Ajaib.co.id – Asuransi Sinarmas MSIG atau bisnis emiten saham LIFE sepintas cukup menarik karena meskipun laba bersih tidak meningkat namun setidaknya cukup stabil di angka Rp 300-an miliar setiap tahun.
Namun berdasarkan potensinya, LIFE seharusnya bisa memiliki kinerja yang lebih baik dari itu. Simak selengkapnya pembahasan mengenai kinerja PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk di bawah ini.
Profil Emiten
PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE) adalah perusahaan asuransi hasil bentukan Joint Venture antara PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) dengan Mitsui Sumitomo Insurance Co Ltd.
LIFE menawarkan asuransi baik kepada individu, perbankan maupun kumpulan. Produk asuransi yang ditawarkan beragam mulai dari asuransi Kematian Jangka Warsa, Kesehatan, Kecelakaan Diri dan Unit Link (Dwiguna) hingga Dana Pensiun.
Produk asuransi LIFE diidentifikasi dengan awalan SMiLe seperti misalnya SMiLe Multi Invest, SMiLe Personal Accident, SMiLe Medical dan SMiLe Hospital Protection Plus, SMiLe Link 88, SMiLe Link 99, SMILe Link Pro 100 dan lain sebagainya.
Perusahaan didirikan pada tanggal 17 Juli 1984 dan melakukan penawaran perdana saham di papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 9 Juli 2019 dengan kode saham LIFE. Dengan jumlah saham beredar sebanyak 2.100.000.000 lembar di harga Rp 5.000 maka Kapitalisasi pasarnya adalah sebesar Rp 10,50 Triliun.
Ada pun pemegang saham dengan kepemilikan signifikan di antaranya Mitsui Sumitomo Insurance Co. Ltd. (80%), PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (12,5%), sedangkan yang beredar di masyarakat adalah sebanyak 7,5% dari seluruh saham LIFE yang beredar.
Riwayat Kinerja
Meski sudah memasuki bulan kelima di tahun 2021, laporan keuangan LIFE terakhir yang dapat diakses publik adalah laporan keuangan tahunan per tahun 2020. Sebagai emiten yang baru melantai di tahun 2019, di bawah ini adalah riwayat kinerja yang tersedia untuk publik;
2020 | 2019 | 2018 | CAGR | |
Premi Bruto | 3,66 triliun | 3,56 triliun | 4,35 triliun | -8,20% |
Premi Reasuransi | 12,9 miliar | 15,7 miliar | 15,14 miliar | -7,40% |
Premi Neto | 3,65 triliun | 3,55 triliun | 4,33 triliun | -8,20% |
Klaim yang Terjadi | 4,02 triliun | 2,95 triliun | 3,75 triliun | 3,53% |
Klaim Reasuransi | 4,38 miliar | 6,54 miliar | 12,38 miliar | -40,53% |
Klaim neto | 4 triliun | 2,94 triliun | 3,74 triliun | 3,64% |
Hasil Investasi | 655,2 miliar | 847,7 miliar | 644,4 miliar | |
Laba Bersih | 330,9 miliar | 286,6 miliar | 342,5 miliar |
Adapun premi bruto yang diperoleh sama besarnya dengan pendapatan premi dan oleh karena itu pendapatan premi tidak dituliskan kembali. Jumlah premi bruto kendati naik dari Rp 3,56 triliun di 2019 menjadi Rp 3,66 triliun di tahun 2020, namun melemah jika dibandingkan dengan posisi di tahun 2018 yakni Rp 4,35 triliun.
Emiten melakukan reasuransi yang sangat kecil pembayaran preminya saja hanya sebesar Rp12,9 miliar. Sangat kecil jika bandingkan dengan premi yang diperoleh emiten dari nasabahnya yang sebesar Rp 3,66 triliun. Karena reasuransinya yang rendah, klaim reasuransi yang bisa diajukan untuk meng-cover sebagian klaim yang terjadi juga kecil.
Pada tahun 2020 bertepatan dengan pandemi klaim nasabah, terutama terkait kesehatan dan kematian, meningkat. Total klaim saat itu menjadi Rp 4,02 triliun dari sebelumnya di tahun 2019 adalah sebesar 2,95 triliun saja. Klaim reasuransi yang hanya Rp 4,38 miliar sangat jauh dari kata mumpuni dan menyisakan klaim neto atau klaim yang mesti ditanggung sendiri oleh emiten sebesar Rp 4 triliun.
Tentu jika dibandingkan dengan premi brutonya yang hanya Rp 3,66 triliun. Maka secara underwriting, LIFE berada pada kondisi defisit di tahun 2020. Untungnya emiten punya pendapatan usaha lain berupa pemasukan hasil investasi sebesar Rp655,2 miliar. Dan pada akhirnya emiten masih bisa laba sebesar Rp 330,9 miliar.
Sebenarnya jika diamati, klaim yang terjadi sejak 2018 selalu saja besar mendekati nilai premi brutonya. Ini adalah hal yang berbahaya karena jika klaim yang ada melebihi premi bruto maka artinya kegiatan usaha utama emiten tidak menguntungkan.
Mungkin itulah sebabnya emiten masih menunggak komisi agen penjual. Hal ini benar-benar tidak biasa karena pada umumnya komisi agen penjual dibayarkan secara tunai dan masuk ke bagian beban dan bukannya masuk ke dalam Liabilitas. Berikut data mengenai ekuitas alias aset yang diperkenankan setelah dikurangi kewajiban dan informasi liabilitas.
2020 | 2019 | 2018 | CAGR | |
Ekuitas | 8 triliun | 7,76 triliun | 7,2 triliun | 5,67% |
Utang Komisi | 78 miliar | 66,42 triliun | 55,8 miliar | |
Total Liabilitas | 7,48 triliun | 8,04 triliun | 7,79 triliun | -1,97% |
Sejak tahun 2018 ekuitas perusahaan asuransi LIFE naik dengan CAGR 5,67% per tahun dengan posisi terakhir sejumlah Rp 8 triliun. Di sisi lain total liabilitas turun menjadi Rp 7,48 triliun di tahun 2020 yang mana sebelumnya adalah sebesar Rp 8,04 triliun di tahun 2019. Penurunan liabilitas sejak 2018 terjadi dengan CAGR sebesar 1,97%. Berikut rasio-rasio yang dapat disampaikan;
2020 | 2019 | 2018 | |
Loss Ratio | 109,59% | 82,62% | 85,98% |
Investment Yield | 4,78% | 5,80% | 4,52% |
NPM | 7,55% | 6,39% | 6,71% |
Adapun rasio kerugian kegiatan underwriting emiten pada tahun 2020 mencapai 109,59% alias merugi karena klaim yang terjadi telah melebihi pendapatan preminya. Rasio kerugian pada tahun 2019 dan 2018 juga mencapai angka yang sangat tinggi yakni masing-masing 82,62% dan 85,98%. Padahal batas maksimal rasio kerugian yang dianjurkan OJK adalah 20% saja.
Angka rasio kerugian yang besar menandakan bahwa proses seleksi nasabah tidak berjalan semestinya. Bahwasanya tidak semua orang dapat mengikuti program asuransi dilihat dari riwayat kesehatannya, jenis pekerjaan, usia dan lain sebagainya.
LIFE mengalami masalah serius tentang kegiatan proses seleksi nasabahnya ditandai dengan besarnya klaim yang terjadi setiap tahun yang hampir mendekati angka pendapatan preminya. Ketika terjadi keadaan kahar di mana situasi berkembang tak terprediksi seperti pandemi, maka lonjakan klaim membuat kegiatan usaha underwriting emiten merugi.
Emiten bisa membukukan keuntungan karena ditopang oleh kegiatan investasi emiten yang menghasilkan Rp 600-850 miliar setiap tahunnya. Meski angkanya cukup besar namun sebenarnya potensi yang bisa dihasilkan oleh kegiatan investasi emiten bisa lebih besar lagi.
Jumlah investasi yang dimiliki emiten adalah sekitar Rp 14 triliun setiap tahunnya. Artinya keuntungan sebesar Rp 600-850 miliar hanyalah 4-5% dari total jumlah investasi. Sebuah portofolio yang dikelola secara aktif biasanya menghasilkan di atas 10% setiap tahunnya.
Sedangkan marjin laba investasi yang dihasilkan emiten di bawah 10%. Jadi dapat dikatakan kegiatan investasi emiten berjalan biasa-biasa saja dengan Marjin Laba Investasi setara dengan deposito atau sedikit di atas bunga bank.
Besar marjin laba (NPM) seluruhnya adalah sekitar 6-7%, per tahun 2020 besar NPM emiten adalah 7,55% ditopang oleh pendapatan usaha dari kegiatan investasi emiten. Berikut rasio kesehatan keuangan emiten;
2020 | 2019 | 2018 | |
DER | 93,07% | 103,59% | 108,15% |
RBC | 220,13% | 218,65% | 166,12% |
Kesehatan keuangan emiten sangat baik dengan rasio utang per ekuitas (DER) kini telah berada di bawah batas atas yang dianjurkan yakni 100%. Per tahun 2020 DER emiten adalah sebesar 93,07% saja. Terdapat tren turun yang baik pada DER emiten, hal ini menunjukkan bahwa emiten memiliki komitmen untuk menjaga kesehatan keuangannya.
Selain itu nasabah juga tak perlu khawatir karena meski rasio kerugian emiten tinggi, namun emiten memiliki kemampuan bayar klaim yang juga tinggi. Adapun batas atas Risk Based Capital (RBC) yang dianjurkan oleh OJK adalah 120%, berdasarkan riwayatnya emiten telah berhasil menempatkan mengamankan kesehatan keuangannya di atas angka yang dianjurkan.
Berturut-turut RBC dari LIFE adalah 166,12% di tahun 2018 dan naik ke 218% di tahun 2019 dan menjadi 220% di tahun 2020. Kamu bisa melihat terdapat tren naik dalam hal RBC.
Prospek
Emiten memiliki masalah serius dalam hal proses seleksi nasabah, hal ini menyebabkan emiten menerima klaim yang terjadi dengan nilai yang sangat tinggi setiap tahunnya hingga hampir menyamai besar pendapatan preminya. Tingginya beban klaim emiten juga tidak diimbangi dengan reasuransi.
Umumnya emiten yang longgar dalam hal seleksi nasabah melakukan reasuransi yang juga besar dengan harapan bahwa klaim yang terjadi kemudian akan di-cover sebagain besar oleh klaim reasuransi dan menyisakan klaim bersih yang minim yang akan ditanggung sendiri oleh emiten.
Hal tersebut tidak terjadi pada LIFE. Tingginya klaim tidak diimbangi oleh reasuransi yang cukup sehingga sebagian besar klaim mesti ditelan bulat-bulat oleh emiten sendiri.
Setiap tahun klaim yang ditanggung emiten sendiri besarnya mencapai nyaris menyamai besar pendapatan preminya. Dengan demikian marjin laba dari kegiatan utama sebuah perusahaan asuransi, yakni underwriting, sangatlah minim.
Begitu besarnya klaim yang terjadi tentu akan menimbulkan bencana bagi perusahaan ketika ada sesuatu di luar kendali seperti pandemi COVID-19 yang kedatangannya tak diduga semua orang.
Emiten sebagai perusahaan asuransi kesehatan dan kematian, dan unit link, mengalami peningkatan klaim di luar kebiasaan di tahun 2020 yang jumlahnya melampaui pendapatan preminya. Dan inilah pertama kalinya kegiatan underwriting emiten benar-benar merugi.
Namun jangan khawatir, emiten jauh dari kata bangkrut dan gagal bayar klaim karena aset bebas setelah dikurangi kewajiban alias ekuitas nilainya jauh di atas premi netonya. RBC emiten berada di angka lebih dari 200%, sedangkan DER emiten di bawah 100% yang menandakan bahwa secara kesehatan keuangan emiten sangat aman.
Kesimpulan
Emiten bisa dibilang tidak menarik dari sisi underwriting maupun investasi. Kegiatan underwriting emiten sangat lemah karena proses seleksi nasabah yang sangat longgar, hal ini mungkin berkaitan dengan ditunggaknya pembayaran komisi agen penjual.
Komisi agen penjual biasanya masuk ke bagian beban, namun LIFE memasukkan komisi marketing ke dalam liabilitas. Artinya emiten menunggak komisi penjual, dan mungkin itu yang menyebabkan agen penjual sebagau pihak yang paling pertama melakukan seleksi nasabah tidak melakukan tugasnya dengan baik dan menyebabkan banyak nasabah tak layak asuransi mengikuti program asuransi.
Nasabah tak layak asuransi memiliki kondisi yang membuatnya melakukan banyak klaim. Hal yang terjadi pada emiten adalah klaim yang terjadi nilainya begitu besar setiap tahunnya. Itu mengurangi marjin laba underwriting. Di sisi lain emiten kegiatan investasi emiten berjalan pelan dengan keuntungan minim setara dengan bunga deposito saja.
Tak menutup kemungkinan juga bahwa pelonggaran seleksi nasabah memang strategi emiten dalam menjaring nasabah untuk meraih pangsa pasarnya. Untungnya emiten tidak berada dalam kondisi buruk, kesehatan emiten cukup kuat untuk menghindarkannya dari kebangkrutan ataupun gagal bayar klaim.
Kesimpulannya, emiten tidak menarik dalam hal melakukan kegiatan usahanya baik dari sisi underwriting maupun investasi. Namun LIFE cukup baik dalam mengelola kesehatan keuangannya.
Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi