corona, investor dibuat bingung dan kesulitan untuk berinvestasi, terlebih pasar saham terkenal akan volatilitasnya. Maka uang cash adalah opsi terbaik yang bisa mereka harapkan, tetapi biasanya kebanyakan investor akan cepat menyesali keputusannya karena menimbun uang tunai karena takut kehilangan aset.

Namun, kamu harus ingat bahwa pasar saham telah mengalami badai krisis ekonomi yang cukup parah dalam beberapa dekade, tapi kinerja pasar saham akan selalu kembali bahkan jauh lebih menguntungkan dibandingkan mendiamkan uang cash selama beberapa tahun hingga akhirnya nilai uang tersebut berkurang. 

Melihat kemampuan perusahaan terus tumbuh meski diterpa krisis, didukung kondisi keuangan yang kuat dan tim manajemen yang profesional, maka investasi di instrumen saham atau reksa dana adalah keputusan yang tepat.

Sumber: The Real Cost of Cash Drag, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait