

Ajaib.co.id – Kalau kamu bingung dalam memilih saham yang cocok untuk investasi jangka panjang maka kamu bisa pilih MTDL sebagai salah satu investasi terbaik.
Alasannya emiten yang satu ini gemar bagi-bagi dividen, performanya baik, efisiensi juga diterapkan secara ketat. Mari kita bedah saham MTDL!
Profil Perusahaan
PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) memposisikan dirinya sebagai perusahaan distribusi teknologi dan solusi digital tekologi informasi dan komunikasi dengan produk dan layanan IT paling lengkap se-Indonesia. Metrodata diketahui telah bekerja sama dengan lebih dari 100 merek principal kelas dunia di bidang TI seperti Oracle, DELL, ASUS, hp, Lenovo, intel, IBM dan lainnya.
Emiten melakukan distribusi penjualan perangkat keras dan perangkat pendukung, menyediakan solusi pemeliharaan perangkat lunak dan menjual perangkat lunak server dan konsultasi profesional di bidang IT. Anak perusahaannya adalah PT Mitra Integrasi Informatika, Soltius Asia Pte Ltd, PT Soltius Indonesia, dan PT My Icon Technology.
Pelanggan solusi digital emiten diantaranya XL, Telkom, Astra International, Shopee, Traveloka, Bank Mandiri, Bank Danamon, Pertamina, ECOLAB, Cargill, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam mendistribusikan perangkat kerasnya, emiten telah bekerja sama dengan 5200 dealer.
Didirikan sejak 1983, Metrodata Electronics kemudian melaksanakan penawaran saham perdananya pada tanggal 9 April 1990 di papan utama bursa dengan kode saham MTDL. Saat ini dengan jumlah saham beredar sebanyak 2.455.376.917 lembar di harga Rp 3180 per saham, maka kapitalisasi psaranya adalah sebesar Rp 7,81 Triliun.
Adapun pemegang saham MTDL dengan kepemilikan signifikan adalah PT Ciputra Corpora (35,83%), Hiskak Secakusuma IR (16,65%), Sukarto Bujung (7,278%) dan DB Singapore-dcs S/A Pangolin INV MAN (6,025%), sedangkan sisanya beredar di masyarakat (34,209%).
Kinerja Berdasarkan Laporan Keuangan Terakhir
(jutaan Rp) | 2Q21 | 2Q20 | Perubahan |
Pendapatan | 7.665.208 | 6.207.748 | 23,48% |
Laba Kotor | 693.217 | 571.157 | 21,37% |
Laba Bersih | 355.394 | 217.164 | 63,65% |
Laporan keuangan yang terakhir disampaikan adalah yang dirilis pada Kuartal 2-2021. Pendapatan yang berhasil diraih hingga enam bulan pertama di tahun 2021 adalah sebesar Rp 7,66 triliun atau meningkat 23,48% dari yang dapat diraih di periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 6,2 triliun.
Dari keseluruhan pendapatan, laba kotor yang bisa disisihkan emiten adalah Rp 693,2 miliar saja, meningkat kurang lebih sama dengan peningkatan pendapatannya yakni 21,37%.
Meski hanya meningkat 20-an persen saja namun emiten mampu meningkatkan laba bersihnya hingga 63,65% menjadi Rp 355,39 miliar. Sebelumnya di Kuartal 2-2020 laba bersih emiten adalah sebesar Rp 217,16 miliar.
Bisa demikian karena emiten mengalami kenaikan penghasilan bunga menjadi Rp 17,24 miliar selama enam bulan pertama di tahun 2021 ini. Sebelumnya per Juni 2020 penghasilan bunga yang diperoleh emiten hanya Rp 10,82 miliar.
Dan lagi beban keuangan alias bunga utang yang mesti dibayar oleh emiten turun menjadi hanya Rp 500 juta saja, sebelumnya Rp 4,83 miliar di kuartal 2-2020. Ditambah lagi terdapat keuntungan perubahan kurs sebesar Rp1,85 miliar, sebelumnya perubahan kurs telah merugikan emiten hingga Rp 44,27 miliar.
Seluruh pos di atas adalah alasan kenaikan laba bersih sebesar 63,65% di Kuartal 2-2021 dibandingkan laba bersih yang diraihnya per Kuartal 2-2020. Berikut informasi mengenai neraca per Kuartal 2-2021.
(jutaan Rp) | 2Q21 | 2Q20 | Perubahan |
Aset | 6.293.579 | 5.559.709 | 13,20% |
Liabilitas | 2.788.324 | 2.380.717 | 17,12% |
Beban Keuangan | 500 | 4.830 | -89,65% |
Ekuitas | 3.505.255 | 3.178.992 | 10,26% |
Sebelumnya terdapat informasi bahwa beban keuangan turun menjadi hanya Rp 500 juta saja. Normalnya ketika beban utang turun, itu dikarenakan liabilitas berkurang.
Ketika diperhatikan total liabilitas malah meningkat 17,12% menjadi Rp 2,78 triliun, sebelumnya di Kuartal 2-2020 total liabilitas hanya Rp 2,38 triliun. Rupanya yang meningkat adalah utang usaha.
Sebagai informasi, perolehan pendapatan emiten bersumber utamanya dari tiga segmen yakni perangkat keras, perangkat lunak, dan jasa sewa. Penjualan perangkat keras adalah yang mendominasi.
Dalam melakukan penjualan, emiten mengajukan utang usaha terlebih dahulu kepada para principal seperti ASUS dan Hewlett-Packard. Utang usaha biasanya berupa produk yang dititipkan kepada emiten untuk dijual ke konsumen.
Utang usaha tidak mengandung bunga, dan hanya ditagih sesuai produk yang terjual. Itulah sebabnya beban keuangan turun meski total liabilitas naik, ternyata yang meningkat adalah utang usaha.
Dengan meningkatnya utang usaha berupa titipan produk untuk dijual, maka angka persediaan naik menjadi Rp 1,5 triliun dari sebelumnya Rp 792 miliar saja.
Oleh karenanya peningkatan persediaan yang sejalan dengan peningkatan utang usaha adalah berkat meningkatnya titipan barang dagangan.
Meningkatnya utang usaha yang terrefleksikan pada angka persediaan menandakan peningkatan volume usaha. Artinya principal dan emiten merasa bahwa kondisi saat ini lebih baik untuk usaha, dan memang benar begitu karena penjualan juga berlangsung lebih baik.
Dengan demikian aset per Kuartal 2-2021 meningkat menjadi Rp 6,2 triliun dari sebelumnya hanya Rp 5,55 triliun saja di Kuartal 2-2020.
2Q21 | 2Q20 | |
DER | 79,55% | 74,89% |
Current Ratio | 220,92% | 235,04% |
Angka DER meningkat menjadi 79,55% dari sebelumnya 74,89%, dan rasio lancar yang menggambarkan kesehatan keuangan jangka pendek juga turun.
Namun bukan berarti kesehatan keuangan emiten menjadi terganggu. Tidak sama sekali karena nyatanya yang meningkat adalah utang usaha.
2Q21 | 2Q20 | |
GPM | 9,04% | 9,20% |
NPM | 4,64% | 3,50% |
Adapun marjin laba kotor emiten dalam dua periode, yakni per enam bulan di tahun 2021 dan 2020, sama saja yakni sekitar 9%. Sedangkan marjin laba bersih telah meningkat dari 3 persenan menjadi 4 persenan.
Peningkatan marjin laba bersih adalah karena beberapa hal seperti kenaikan perolehan operaisonal, keuntungan kurs, keuntungan dari penghasilan bunga dan turunnya beban keuangan.
Riwayat Kinerja
(Jutaan Rp) | Pendapatan | Laba Kotor | Laba-Rugi Bersih |
2017 | 10.817.141 | 850.877 | 374.241 |
2018 | 12.713.412 | 1.007.735 | 426.084 |
2019 | 15.069.692 | 1.208.762 | 535.110 |
2020 | 14.021.687 | 1.226.938 | 541.671 |
CAGR | 9,03% | 12,98% | 13,12% |
Tentang riwayat kinerja, ada sebuah hal yang menarik mengenai MTDL. Di Indonesia ada beberapa perusahaan sejenis Metrodata, namun yang berhasil berkembang hanya sedikit diantaranya adalah Metrodata.
Meski sudah 45 tahun berdiri namun MTDL alias Metrodata masih dapat bersaing, bahkan semakin kuat, dan berhasil membukukan kenaikan pendapatan dengan rata-rata pertumbuhan 9,03% per tahun.
Perolehan pendapatan emiten bersumber utamanya dari tiga segmen yakni perangkat keras, perangkat lunak, dan jasa sewa.
Penjualan perangkat keras adalah yang mendominasi, sedangkan produk solusi digital dan perangkat lunak adalah kontributor pendapatan terbesar berikutnya.
Setiap tahunnya pendapatan emiten naik rata-rata sebesar 9,03%, namun di tahun 2020 rupanya pendapatan emiten turun. Hal ini lantaran dealer-dealer perangkat keras yang menjadi mitra distribusi mesti membatasi jam operasionalnya selama pandemi.
Menariknya meski penjualan di 2020 turun, emiten masih saja bisa membukukan laba bersih lebih tinggi dari sebelumnya di tahun 2019.
Dengan pertumbuhan laba bersih rata-rata sebesar 13,12% per tahun, yang mana lebih besar dari pertumbuhan pendapatan yang hanya 9,03% saja, maka kita bisa menyimpulkan bahwa terdapat efisiensi dalam tubuh emiten. Total laba bersih di 2020 adalah Ro 541,67 miliar.
Sebagai informasi, selain operasional emiten juga menerima penghasilan tambahan dari investasinya namun nilainya kecil saja jika dibandingkan dengan hasil operasional. Di 2020 penghasilan bunganya adalah Rp 30 miliar, sedangkan di 2019 nilainya Rp 19 miliar.
(Jutaan Rp) | Aset | Liabilitas | Ekuitas |
2017 | 4.271.127 | 2.069.409 | 2.201.718 |
2018 | 4.852.776 | 2.252.545 | 2.600.231 |
2019 | 5.625.277 | 2.582.422 | 3.042.855 |
2020 | 5.866.642 | 2.450.932 | 3.415.710 |
CAGR | 11% | 6% | 16% |
Setiap tahunnya aset emiten terus bertumbuh sebesar rata-rata 11%, di akhir 2020 aset emiten adalah sebesar Rp 5,86 triliun. Adapun liabilitas juga bertumbuh namun pertumbuhannya hanya 6% per tahun, jauh di bawah angka pertumbuhan rata-rata total aset.
Dengan pertumbuhan aset melebihi pertumbuhan liabilitas maka ekuitas tumbuh lebih pesat lagi yakni 16% per tahun.
GPM | NPM | |
2017 | 7,87% | 3,46% |
2018 | 7,93% | 3,35% |
2019 | 8,02% | 3,55% |
2020 | 8,75% | 3,86% |
Selanjutnya mengenai marjin laba, emiten membukukan marjin laba yang tipis namun dalam tren yang meningkat. Rata-rata perusahaan TI memang memiliki marjin laba kotor di bawah 10%, begitu pula dengan Metrodata.
Pada tahun 2017 laba kotor Metrodata adalah sebesar 7,87% saja dibandingkan dengan pendapatannya. Laba kotor terus meningkat seiring waktu sehubungan dengan aturan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) yang terus naik setiap tahunnya. Laba kotor di akhir tahun 2020 adalah 8,75%.
Sejalan dengan kenaikan marjin laba kotor (GPM), marjin laba bersih (NPM) juga meningkat setiap tahunnya dan di akhir 2020 adalah sebesar 3,86%.
Efisiensi memang mutlak diperlukan agar emiten punya peluang memperkuat kesehatan keuangannya. Berikut adalah seputar rasio kesehatan keuangan emiten.
DER | Current Ratio | |
2017 | 93,99% | 199,74% |
2018 | 86,63% | 204,95% |
2019 | 84,87% | 205,81% |
2020 | 71,75% | 235,04% |
Untuk mengetahui apakah sebuah marjin laba terlalu kecil atau tidak adalah dengan melihat hubungannya dengan DER (rasio utang per ekuitas). Sebagai pengingat, liabilitas emiten bertumbuh 6% per tahun sedangkan laba bersih tumbuh 13% per tahun.
Nah, dengan pertumbuhan laba bersih lebih besar dari liabilitas saja kita bisa lihat bahwa marjin laba emiten, meski tipis saja, namun cukup bagi emiten untuk bisa bertahan dan berkembang.
Bertahan dalam hal memperkuat kesehatan keuangannya, kamu bisa perhatikan bahwa dari tahun ke tahun utang per ekuitas emiten terus membaik. Terakhir di tahun 2020 rasio DE emiten hanya 71,75% saja, harap diingat bahwa semakin kecil DER semakin bagus.
Sedangkan rasio lancarnya naik menjadi 235% yang menandakan bahwa aset lancar emiten besarnya 2,35x lipat utang jangka pendeknya.
Nah, berikutnya di tahun 2021 kamu akan dapati emiten memiliki DER lebih dari 71,75% lantaran meningkatnya utang usaha. Jangan khawatir, manajemen MTDL seperti biasa tidak akan membiarkan rasio kesehatan keuangannya terpuruk.
Kamu juga mesti perhatikan bahwa beban keuangannya turun. Maka kenaikan DER yang akan kita dapati di MTDL akhir tahun 2021 kelak dapat kita simpulkan baik-baik saja.
Dividen
MTDL setiap tahunnya membagikan dividen dengan jumlah yang terus meningkat.
Dividen (Rp/saham) | Div Payout | |
2017 | 10 | 6,35% |
2018 | 25 | 14,41% |
2019 | 33 | 15,14% |
2020 | 37 | 16,77% |
Dengan membandingkan dividen seluruh saham dengan laba bersih maka didapat bahwa setiap tahunnya sebesar belasan persen dari laba bersih dibagikan dalam bentuk dividen tunai. Dan asyiknya persentasenya semakin meningkat.
Di tahun 2017 hanya 6,35% saja dari laba bersih tahun 2016 yang dibagikan, kemudian menjadi 14,41% di tahun berikutnya. Terus saja begitu hingga akhirnya di tahun 2021 emiten membagikan 16,77% laba bersih yang diperolehnya di 2020 kepada pemegang saham.
Emiten jelas sekali telah memberikan perhatian kepada para pemegang sahamnya dengan membagikan dividen secara rutin dengan persentase yang semakin besar saja.
Kesimpulan
MTDL adalah perusahaan teknologi yang performanya baik. Penjualan tumbuh stabil dengan rata-rata pertumbuhan 9% per tahun. Laba bersih sendiri mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 13,12% per tahun. Laba sebelum pajak juga meningkat dengan baik.
Dari marjin laba usaha dan marjin laba bersih yang terus meningkat maka kita bisa menyimpulkan bahwa efisiensi diterapkan dengan sangat baik.
Marjin laba emiten tipis saja, di bawah 10%, namun berada dalam tren yang positif, marjin laba bersih (NPM) meningkat setiap tahunnya dari 3,46% di 2017 menjadi 3,86% di tahun 2020.
Meski tipis, namun ternyata keuangannya masih cukup bagi emiten untuk tumbuh dan memperkuat kesehatan keuangannya.
Adapun aset tumbuh 11% per tahun, sedangkan liabilitas tumbuh 6% per tahun. Aset bisa tumbuh lebih pesat daripada pertumbuhan liabilitas dikarenakan laba bersihnya bertumbuh 13% per tahun.
Kesehatan keuangan juga selalu berada di titik aman di mana rasio utang per ekuitas (DER) emiten selalu dalam batas aman di bawah 100%. Terakhir di tahun 2020 rasio utang per ekuitas emiten hanya 71,75% saja.
Per tahun 2021 rasio kesehatan keuangan akan melemah sedikit, bukan karena besaran utang mulai mengganggu namun karena utang usaha telah meningkat.
Jadi emiten dan principal melihat bahwa mulai tahun ini ke depannya atmosfer usaha sudah mulai kondusif sehingga utang usaha ditingkatkan. Sejauh ini penjualan memang berlangsung lebih baik ketimbang yang terjadi di tahun 2020.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.