Analisis Saham

Bedah Saham BELI, Bagaimana Kinerjanya Setelah 1 Tahun IPO?

Bedah Saham BELI, Bagaimana Kinerjanya Setelah 1 Tahun IPO?

Ajaib.co.id – Siapa sih yang belum pernah dengar nama Blibli? Salah satu marketplace terbesar di Indonesia ini akhirnya menggelar masa penawaran awal pada 17-24 Oktober 2022. Tapi, bagaimana dengan kinerja keuangan dan prospek usahanya? Apakah saham BELI menarik dikoleksi? Mari kita bedah prospektus Blibli untuk menggali informasi lebih lanjut.

Profil Singkat Emiten

PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) bergerak di bidang perdagangan eceran melalui media untuk barang campuran, aktivitas pengembangan aplikasi perdagangan (e-commerce).

Perseroan merupakan sektor teknologi yang berdiri sejak tahun 2011, PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli atau Perseroan) merupakan pelopor ekosistem belanja dan gaya hidup omnichannel terdepan di Indonesia yang fokus melayani konsumen ritel dan institusi lewat konektivitas digital. Perseroan mengintegrasikan pengalaman online dan offline melalui layanan e-commerce dan toko fisik untuk beberapa mitra merek terkemuka.

Pada tahun 2017, Perseroan mengakuisisi tiket.com untuk memperluas layanan hingga perjalanan, akomodasi, dan pengalaman gaya hidup; dan pada tahun 2021, ekosistem omnichannel Blibli semakin lengkap dengan penambahan produk segar dan kebutuhan sehari-hari bagi pelanggannya melalui akuisisi PT Supra Boga Lestari (RANC) – perusahan pengelola sejumlah supermarket berkualitas tinggi seperti Ranch Market dan Farmers Market. 

Pada tahun 2022, Perseroan menempati peringkat pertama kategori consumer electronics dan makanan segar B2C omnichannel menurut Frost and Sullivan.

Saat sebelum melaksanakan proses Penawaran Umum Saham Perdana (IPO), komposisi kepemilikan saham BELI terdiri atas PT Global Investama Andalan (98,46%), Kusumo Martanto (0,04%), Honky Harjo (0,03%), Lisa Widodo (0,00%), Hendry (0,00%), Andy Untono (0,00%), dan lain-lain (1,45%).

IPO Saham BELI

Saham BELI melakukan penawaran saham perdana melalui mekanisme e-IPO. Perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 17.771.205.900 lembar saham baru yang merupakan saham biasa atas nama dengan nominal Rp250 setiap lembar saham, atau sama dengan 15,00% dari total modal yang ditempatkan setelah proses penawaran umum perdana saham kepada masyarakat dengan harga saham beli pada saat penawaran Rp410-Rp460.

Berikut merupakan struktur pemegang saham setelah aksi IPO, PT Global Investama Andalan (83,69%), Kusumo Martanto (0,03%), Honky Harjo (0,02%), Lisa Widodo (0,00%), Hendry (0,00%), Andy Untono (0,00%), lain-lain (1,23%). dan Masyarakat (15,00%).

Penjamin pelaksana emisi efek BELI adalah PT BNI Sekuritas dan BRI Danareksa Sekuritas dan BCA Sekuritas. Penjamin Pelaksana Emisi Efek menjamin dengan kesanggupan penuh (Full Commitment) terhadap terhadap sisa saham yang ditawarkan yang tidak dipesan dalam Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan.

Penggunaan Dana IPO Saham BELI

Berdasarkan prospektus saham IPO BELI, dana yang dihimpun dari kegiatan IPO setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan untuk:

  1. Sekitar Rp5,5 triliun akan digunakan oleh Perseroan untuk pembayaran seluruh saldo utang fasilitas perbankan;
  2. Sisanya akan digunakan oleh Perseroan dan Entitas Anak sebagai Modal Kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha Perseroan, termasuk pada kegiatan penjualan dan pemasaran, pengembangan produk, pembiayaan kegiatan operasional (termasuk biaya pemeliharaan atau beban operasional lainnya), dan penambahan fasilitas pendukung usaha Perseroan (termasuk diantaranya pembaruan teknologi).

Kinerja Saham BELI

Setelah berhasil IPO di akhir 2022 tentu kamu penasaran bukan bagaimana kinerjanya di tahun ini? Berikut ini kinerja laporan keuangan saham BELI.

Komponen202320222021
Pendapatan15,26 triliun8,85 triliun
Laba Kotor1,12 triliun
Laba Bersih-5,50 triliun
Total Aset14,07 triliun
Total Liabilitas3,59 triliun
Total Ekuitas10,48 triliun

Performa saham BELI menurun signifikan di 2023, meski begitu mereka belum mengeluarkan laporan keuangan terakhirnya. Dilansir dari Emiten News, penurunan yang signifikan pada jumlah kas dan setara kas, serta ekuitas PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli hingga 30 September 2023 menarik perhatian PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tanggal tersebut, jumlah kas dan setara kas BELI mencapai Rp1,44 triliun, mengalami penurunan sebesar 53,06% dibandingkan dengan posisi pada 31 Desember 2022 yang mencapai Rp3,07 triliun.

Direktur Global Digital Niaga Eric Winarta, menjelaskan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh penggunaan kas dan setara kas untuk kebutuhan operasional, sejalan dengan upaya pertumbuhan usaha BELI. Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasional Blibli juga masih menunjukkan nilai negatif, yaitu sebesar minus Rp2,90 triliun. Eric menekankan bahwa untuk menjaga kecukupan modal kerja, pihaknya terus mengidentifikasi berbagai peluang yang tersedia.

“Di mana salah satunya melalui fasilitas pembiayaan kredit modal kerja perbankan atau bentuk permodalan lainnya,” ungkap Eric dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (4/1/2024)

Di samping itu, ekuitas BELI juga turun dari Rp10,48 triliun per 31 Desember 2022 menjadi Rp7,95 triliun atau mengalami penyusutan sebesar 24,08%.  Posisi ekuitas negatif ini disebabkan karena BELI masih membukukan rugi periode berjalan. Per September 2023, BELI mencatatkan rugi periode berjalan sebesar Rp 2,63 triliun. 

Eric menyatakan bahwa BELI berkomitmen untuk terus melaksanakan strategi dan langkah-langkah untuk merampingkan komposisi produk, khususnya di segmen Ritel 1P, sambil berusaha untuk memperoleh keuntungan dan meningkatkan ekuitas. BELI juga akan tetap memusatkan perhatian pada berbagai kategori produk yang memiliki potensi keuntungan tinggi. Harapannya, hal ini diharapkan dapat menghasilkan laba bruto yang lebih baik dan meningkatkan margin bruto secara keseluruhan.

Eric juga mengungkapkan bahwa perusahaan akan meluncurkan lebih banyak sinergi dan inovasi ekosistem serta mengimplementasikan berbagai upaya efisiensi biaya secara tepat tanpa mengorbankan potensi pertumbuhan bisnis.

Rasio Keuangan BELI

Berikut merupakan rangkuman rasio keuangan saham BELI selama tahun 2023:

RasioQ1 2023Q2 2023Q3 2023
Return on Equity (RoE)-9,44%-10,95%-13,73%
Return on Assets (RoA)-6,33%-7,09%-7,77%
Gross Profit Margin (GPM)15,07%15,31%15,12%
Operating Profit Margin (OPM)-22,92%-21,96%-22,54%
Net Profit Margin (NPM)-22,93%-22,46%-22,89%
Current Ratio (CR)186,20%182,31%153,77%
Debt to Equity Ratio (DER)46%49%58%

Data di atas menunjukkan BELI secara fundamental dalam performa kinerja kurang baik, tercermin pada beberapa angka rasio dalam keadaan minus.

Kebijakan Dividen Saham BELI

Perseroan merencanakan untuk membagikan dividen dalam bentuk tunai sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Besarnya dividen dikaitkan dengan keuntungan Perseroan pada tahun buku yang bersangkutan, dengan tidak mengabaikan tingkat kesehatan keuangan. Perseroan bermaksud mengusulkan secara konsisten untuk melakukan pembayaran dividen sejak mulai tahun saldo laba Perseroan positif. Besarnya dividen diberikan mengikuti persetujuan oleh para pemegang saham, para komisaris dan direksi dari total laba bersih tahun berjalan konsolidasian Perseroan pada Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan.

Prospek Bisnis BELI

Peluang pasar Perseroan terutama digerakkan oleh faktor-faktor berikut ini:

1. Peningkatan Daya Beli Masyarakat Perkotaan dan Kelas Menengah

Bisnis B2C Perseroan diuntungkan oleh peningkatan daya beli dan TPV konsumen kelas menengah dan atas yang terhubung secara digital. Populasi kelas menengah-atas dan atas di Indonesia adalah sebesar 62,2 juta pada tahun 2020 dan diproyeksikan akan bertumbuh hingga mencapai 74,6 juta pada tahun 2025 menurut Frost and Sullivan. Perseroan meyakini bahwa transformasi digital, ditambah dengan peningkatan urbanisasi dan konsumsi di kelas menengah-atas dan atas, akan mendukung kenaikan omnichannel perdagangan.

2. Peningkatan Penggunaan Ponsel Pintar

Perseroan meyakini bahwa konsumen dan institusi semakin memperluas kategori produk dan jasa yang dibeli secara online, termasuk melalui ponsel pintar, yang akan meningkatkan konsumsi online lebih lanjut.

3. Peningkatan Pembelian Online

Belanja online diperkirakan akan terus bertumbuh dari segi nilai absolut: menurut Frost and Sullivan, pengeluaran ritel online di Indonesia mencapai US$63,3 miliar pada tahun 2020 dan diproyeksikan akan meningkat hingga US$149,1 miliar pada tahun 2025. Konsumsi online di Indonesia diproyeksikan akan bertumbuh dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) sebesar 22,6% dari tahun 2020 hingga 2025, menurut Frost and Sullivan, mengingat total transaksi dan konsumsi online terus meningkat.

Kekuatan Perseroan; Kehadiran yang kuat di segmen konsumen yang besar, bermarjin tinggi, dan pertumbuhan pesat.

Masing-masing platform Perseroan melayani segmen pelanggan yang diperkirakan akan bertumbuh secara signifikan pada tahun 2025 sebagai hasil kombinasi dari berbagai factor termasuk populasi yang digitally native, urbanisasi yang pesat, peningkatan disposable income, dan kebijakan-kebijakan Pemerintah yang mendukung di Indonesia:

  • Blibli.com melayani segmen e-commerce, yang memiliki Total Addressable Market (TAM) sebesar US$150 miliar di tahun 2025 dan perkiraan pertumbuhan pada CAGR 19% dari tahun 2020 hingga 2025 berdasarkan Frost and Sullivan.
  • tiket.com melayani segmen perjalanan dan gaya hidup yang memiliki perkiraan nilai TAM sebesar US$41 di tahun 2025 dan perkiraan pertumbuhan pada CAGR 28% dari tahun 2020 hingga 2025 berdasarkan Euromonitor.
  • Ranch Market melayani segment barang kebutuhan sehari-hari dan supermarket, dengan perkiraan TAM sebesar US$245 miliar di tahun 2025 dan perkiraan pertumbuhan pada CAGR 6% dari tahun 2020 hingga 2025 berdasarkan Frost & Sullivan.

Selain peluang pasar, BELI juga memiliki kekuatan besar, di mana emiten ini merupakan bagian dari salah satu ekosistem yang terdiversifikasi paling besar di Indonesia.

Perseroan merupakan anggota dari salah satu kelompok usaha terdiversifikasi paling besar di Indonesia (Grup) dan Perseroan didukung oleh pemegang saham yang berpengalaman. Didirikan oleh keluarga Hartono, yaitu PT Djarum dengan ekspansi ke berbagai bisnis lainnya, termasuk perbankan dan keuangan, barang konsumsi dan telekomunikasi, serta e-commerce, Grup Perseroan berkomitmen kepada operasi bisnis dan investasi jangka panjang di Indonesia.

Dengan dukungan dari Grup Perseroan, platform gaya hidup dan OTA Perseroan – tiket.com, dan anak perusahaan Perseroan di bidang barang kebutuhan sehari-hari – Ranch Market -. Bersama-sama dengan para mitra Grup, Perseroan meyakini bahwa Perseroan berada pada posisi yang tepat untuk memanfaatkan sinergi dan mengembangkan produk dan jasa baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan bisnis di Indonesia yang senantiasa berkembang.

Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang!

Sebagai aplikasi Pilihan #1 Investor Indonesia, Ajaib hadir untuk memberikan pengalaman trading yang lebih cepat, aman, dan handal. Yuk mulai berinvestasi di saham, reksa dana, hingga Aset Kripto di platform Ajaib. Proses pendaftarannya mudah dan 100% online.

Ada berbagai fitur menarik yang tersedia untuk membantu Anda memaksimalkan potensi profit dari trading saham, salah satunya X-TRA Day Trading. Anda dapat menikmati X-TRA buying power hingga 7x lipat untuk maksimalkan potensi cuan.

Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download aplikasi Ajaib sekarang! Untuk investor crypto, Anda juga dapat mendownload aplikasi trading Ajaib Kripto di Play Store dan App Store.


Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib Sekuritas membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait