

Ajaib.co.id – Sebelum menjadi PT Nusantara Infrastructure Tbk (kode saham META), nama perseroan adalah PT Sawita Bersama Darma yang berdiri pada 01 September 1995. Pada 02 Januari 2000, nama perseroan berubah menjadi saat ini.
Perseroan ini menjalankan bisnis dalam bidang jasa, perdagangan, dan pembangunan yang berhubungan dengan infrastruktur, pertambangan, minyak, serta gas bumi.
Kegiatan utama perseroan adalah berinvestasi pada beberapa perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan jalan tol (Jakarta dan Makassar), jasa pelabuhan, perdagangan, jasa, hingga pembangunan.
Pada Juli 2001, perseroan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten META. Penawaran umum perdana saat itu sebanyak 60 juta dengan nilai nominal Rp100 per saham dengan harga penawaran Rp200 per saham dan disertai Waran Seri I sebanyak 60 juta.
Adapun pemegang saham per Desember 2019 adalah PT Metro Pacific Tollways Indonesia dengan 73,86%, PT Indonesia Infrastructure Finance sebesar 10%, dan masyarakat 13,96%.
Fokus Tender Konstruksi JORR Elevated Cikunir-Ulujami
Tahun ini, META membidik beberapa proyek infrastruktur mulai dari jalan tol, pembangkit listrik, hingga air minum, Bisnis.com (31/03/2021). Perseroan sedang fokus mengikuti tender konstruksi jalan tol JORR Elevated Cikunir-Ulujami yang memerlukan investasi besar dengan nilai proyek senilai Rp21 triliun.
Dalam mengerjakan proyek tersebut, perseroan tergabung dalam konsorsium Jakarta Metro Expressway bersama PT Acset Indonusa Tbk (ACST) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. META memiliki kepemilikan paling besar.
Presiden Direktur META Ramdani Basri menjelaskan bahwa pihaknya menggunakan dana sebagian dari utang, pemegang saham, dan sisanya kas ketika menangani proyek strategis. Karena struktur keuangan perseroan cukup kuat sampai saat ini.
Pendapatan Anjlok 2020, Tetap Optimis 2021
Kinerja keuangan META untuk kuartal III-220 mengalami penurunan dibanding kuartal III-2019. Pendapatan usaha dan penjualan perseroan anjlok menjadi Rp373,43 miliar year-on-year, sebelumnya Rp468,91 miliar.
Laba periode berjalan turun drastis menjadi Rp82,40 miliar yoy sebelumnya Rp181,30 miliar. Sedangkan total liabilitas naik menjadi Rp2,52 triliun yoy dari Rp1,88 triliun dan total aset naik menjadi Rp5,88 triliun, sebelumnya Rp 5,07 triliun.
Direktur META Danni Hasan optimis pendapatan perseroan akan tumbuh sekitar 86% pada 2021, seiring pertumbuhan proyek, Bisnis.com (23/12/2020). Jika pendapatan 2020 senilai Rp530 miliar, maka pendapatan tahun ini sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi adalah Rp800 miliar.
Akhir tahun lalu, META meresmikan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lau Gunung di Lau Gunung, Tanah Pinem, Dairi, Sumatera Utara, yang berkapasitas 15 megawatt. Pendapatan operasional dari sini diperkirakan mencapai Rp67 miliar dan tahun ini Rp9 miliar.
Kinerja META Selama Lima Tahun
Sejak 2015 hingga 2019, kinerja META cenderung naik. Meski kinerja 2017 sempat menurun, tetapi tahun berikutnya menunjukkan perbaikan. Bahkan pendapatan 2019 naik 155,2% yoy.
Laporan Laba Rugi | 2019 | 2018 | 2017 | 2016 | 2015 |
Pendapatan dan Penjualan | Rp1,57 triliun | Rp781,7 miliar | Rp792 miliar | Rp986,8 miliar | Rp618,2 miliar |
Laba Kotor | Rp415,5 miliar | Rp451,1 miliar | Rp517,2 miliar | Rp485,3 miliar | Rp408,9 miliar |
Laba Bersih | Rp205,3 miliar | Rp217 miliar | Rp93,1 miliar | Rp220 miliar | Rp211 miliar |
Pada 2019, perseroan fokus pada kegiatan usaha di sektor jalan tol, pengolahan air bersih, energi terbarukan, dan pelabuhan. Hasil dari kegiatan tersebut adalah:
- Izin prinsip untuk pembangunan Jalan Tol Cikunir-Ulujami sepanjang 22 kilometer dengan nilai investasi mencapai Rp21,5 triliun.
- Melakukan pembangunan Jalan Tol Layang A.P. Pettarani sepanjang 4,3 kilometer yang telah dimulai sejak akhir April 2018 melalui entitas anak perusahaan PT Margautama Nusantara (MUN).
- Membangun PLTA di Lau Gunung. Pengerjaan proyek tersebut dilakukan oleh PT Inpola Meka Energi (IME), anak usaha PT Energi Infranusantara (EI). EI adalah entitas anak perusahaan META.
- Perseroan mengoperasikan tiga instalasi pengolahan air bersih atau water treatment plant (WTP). Air bersih hasil dari WTP akan disalurkan melalui Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) setempat untuk kebutuhan industri dan perumahan.
Berikut ini rasio keuangan META. Meski rasio menurun, perseroan masih mampu menjaga keuangan. Sehingga kinerja keuangan dalam kondisi baik.
Ramdani Basri mengatakan META adalah salah satu perusahaan infrastruktur dengan capital structure yang cukup kuat dan tak terlalu terbebani dengan utang. Sehingga masih ada ruang untuk menambah pinjaman.
Rasio | 2019 | 2018 |
ROA | 2,83% | 4,17% |
ROE | 4,50% | 6,03% |
NPM | 13,05% | 22,98% |
CR | 168,94% | 266,75% |
DER | 42,58% | 35,47% |
Prospek Bisnis META
Sektor infrastruktur sama seperti transportasi, yaitu terdampak pandemi COVID-19. Sehingga kinerja keuangannya cukup tertekan. Meski demikian proyek infrastruktur harus tetap berjalan untuk mendukung kegiatan masyarakat.
Namun META mengakui bisnis di bidang air lebih stabil saat pandemi. Danni mengatakan bisnis air cukup sustainable karena perseroan dominan memasok air ke industri sekaligus tim marketing giat memperoleh pelanggan baru, Bisnis.com (27/12/2020).
Pada kuartal I-2020, bisnis air sedikit menurun. Namun kuartal berikutnya menunjukkan kenaikannya. Perseroan juga melihat peluang mengakuisisi perusahaan air yang pasarnya baik, tetapi terkendala masalah keuangan karena pandemi. Namun Danni tidak merinci informasi tersebut.
Layakkah Saham META Dikoleksi?
Pada dasarnya, saham META layak dikoleksi. Karena kondisi keuangan perseroan baik, begitu pula dengan kinerja proyek-proyeknya.
Namun investasi saham infrastruktur adalah penanaman modal jangka panjang, minimal lima tahun untuk mendapatkan keuntungan. Meskipun saham-saham tipe ini rentan dengan pandemi, kebijakan pemerintah, kondisi politik dan ekonomi luar negeri, hingga kecelakaan kerja. Sehingga harga sangat fluktuatif, apalagi jika dibandingkan dengan saham perbankan.
Buat investor yang tertarik dengan saham META, pastikan memilih perusahaan sekuritas yang telah memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Salah satunya adalah Ajaib.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.