Analisis Saham, Saham

Bedah Saham BIPI: Infrastruktur Batu Bara Masih Moncer?

Ajaib.co.id – PT Benakat integra Tbk yang dulu bernama PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) merupakan perusahaan yang bergerak dalam penyediaan infrastruktur pertambangan batu bara terintegrasi. Emiten dengan kode saham BIPI beroperasi melalui anak perusahaannya, PT Astrindo Mahakarya Indonesia (AMI). 

AMI sendiri memiliki anak perusahaannya, PT Mitratama Perkasa yang fokus menyediakan fasilitas penanganan batu bara dan penyewaan crusher, mengelola pelabuhan penanganan batu bara yang berada di Bengalon, Asam Asam dan Mulia Barat, dan penghancur batu bara, yang berlokasi di Sangatta, Indonesia. Sementara, PT Nusa Tambang Pratama bergerak dalam pengembangan proyek infrastruktur batu bara, meliputi coal crusher dan overland conveyor

BIPI memiliki bisnis lain di luar batu bara, misalnya eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi melalui anak perusahaannya, PT Benakat Barat Petroleum yang merupakan operator blok Benakat Barat, Sumatera Selatan, Indonesia.

Perusahaan memutuskan untuk IPO pada 11 Februari 2010 dengan melepas sahamnya ke publik sebanyak 11,5 miliar lembar saham yang dihargai senilai Rp140/saham. Lewat IPO tersebut, BIPI berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp1,61 triliun. Per 24 Februari 2021, saham BIPI bertengger di Rp50/lembar. 

Komposisi saham BIPI terbagi menjadi 4 kepemilikan, yang pertama PT Indotambang Perkasa selaku pengendali dengan persentase 30,53% saham, kepemilikan publik sebesar 50,48%, PT Danatama Perkasa sebesar 9,55%, dan yang terakhir PT Sinarmas Multiartha Tbk dengan kepemilikan mencapai 9,44%.

Saham BIPI pernah mencapai level Rp156 hingga akhirnya terus merosot ke Rp50 karena utang perusahaan dianggap lebih tinggi sehingga investor was-was untuk berinvestasi di saham komoditas ini. Namun, bagaimana dengan fundamental perusahaannya? Mari kita bedah saham BIPI bersama-sama.

Kinerja Keuangan 

Meskipun saham BIPI dihargai Rp50, tapi kinerja keuangan perusahaan batu bara sepanjang Januari – September 2020 tergolong cemerlang. Mengutip laporan keuangan di BEI, pendapatan BIPI tercatat di angka US$51,13 juta, naik 6,36% dibandingkan realisasi pendapatan Q3 2019 sebesar US$48 juta.

Kontributor utama pendapatan saham BIPI sepanjang 9M 2020 berasal dari jasa sewa pelabuhan US$37,33 juta, disusul disusul penyewaan crusher sebesar US$13,77 juta dan jasa konsultasi sebesar US$18,000. Di aspek pelanggan, PT Arutmin Indonesia merupakan pelanggan terbesar yang memberikan kontribusi pendapatan sebesar 62,41% atau sekitar US$31,91 juta, disusul PT Kaltim Prima Coal yang berkontribusi sebesar 37,56% atau sebesar US$19,20 juta.

Pada pos beban, BIPI mencatatkan kenaikan 4,01% pada beban pokok pendapatan ke US$10,10 juta dari US$9,71 juta. Beban lain-lain juga naik 39,56% dari US$7,33 juta menjadi US$10,23 juta. Naiknya pendapatan juga berbuntut ke melonjaknya laba bersih perusahaan sebesar 56,85% dari US$12,91 juta menjadi US$20,25 juta.

Beralih ke posisi keuangan, BIPI membukukan kenaikan aset perusahaan di Q3 2020 sebesar 3,2% dari US$1,25 miliar menjadi US$1,29 miliar. Ekuitas perusahaan juga ikut naik tipis 5,91% dari yang sebelumnya US$363 juta ke US$384,97 juta. Liabilitas BIPI juga naik 1,71% menjadi US$905,35 juta dari periode yang sama tahun lalu dari US$890,07 juta. 

Komponen Laba September 2019 ($ Juta) September 2020 ($ Juta)
Pendapatan  48 51,13
Laba Bersih 12,21 20,25
Aset 1025 1029
Ekuitas 363 384
Liabilitas 890 905

Kinerja keuangan saham BIPI sepanjang 9 bulan pertama 2020 begitu cemerlang. Beberapa pos mencatatkan kenaikan yang signifikan, di antaranya laba bersih yang melonjak 56%.

Kenaikan laba bersih ini merupakan sentimen positif di tengah kondisi harga  batu bara yang tidak stabil. Sejumlah pos juga mengalami kenaikan tipis, mencakup aset dan ekuitas yang berarti perusahaan terus meningkatkan porsi aset dibandingkan kewajibannya.

Di segmen selanjut, kita akan membahas bagaimana rasio-rasio keuangan saham BIPI di tahun ini dan tahun lalu.

Rasio September 2019 September 2020
ROA 0,98% 2,09%
ROE 6% 8,87%
NPM 26,87% 39,62%
GPM 79,74% 80,24%
OPM 72,8% 72,7%
DER 2.03 2.35

Serupa seperti kinerja keuangannya, rasio keuangan BIPI cukup baik. Perusahaan mampu meningkatkan keuntungan dari penggunaan aset dan ekuitas sepanjang 9 bulan pertama 2020, terbukti dengan naiknya ROE dari 0,98% ke 2,09% dan ROE di angka 8,87% dari yang sebelumnya 6%.

Rasio profitabilitas perusahaan juga membuktikan kalo fundamental BIPI di tahun 2020 terlalu baik untuk saham yang dihargai Rp50 perak. Rata-rata persentase NPM, GPM, dan OPM ideal untuk perusahaan sehat setidaknya 10%, tetapi NPM, GPM, dan OPM BIPI justru lebih dari 20%, yang mana GPM nya mencapai 80,24%. GPM yang tinggi mengindikasikan perusahaan mampu mampu menekan beban pokok sehingga perusahaan bisa menghasilkan laba kotor yang tinggi.

OPM perusahaan juga tercatat sebesar 72,7%, yang artinya manajemen BIPI mampu meminimalkan biaya secara efektif, sehingga dapat menghasilkan laba lebih tinggi. Sayangnya, DER perusahaan di tahun 2020 naik signifikan 33% ke level 2.35 atau 235%.

Angka DER di atas 2 patut diwaspadai karena angka ideal DER perusahaan yang sehat <2, tetapi kita harus memastikan kembali apa alasan utang perusahaan meningkat, jika untuk ekspansi, ini adalah hal yang baik, tapi jika untuk operasi atau belanja modal, maka investor perlu berpikir ulang.

Riwayat Kinerja

Komponen CAGR 2017-2020
Laba Bersih -10%
Pendapatan 114%
Total Aset 1%

Rata-rata pertumbuhan (CAGR) pada kinerja keuangan BIPI tidak terlalu baik. CAGR laba bersih perusahaan justru menunjukkan angka negatif, artinya rata-rata setiap tahunnya perusahaan mengalami kerugian. Menariknya, angka pertumbuhan pendapatan BIPI dalam kurun waktu 2017 – 2020 justru sangat tinggi dengan presentasi 114%.

CAGR pendapatan yang tinggi membuktikan bahwa penjualan perusahaan meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Sementara, pada pos aset, CAGR nya hanya tumbuh 1% yang artinya perusahaan kesulitan untuk meningkatkan aset dari tahun ke tahun.

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

Jika dihitung dari pertama kali melantai di bursa saham, BIPI pernah membagikan dividen sebesar Rp1/saham atau setara dengan Rp36,5 miliar. Namun, jika dihitung 5 tahun terakhir, BIPI absen membagikan dividen ke investor.

Jika dilihat dari aspek fundamental, salah satu indikator perusahaan sehat adalah membagikan dividen 3- 5 tahun terakhir. Meskipun kinerja saham BIPI positif dalam 2 tahun terakhir, investor harus mempertimbangkan fakta bahwa perusahaan ini tidak membagikan dividen 3 tahun terakhir.

Prospek Bisnis BIPI

Seiring dengan pulihnya harga batu bara pada awal tahun, sejumlah perusahaan pertambangan menargetkan peningkatan kinerja pada tahun ini, salah satunya saham BIPI. Jika ekonomi pulih tahun ini, manajemen perusahaan berharap sejumlah proyek dapat terealisasikan dengan baik.

Hingga tahun 2021, tercatat pelanggan utama BIPI masih dari PT Arutmin Indonesia dan PT Kapuas Prima Coal. Namun, perusahaan tengah menjajaki kemungkinan untuk menawarkan pelayanan kepada pihak ketiga lainnya yang masih berkaitan dengan infrastruktur pertambangan, yang saat ini masih tahap engineering design dan feasibility study.

Proyek lain yang menjadi pertimbangan BIPI di tahun 2021 adalah proyek pembangkit listrik dengan catatan keadaan ekonomi membaik di tahun depan. 

Terkait belanja modal tahun depan, perusahaan belum memberikan angka pasti, tapi sebagai gambaran proyek pembangunan overland conveyor (OLC) yang akan dijalankan tahun depan, maka estimasi belanja modal yang harus disiapkan sekitar US$85 juta. 

BIPI juga telah merealisasikan penggunaan dana hasil right issue pada tanggal 15 Januari 2021. Perusahaan mendapatkan hasil right issue efektif pada tanggal 5 Juli 2019 sebesar Rp453,40 miliar dan biaya sebesar Rp13,01 miliar. Dengan demikian hasil bersih dari penawaran umum sebesar Rp440,39 miliar. Selanjutnya, BIPI akan menggunakan Rp418,37 miliar untuk ekspansi usaha dan Rpp22,01 miliar untuk modal kerja. 

Jika perusahaan mampu melanjutkan kinerja keuangan positif di tahun 2021 ditambah dengan naiknya tren harga batu bara, perusahaan berpeluang memperoleh keuntungan yang nantinya akan mempengaruhi harga saham di masa mendatang.

Kesimpulan

BIPI adalah salah satu saham yang paling lama bertengger di LQ50. Namun, sayangnya sudah lebih dari 6 bulan sejak saham ini berdenyut ke angka Rp65, padahal kinerja keuangan di tahun 2019 dan 2021 mentereng. Aspek fundamentalnya pun di tahun ini cukup baik, terlebih pada rasio profitabilitas yang memungkin perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan. 

PBV-nya masih rendah, di 0.49 kali, PER nya pun masuk ke dalam PER ideal saham murah yaitu <10 kali, dan ROE nya pun di angka 8,87%. Ini artinya BIPI dihargai sangat murah. Meskipun murah, rasio utangnya di angka 2.3 atau 230% dibandingkan ekuitasnya. Investor perlu melakukan strategi wait and see sebelum membeli saham BIPI, setidaknya hingga kinerja keuangan di semester pertama tahun ini keluar.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait