Banking, Bisnis & Kerja Sampingan

Usaha Kecil Sulit Mendapatkan Dana Pinjaman, Apa Penyebabnya?

Ajaib.co.id – Sebanyak 30,7 juta usaha kecil di jalan utama yang menghasilkan 50% dari Gross Domestic Product (GDP) Amerika Serikat telah menerima dana bantuan dari Pemerintah untuk bertahan selama COVID-19.

Berdasarkan survei usaha kecil CNBC/Survey Monkey yang dirilis pada Senin, Mei lalu, yang mensurvei 2.200 pemilik UKM di seluruh AS, sementara Paycheck Protection Program senilai $660 miliar yang berfungsi untuk mempertahankan pegawai dan bisnis selama COVID-19 dan lockdown yang menyebabkan ekonomi anjlok, hanya 13% dari 45% pelaku bisnis yang pengajuan pinjamannya disetujui. Di antara semua responden, 7% sudah menerima pembayaran, sementara 18% masih menunggu balasan dari pihak yang memberi pinjaman.

Pengalaman usaha kecil dalam mengajukan pinjaman senilai $10.000 atau setara dengan Rp14,6 juta dalam program Economic Injury Disaster Loan Emergency Advance bahkan jauh lebih buruk. Hanya 3% dari pemilik usaha yang disurvei pengajuannya disetujui oleh program tersebut, dan 16% sedang menunggu jawaban dari pemberi pinjaman.

Kedua program tersebut dijalankan oleh institusi Pemerintah AS yang bernama Small-Business Administration. Jumlah pinjaman PPP dibatasi pada $100.000 per pegawai dan jumlahnya dapat berbeda-beda, sementara uang muka sebesar $10.000 dari EIDL tidak harus dilunasi sehingga dianggap sebagai hibah. 

Selain sulitnya mendapatkan dana pinjaman untuk bertahan selama COVID-19, bisnis dengan model kepemilikan tunggal mewakili 81% usaha kecil yang sangat terpukul dalam krisis ini. Bagi mereka, program dana pinjaman dibuka terlambat, membuat mereka hanya memiliki waktu yang sangat singkat untuk mengumpulkan uang yang dibutuhkan dan memastikan bisnis tetap berjalan.

Buruknya pengelolaan dana pinjaman ini membuat banyak bisnis-bisnis di jalan utama merugi. Menurut survei, hanya 31% bisnis yang dapat beroperasi untuk beberapa bulan ke depan atau bahkan kurang, sementara 7% dari mereka hanya bisa bertahan kurang dari sebulan, dan 6% kurang dari seminggu. 

Menurut Rohit Arora, CEO dari Biz2Credit yang merupakan platform pinjaman secara online untuk pinjaman usaha kecil, ada beberapa masalah pencairan di putaran pertama yang disebabkan beberapa hal, di antaranya birokrasi undang-undang yang rumit dan baik peminjam atau petugas bank tidak dibekali dengan kemampuan yang mumpuni dalam memproses data.

Sistem Peminjaman yang Rumit

Masalah lain yang timbul dalam proses mendapatkan dana pinjaman adalah aturan yang sudah berlaku itu sendiri. Bank-bank besar belum fokus dalam program peminjaman ke jenis usaha kecil yang memiliki jumlah pegawai kurang dari 50 orang. Aaron berpendapat bahwa bank besar masih memprioritaskan perusahaan yang memiliki pegawai yang banyak karena dana tersebut lebih bisa dimaksimalkan dalam menjalankan bisnis.

Bank yang membantu bisnis kecil pun juga mengalami masalah. Banyaknya pengajuan pinjaman dampak COVID-19 dan resesi ekonomi membuat mereka tidak siap dalam memproses data dalam jumlah besar ke dalam sistem di waktu yang singkat. Akibatnya, proses pengajuan pinjaman hingga ke pencairan dana menjadi terhambat.

Regulasi yang dikenakan pada peminjam di bawah PPP juga menjadi tantangan bagi pengusaha kecil. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk tidak memanfaatkan program tersebut karena aturan 25/75 yang mengatakan pemilik bisnis harus menggunakan 75% dana yang mereka terima untuk menggaji pegawai dan 25% untuk biaya sewa, pembayaran hipotek, utilitas, dan biaya operasional. Padahal dalam banyak kasus, biaya operasional dan sewa merupakan pengeluaran yang paling tinggi yang harus dibayarkan.

Perjuangan Bisnis Kecil untuk Bertahan

Regulasi menjadi salah satu alasan bisnis untuk tidak mengajukan pinjaman ke program pinjaman, seperti 55% ke pinjaman PPP dan 71% untuk pinjaman dari EIDL. Seperti yang dirasakan oleh Teodor Panterov, pendiri bisnis Central Park Tours dan Broadway Pass di New York City. Panterov mengajukan pinjaman sebanyaknya dua kali ke PPP dan keduanya ditolak hingga akhirnya pengajuannya disetujui beberapa bulan lalu dengan nilai $23.000 setelah mendaftar melalui platform untuk membantu bisnis kecil, Square.

Seluruh dana akan digunakan untuk membayar 26 pegawai dan tidak meninggalkan sisa untuk pembayaran apapun. Sebab biaya lain yang lebih besar seperti sewa membutuhkan uang sekitar $20.000 per bulan di empat cabang Central Park Tours. 

Selain itu, lamanya proses peminjaman karena kesulitan pengarsipan dan pemrosesan data menjadi tantangan bagi bisnis kecil untuk mendapatkan dana bantuan. Chris Guerrero, Pendiri dan Presiden Westchester Fit, sebuah bisnis program kebugaran di New York telah kehilangan 20% pemasukannya karena terpaksa menghentikan operasinya sejak 16 Maret 2020. Dia adalah salah satu pengusaha yang mengajukan pinjaman sebesar $72.600 ke pinjaman PPP melalui Blue Ridge Bank.

Karena proses administrasinya memakan waktu lama, Guerrero khawatir akan masa depan bisnisnya dan memutuskan untuk memindahkan kelas kebugaran menggunakan platform digital. Namun, Ia tidak yakin bahwa metode ini dapat berlanjut ke depannya. 

Hambatan yang yang dialami dalam peluncuran bantuan dari pemerintah AS membuat sejumlah orang kecewa. Program PPP memang membantu banyak bisnis, tetapi dalam praktik dan proses seleksinya sangat cacat. Pemerintah perlu memberikan advokasi kepada bank dan mungkin memisahkan dana bantuan berdasarkan perusahaan, misalnya bisnis kecil, bisnis berkembang, dan perusahan besar. 

Dalam praktiknya, program PPP juga cenderung tidak tepat sasaran. Berdasarkan pengakuan Eric Lochtefeld, pemilik bisnis inkubasi di Silicon Valley, klub basket profesional LA Lakers berhasil mengajukan pinjaman sebesar $4,6 juta, padahal klub basket tersebut merupakan bisnis yang besar dengan kapitalisasi pasar mencapai $4 miliar. 

Para pemilik bisnis & kerja sampingan yang terdampak pandemi COVID-19 berharap pemerintah dapat mengevaluasi program PPP agar proses pengajuannya lebih mudah dan adil, sebab bisnis kecil merupakan bagian penting bagi masyarakat dan ekonomi negara untuk tetap berkembang.

Sumber: Clock ticking for small businesses squeezed out of government loans, now have a few months or less to survive, survey reveals, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait