Ajaib.co.id – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (kode saham TBIG) adalah perusahaan induk dari Tower Bersama Group yang menyediakan layanan telekomunikasi dan infrastrukturnya. Perusahaan yang berdiri sejak 2004 ini cikal bakal dari Tower Bersama, United Towerindo, Telenet Internusa, Batavia Towerindo, Bali Telekom, Prima Media Selaras, dan Triaka Bersama.
Bisnis utama perseroan adalah menara telekomunikasi; layanan infrastruktur komunikasi termasuk menyewakan ruang untuk antena dan peralatan lain yang mendukung transmisi sinyal nirkabel di lokasi menara; dan Distributed Antenna System (DAS) di pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran. Kini terdapat 23 perusahaan telekomunikasi yang tergabung dalam perseroan.
Pada Oktober 2010, perseroan tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham TBIG. Pemegang saham TBIG per Desember 2018 adalah PT Wahana Anugerah Sejahtera sebesar 29,44%, PT Provident Capital Indonesia dengan porsi 25,52%, dan publik dengan 45,04%.
TBIG Siap Mengakuisisi 3.000 Menara
TBIG siap mengakuisisi 3.000 menara telekomunikasi dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST). Transaksi akuisisi tersebut membutuhkan dana senilai Rp3,95 triliun, Bisnis.com (15/02/2021).
Akuisisi 3.000 menara tersebut mencapai 60,2% dari nilai ekuitas perseroan per 30 September 2020 atau senilai Rp6,60 triliun. Transaksi pembelian akan dilakukan oleh anak usaha perseroan, PT Tower Bersama. Jika transaksi berjalan lancar, TBIG akan memiliki 19.100 menara.
Selain itu, perseroan juga tertarik untuk mengikuti lelang menara milik PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT). Diketahui bahwa ISAT berencana menjual 4.000 menara tahun ini untuk meningkatkan kinerja sekaligus menurunkan biaya operasional.
Pendapatan TBIG Melonjak 22,14%
Berdasarkan laporan keuangan yang tersedia di laman tower-bersama.com, laba bersih TBIG kuartal III-2020 sebesar Rp791,9 miliar atau melonjak 22,14 dibanding kuartal III-2019. Pendapatan juga naik menjadi Rp3,93 triliun, periode sama tahun sebelumnya Rp3,46 triliun.
Sementara itu, total aset senilai Rp34,2 triliun (sebelumnya Rp30,8 triliun), total liabilitas Rp27,6 triliun (sebelumnya Rp25,3 triliun), dan total ekuitas Rp34,2 triliun (sebelumnya Rp30,8 triliun).
Peningkatan kinerja TBIG tak lepas dari dampak pandemi covid-19. Ketika awal pandemi, banyak perusahaan yang menerapkan bekerja dari rumah dan instansi pendidikan menjalankan belajar di rumah.
Sehingga masyarakat menggunakan internet di rumah untuk menunjang kegiatan mereka. Dari pihak provider, mereka memperkuat jaringan dan infrastruktur komunikasi untuk meningkatkan kinerja perseroan.
Kinerja TBIG
Kondisi kinerja keuangan TBIG baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan pendapatan bersih yang mengakibatkan laba bersihnya meningkat. Meskipun laba bersih pada 2017 lebih tinggi dibanding tahun lain.
Laporan Laba Rugi | 2019 | 2018 | 2017 | 2016 | 2015 |
Pendapatan Bersih | Rp4,69 triliun | Rp4,31 triliun | Rp4 triliun | Rp3,71 triliun | Rp3,42 triliun |
Laba Kotor | Rp3,79 triliun | Rp3,53 triliun | Rp3,35 triliun | Rp2,97 triliun | Rp2,97 triliun |
Laba Bersih | Rp866 miliar | Rp702 miliar | Rp2,3 triliun | Rp723 miliar | Rp1,44 triliun |
Pada 2019, perseroan melakukan beberapa strategi bisnis, yaitu:
- Mengupayakan pertumbuhan organik (build-to-suit dan kolokasi) dengan penambahan 3.546 penyewaan sepanjang 2019.
- Menerbitkan Obligasi Rupiah senilai Rp750 miliar yang berjangka waktu satu tahun.
- Perseroan menandatangani pinjaman bank sebesar USD375 juta Fasilitas Pinjaman Revolving yang memiliki jatuh tempo lima tahun
- dan enam bulan dengan suku bunga Libor ditambah dengan 175 basis poin untuk membayar lebih awal pinjaman Fasilitas A
- Meningkatkan kepemilikan di PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON) menjadi 50,43%.
- Meningkatkan kepemilikan di PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) menjadi 51,09%.
- Memecah nilai nominal saham (stock split) dengan rasio 1:5.
Rasio | 2019 | 2018 |
ROA | 2,6% | 2,3% |
ROE | 16,4% | 20,2% |
NPM | 17,4% | 15,8% |
CR | 52,7% | 31,6% |
DER | 508% | 755% |
Dari laman Ajaib, diketahui bahwa rasio pengembalian aset mengalami sedikit penguatan, meskipun rasio tingkat pengembalian modal turun. Namun perseroan masih mampu menjaga rasio lancar dan dapat menurunkan liabilitas.
Prospek Bisnis TBIG
Secara industri, prospek sektor telekomunikasi masih terbuka lebar. TBIG sebagai perusahaan yang memberikan layanan menara memiliki penyewa yang tak sedikit. Hingga akhir kuartal III-2020, perseroan memiliki total 16.215 menara dengan 31.703 penyewa, Bisnis.com (12/02/2021).
Pada 2021, perseroan memiliki rencana mengakuisisi menara telekomunikasi milik perusahaan lain dan menambah penyewa sebanyak 7.400 penyewa, yang berasal dari 4.400 penyewa dari akuisisi dan 3.000 penyewa dari ekspansi secara organik.
Untuk mendukung rencana itu, perseroan menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp5,95 triliun. Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan alokasi capex untuk mengakuisisi menara IBST dan mendorong organic growth.
Selain itu, TBIG berencana membagikan dividen tunai dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya per Desember 2019 senilai Rp 1,55 triliun.
Layakkah Mengoleksi Saham TBIG?
Bila dilihat dari kinerja keuangan, saham TBIG layak untuk dikoleksi oleh investor. Pasalnya, prospek industri semakin berkembang, kinerja perseroan menunjukkan meningkat, kondisi keuangan baik, dan pergerakan saham cenderung naik.
Ketika penawaran umum perdana, saham TBIG seharga Rp2.025. Pada penutupan bursa 15 Maret, harga TBIG Rp2.110 dengan PER 47,74 kali dan PBV 7,94 kali.
Jika dibandingkan dengan saham TOWR yang memiliki PER 22,55 kali dan PBV 5,93 kali, valuasi TBIG lebih mahal dibanding TOWR. Namun sekali lagi, cek fundamental secara detail sebelum bertransaksi. Agar investor memiliki keuntungan yang diharapkan.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.