Saham

Bedah Saham ADRO: BUMN Pertambangan Terbaik?

Ajaib.co.id – PT Adaro Energy Tbk (ADRO) adalah perusahaan tambang batu bara terintegrasi yang berbasis di Indonesia. Melalui anak usahanya, emiten saham ADRO beroperasi di sektor pertambangan batu bara, perniagaan dan jasa lainnya yang berkaitan seperti infrastruktur batu bara dan logistik. Perusahaan milik Sandiaga Uno tersebut tercatat di BEI pada tanggal 16 Juli 2008 di Papan Utama. 

Jauh sebelum menggunakan nama Adaro Energy, ADRO lebih dulu menggunakan nama, PT. Padang Kurnia, dan mulai dari tanggal 18 April 2008 mengubah namanya menjadi PT. Adaro Energy Tbk. ADRO beroperasi di bawah Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara di wilayah Tanjung provinsi Kalimantan Selatan hingga tahun 2022 dengan hak untuk memperpanjang kesepakatan bersama yang tersedia.

Meskipun dikenal dengan bisnis batu bara, ADRO memiliki beberapa lini bisnis baik yang berkaitan langsung dengan batubara, di antaranya bidang perdagangan, jasa, industri, pengangkutan batubara, perbengkelan, pertambangan, dan konstruksi. Dari berbagai lini bisnis, terdapat beberapa anak perusahaan yang mengoperasikannya seperti Adaro Mining, Adaro Services, Adaro Logistics, Adaro Power, Adaro Land, Adaro Water, Adaro Capital, dan Adaro Foundation.

ADRO merupakan penghuni sejumlah indeks di BEI, seperti LQ45, IDX Growth 30, Kompas100, hingga High Dividend 20. Berdasarkan data RTI per 18 Januari 2021, harga saham ADRO ditutup melemah 0,42% ke Rp1,175 lembar per saham. 

Per 17 Januari 2021, saham ADRO ditutup di harga Rp398, turun sedikit dari harga IPO nya Rp400 yang listing pada 06 Februari 2008. Kepemilikan saham $ELSA terbagi menjadi tiga, yaitu PT Pertamina Persero dengan kepemilikan mayoritas mencapai 41,1%, diikuti publik sebesar 45,4%, dan yang terakhir Dana Pensiun Pertamina dengan besaran kepemilikan 13,4%. Total sahamnya yang beredar 7,2 miliar lembar saham. 

Jika dibandingkan harga 1 bulan lalu, saham ADRO turun sebesar 16% dari level Rp1,410.

Total saham ADRO yang beredar di publik mencapai 31 miliar lembar saham, dengan kepemilikan mayoritas dipegang PT Adaro Strategic Investment sebesar 43,91%, disusul publik 49,91%, dan Garibaldi Thohir 1,9 miliar lembar senilai 6,18%. 

Mari kita lihat semenarik apa saham ADRO dengan membedah sahamnya di bawah ini.

Kinerja Keuangan 

ADRO telah membukukan laba bersih US$146,93 juta pada 2020 atau sekitar Rp2,07 triliun. Dalam laporan keuangan per Desember 2020, manajemen ADRO menuliskan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$146,93 juta. Nilai laba bersih itu anjlok 63,65% Year on Year (YoY) dari laba bersih 2019 sejumlah US$404,19 juta. 

Sementara itu, laba inti Adaro tahun 2020 mencapai US$405 juta, atau merosot 36% secara YoY akibat penurunan profitabilitas. Laba inti dihitung dengan tidak memasukkan komponen akuntansi non operasional setelah pajak.

Di antaranya terdiri dari amortisasi properti pertambangan, rugi penurunan nilai properti pertambangan, rugi derivatif instrumen keuangan, rugi penurunan nilai wajar investasi pada perusahaan patungan, penilaian pajak tahun sebelumnya, dan biaya dekomisioning menurut paparan dari manajemen ADRO dalam keterangan resminya Maret lalu.

Adaro membukukan pendapatan usaha sebesar US$2,53 miliar atau sekitar Rp35,07 triliun. Raihan itu turun 27% dari tahun 2019 sebesar US$3,46 miliar, terutama karena penurunan 18% pada harga jual rata-rata (ASP) dan penurunan 9 persen pada volume penjualan batu bara. 

Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir menyampaikan perusahaan mencatat penurunan 6% pada volume produksi menjadi 54,53 juta ton, atau sedikit lebih tinggi daripada panduan tahun 2020 yang telah direvisi menjadi 52 juta – 54 juta ton.

Kondisi makro dan industri yang sulit akibat pandemi COVID-19 memberikan tekanan yang besar terhadap  permintaan batubara dan harga batubara global pada tahun 2020.

Walaupun pemulihan ekonomi diperkirakan akan berdampak positif terhadap batubara, Adaro terus berfokus pada keunggulan operasional dan langkah-langkah efisiensi, dan tetap berhati-hati karena masih adanya faktor ketidakpastian.

Dari sisi EBITDA operasional turun 27% menjadi US$883 juta pada tahun 2020, atau sedikit lebih tinggi daripada panduan EBITDA operasional tahun 2020 yang ditetapkan pada kisaran US$600 juta – US$800 juta.

Marjin EBITDA operasional tetap sehat sebesar 35% karena perusahaan terus meningkatkan efisiensi operasional dan pengendalian biaya di tengah penurunan penurunan harga batubara. Selain itu, kontribusi dari bisnis non pertambangan batubara Adaro memberikan dukungan laba di tengah kondisi yang sulit ini.

Riwayat Kinerja

Komponen CAGR 2017-2020
Laba Bersih -2.4%
Pendapatan -0.2%
Total Aset 0.1%

Tingkat pertumbuhan dalam 4 tahun terakhir mencerminkan pertumbuhan ADRO yang lambat. Terlihat dari semua pos tumbuh rata-rata di bawah 1% selama periode 2017 – 2020. Angka pertumbuhan yang lambat ini bisa menjadi pertimbangan investor untuk memutuskan membeli saham ADRO atau tidak.

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

ADRO adalah perusahaan yang royal dalam membagi dividen kepada investor saham sejak IPO 2008. ADRO juga merupakan salah satu saham penghuni indeks IDX High Dividend 20

Tahun Dividen (US$) Rasio Pembayaran Dividen
2015 75 50%
2016 101 30%
2017 250 52%
2018 200 48%
2019 250 62%
2020 146 99%

ADRO membagikan dividen secara konsisten dari tahun ke tahun dengan rasio pembayaran dividen dari laba bersih perusahaan (Dividend Payout Ratio/DPR) yang bervariasi. 

Sejak 2008 sampai 2019, ADRO telah membagikan dividen kepada pemegang saham senilai total US$1,6 miliar dengan rata-rata rasio pembayaran dividen 40%. Dalam beberapa tahun, ADRO juga membagikan dividen interim, kendati hal tersebut tidak dilakukan pada 2021 karena kondisi keuangan perusahaan yang terpukul.

Terakhir, ADRO membagikan dividen senilai US$146,8 juta atau 99% dari laba perusahaan tahun buku 2020. Rasio itu merupakan rasio paling besar dalam beberapa tahun terakhir. Kendati secara rasio besar, secara nominal dividen itu lebih kecil dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya. Kecilnya nominal itu tidak lain disebabkan oleh kinerja perusahaan yang terpukul oleh pandemi virus corona pada 2020.

Prospek Bisnis ADRO

Emiten-emiten pertambangan batubara, merupakan perusahaan-perusahaan yang bersifat price taker. Harga jual produk yang mereka hasilkan selalu mengikuti pergerakan harga acuan di dunia.

Oleh karena itu, harga acuan tersebut akan mengalami periode boom and bust yang mengikuti siklus ekonomi. Itu sebabnya emiten-emiten pertambangan batubara disebut dengan cyclical companies karena mereka bergerak dalam sebuah siklus yang berulang.

Untuk ADRO sendiri, kinerja keuangannya akan sangat tergantung kepada pemulihan ekonomi akibat pandemi. Dengan pulihnya siklus ekonomi secara perlahan, akan kembali meningkatkan permintaan terhadap sumber-sumber energi seperti minyak mentah atau batubara.

Pergerakan aktivitas manufaktur di China pun sudah mengalami kenaikan seperti kondisi pre-covid, yang bisa kita lihat dari PMI Index di bawah.

Naiknya indikator aktivitas manufaktur ini bisa menjadi salah satu indikator bahwa sudah dimulainya kembali pergerakan ekonomi di China. Status China sebagai ‘pabrik dunia’ dan sebagai konsumen batubara terbesar di dunia tentu menjadi insentif harga acuan batubara dunia untuk bergerak naik.

Hal ini bisa terlihat dari naiknya future contract batubara untuk bulan November yang sudah hampir menyentuh USD 60 per metric ton.

Ditambah lagi, belahan bumi utara yang sudah mulai memasuki musim dingin di mana mereka akan membutuhkan energi lebih banyak, sejalan dengan naiknya konsumsi listrik dan pemanas dalam beberapa bulan ke belakang.

Batubara adalah komoditas sumber energi yang murah dan melimpah, meskipun di negara-negara Eropa mulai banyak penolakan untuk komoditas ini dengan alasan lingkungan, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh karena konsumen terbesar batubara dunia adalah negara-negara Asia yang sedang berkembang (seperti China, India dan Indonesia) yang membutuhkan sumber energi yang murah dan melimpah.

Dan itu akan menjadi faktor penentu kinerja perusahaan-perusahaan dalam negeri seperti ADRO.

Kesimpulan

Mengingat kinerja keuangan yang cukup baik, rasio keuangan yang sehat, dan rutin membagikan dividen dengan yield yang besar, saham ADRO sangat layak dimiliki untuk investasi jangka panjang.

Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait