Analisis Saham

Laju Saham INDR Berkebalikan dengan Kinerja Keuangannya

Ajaib.co.id – PT Indo Rama Synthetics Tbk (INDR) adalah perusahaan bahan baku untuk industri tekstil. Perusahaan tersebut berdomisili di Purwakarta, Jawa Barat dengan fasilitas produksi yang tersebar di Purwakarta, Campak, dan Bandung. Indo Rama juga memiliki anak perusahaan tidak langsung yang berlokasi di Uzbekistan, Turki, dan Sri Lanka.

Kegiatan perusahaan meliputi pemintalan benang, polyester staple fibre (serat stapel), pet resin, investasi dan pengoperasian. Hasil produksinya dipasarkan di dalam dan luar negeri termasuk di Eropa, Amerika, Asia, Afrika dan Timur Tengah.

Indo Rama merupakan emiten yang terafiliasi dengan sosok orang terkaya nomor lima di Indonesia versi Forbes tahun 2020 yakni Sri Prakash Lohia yang kini menjabat sebagai Presiden Komisaris. Emiten berkode saham INDR tersebut mencatatkan saham perdananya pada 12 Juni 1990 dengan menjual 7 juta lembar saham.

INDR kembali menerbitkan lagi 60,3 juta lembar saham, 48,98 juta lembar saham, dan 290,82 juta lembar saham tambahan yang berasal dari agio saham pada tahun 1992, 1995 dan 1996.

Perusahaan juga sempat melakukan perubahan nilai nominal saham atau stock splitdari Rp1.000 menjadi Rp500 pada 9 Desember 1996. Hingga September 2020, seluruh saham perusahaan berjumlah 654,35 juta lembar saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat ini, kapitalisasi pasar atau market cap INDR mencapai Rp1,91 triliun. Per 12 Februari 2021, saham INDR ditutup pada posisi Rp2.920, posisi ini menguat 33,94% dari level satu tahun yang lalu.

Mari kita analisis lebih dalam isi INDR untuk dapat menilai seberapa menarik saham perusahaan ini.

Kinerja Keuangan

Dari laporan keuangan dalam sembilan bulan pertama tahun 2020, terlihat kinerja keuangan Indo Rama cukup terpuruk pada tahun pandemi ini. Perseroan mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar 25,7% secara tahunan menjadi hanya US$442,16 juta.

Berdasarkan informasi segmennya, semua segmen pendapatan perseroan mengalami penurunan dibandingkan dengan periode kuartal III tahun 2019 lalu, dipimpin oleh segmen kain dengan penurunan 33,39% menjadi USD16,68 juta, diikuti polyester sebesar 27,83% menjadi USD189,81 juta, dan pemintalan benang sebesar 23,25% menjadi USD235,67 juta.

Adapun, penjualan ekspor perseroan masih menjadi penopang bisnis perseroan yakni sebesar USD273,24 juta, diikuti penjualan lokal yang hanya menyumbang pendapatan sebesar USD179,87 juta.

Di sisi lain, perseroan mencetak kenaikan beban usaha sebesar USD19,95 juta dikarenakan nihilnya pencatatan keuntungan atas pelepasan entitas asosiasi yang pada periode tahun 2019 mencetak angka pendapatan USD30,01 juta. Hal ini pada akhirnya membuat laba bersih perseroan anjlok 94,23% secara tahunan menjadi hanya USD2,36 juta.

Sementara itu, jumlah aset perseroan menurun dari USD753,56 juta pada akhir 2019 menjadi USD727,41 juta hingga kuartal III/2020 diakibatkan penurunan liabilitas jangka pendek dari pos utang usaha pihak ketiga dari sebelumnya USD121,76 juta menjadi hanya USD54,94 juta. Kinerja INDR pada September 2020 dan perbandingannya dengan periode yang sama dengan tahun lalu dapat dilihat melalui tabel berikut.

Selanjutnya mari kita bahas dulu rasio-rasio keuangan umum INDR. Berikut ini datanya:

Dari rasio-rasio tersebut, terlihat bahwa laju saham INDR tidak serta merta merefleksikan kinerja keuangannya. Meskipun rasio perhitungan laba terhadap ekuitas dan aset yakni ROE dan ROA, diikuti dengan rasio margin keuntungan bersih yang menurun drastis, namun laju sahamnya justru menunjukkan peningkatan.

Hal ini terlihat dari peningkatan PER dari sebelumnya hanya 3.02 yang tergolong masih murah pada tahun 2019, menjadi 29,05 pada September 2020 yang mengindikasikan bahwa harga saham INDR sudah sangat mahal. Sementara, rasio PBV mencerminkan harga saham INDR tergolong murah akibat penurunan liabilitas dan pada akhirnya membuat aset perusahaan merosot pada tahun lalu.

Riwayat Kinerja

Kinerja buruk INDR pada tahun lalu sebenarnya belum tentu menunjukkan kinerjanya dalam beberapa tahun sebelum pandemi. Berdasarkan data kinerja dalam laporan penyampaian materi public expose, berikut ini rata-rata pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/ CAGR) sejumlah komponen kinerja INDR periode tahun buku 2015-2019:

Tingkat pertumbuhan INDR dalam 4 tahun terakhir sebelum pandemi sebenarnya cukup solid meskipun pertumbuhannya hanya single digit dengan rata-rata 3 persen, namun pandemi pada tahun 2020 memang sedikit banyak sangat mempengaruhi kinerja emiten tersebut apalagi posisi keuangan perseroan sangat bergantung pada harga komoditas katun dan tantangan distribusi vaksin yang masih akan berlangsung pada tahun 2021 ini. 

INDR untuk pertama kalinya membagikan dividen pada tahun 2019 untuk laba tahun buku 2018 sebesar Rp340 per lembar setelah enam tahun absen membagikan keuntungan kepada pemegang sahamnya. Peningkatan laba pada tahun 2018 sendiri disebabkan oleh pelepasan entitas asosiasi sebesar USD33,23 juta.

Prospek Bisnis Indo Rama

Pandemi nyatanya tidak menghalangi PT Indorama Synthetics Tbk untuk terus berekspansi. Saat ini, INDR tengah melakukan ekspansi berupa pembangunan dua pabrik yakni pabrik benang pintal polyester dan pabrik serat polyester yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. Dua fasilitas produksi ini akan mulai produksi pada 2021 sehingga kontribusinya mungkin akan mulai terasa pada tahun ini.

Di sisi lain, INDR juga telah menyelesaikan akuisisi berupa pengambilalihan 80 persen kepemilikan saham PT Cikondang Kancana Prima (CKP) pada Desember 2020 lalu. Untuk diketahui, CKP adalah perusahaan tambang dan pengolahan emas yang berada di Cianjur, Jawa Barat.

Nilai transaksinya mencapai Rp300 miliar, yang didanai oleh laba ditahan dan termasuk Rp50 miliar yang merupakan pinjaman berbunga. Konstribusi CKP yang kini menjadi anak usaha INDR tentunya akan mulai terasa pada tahun 2021 ini.

Namun, dilihat dari kinerja keuangannya yang cukup terpuruk hingga kuartal III tahun 2020 akibat pandemi, belum bijak rasanya untuk bertransaksi saham INDR di level harga saat ini tercermin dari rasio PER yang masih sangat tinggi. Hal ini ditambah kemungkinan absennya INDR membagikan dividen untuk tahun 2020 lalu akibat penurunan drastis laba bersihnya. Hal ini membuat keuntungan investor yang menempatkan sahamnya di emitennya ini tidak maksimal.

Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait