Ajaib.co.id – PT Vale Indonesia Tbk (kode saham INCO) termasuk salah satu emiten yang naik daun di tengah tegang-tegangnya pandemi COVID-19 tahun lalu. Kenaikan harga saham INCO berhubungan dengan peningkatan harga komoditi garapannya, nikel.
Selain harga nikel, kinerja perusahaan yang prima serta pembentukan Indonesia Battery Holding juga memperindah persepsi investor terhadap saham INCO. Berikut ini ulasan selengkapnya sebagai referensi investasi kamu.
Mengenal PT Vale Indonesia Tbk
PT Vale Indonesia Tbk (d/h PT International Nickel Indonesia Tbk) berdiri pada tahun 1968 sebagai perusahan tambang dan pengolahan nikel yang beroperasi di Blok Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Perusahaan ini merupakan penanaman modal asing (PMA) di bawah kontrak karya yang telah diperbarui dan berlaku hingga 28 Desember 2025.
Pemegang saham pengendali INCO adalah Vale Canada Limited (43,79%), perusahaan tambang multinasional asal Brasil. Perusahaan BUMN PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang sekarang termasuk grup holding pertambangan nasional MIND ID, juga memiliki 20% saham INCO.
Ini memungkinkan perusahaan masuk dalam skema Indonesia Battery Holding yang digawangi pemerintah. Pemegang saham besar berikutnya Sumitomo Metal Mining Co Ltd (15,03%), sedangkan sisanya dimiliki oleh publik (21,18%).
PT Vale Indonesia Tbk memiliki wilayah konsesi seluas 118.017 hektar, meliputi beberapa area di Sulawesi Selatan (70.566 hektar), Sulawesi Tengah (22.699 hektar) dan Sulawesi Tenggara (24.752 hektar). Wilayah ini menghasilkan beragam mineral, antara lain bijih besi, nikel, batu bara, tembaga, dan mangan.
Nikel memberikan kontribusi terbesar bagi bisnis INCO. Perusahaan telah mengantongi lisensi dari Pemerintah Indonesia untuk mengeksplorasi, menambang, memproses dan memproduksi nikel sejak 1968.
Menurut keterangan pada situs web-nya, PT Vale Indonesia Tbk memproduksi nikel dalam matte, yang merupakan produk antara, bijih lateretik pada fasilitas-fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu di dekat Sorowako di Pulau Sulawesi.
Seluruh hasil produksi dijual berdasarkan kontrak jangka panjang dalam denominasi dollar AS kepada Sumitomo Metal Mining Co, Ltd, salah satu perusahaan pertambangan dan peleburan terbesar di Jepang.
Hubungan Harga Saham INCO dan Harga Nikel
Bahkan di tengah krisis pandemi COVID-19, produksi nikel INCO terus melaju. Laporan kinerja per kuartal III/2020 menunjukkan produksi nikel meningkat menjadi 55.792 metrik ton, atau naik sekitar 10 persen dari produksi kuartal III/2019 yang sebesar 50.531 metrik ton.
Hasil penjualan nikel juga tumbuh lebih tinggi berkat kenaikan harga realisasi rata-rata dari USD9.963 menjadi USD10.097 per ton.
Data-data tersebut tak pelak lagi melejitkan pendapatan dan laba INCO. Kenaikannya dapat dilihat pada ikhtisar produksi dan keuangan berikut ini.
Nico Kanter, Presiden Direktur dan CEO PT Vale Indonesia Tbk menyampaikan dalam press release-nya, “Operasi kami pada triwulan ketiga tahun 2020 lebih baik meskipun dalam situasi pandemi, menghasilkan volume produksi yang lebih tinggi. Kami berhasil mengendalikan beban pokok pendapatan kami secara berkelanjutan pada triwulan ini dan, di saat yang bersamaan, kami juga diuntungkan dari kenaikan harga nikel.”
Apabila kita meninjau kembali data historis, harga saham INCO menunjukkan korelasi positif yang cukup tinggi dengan harga nikel. Harga saham INCO naik ketika harga nikel meningkat, demikian pula sebaliknya.
Coba perhatikan grafik harga saham INCO (Monthly) di bawah ini yang di-overlay dengan grafik indeks Dow Jones Commodity Nickel.
Dengan pemantauan yang lebih jeli, kamu juga akan menemukan bahwa kenaikan harga saham INCO mulai kuartal terakhir 2020 bahkan lebih pesat daripada kenaikan harga nikel. Mengapa hal ini terjadi?
Fenomena ini berhubungan dengan meningkatnya sentimen positif pasar terhadap prospek bahan nikel dan pembentukan Indonesia Battery Holding. Sebagaimana diketahui, nikel merupakan komponen penting dalam pembuatan baterai untuk kendaraan listrik.
Sedangkan Indonesia merupakan produsen nikel nomor satu dunia. Indonesia memiliki nikel dengan berbagai kadar mulai dari limonite (kadar rendah) hingga nikel saprolite (kadar tinggi) yang semuanya dibutuhkan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Tren transportasi ramah lingkungan saat ini mendorong popularitas mobil listrik. Pabrik-pabrik otomotif dunia berlomba-lomba memproduksi mobil listrik tercanggih, sedangkan masyarakat juga mulai beralih ke mobil listrik dengan harapan dapat menghemat biaya BBM sekaligus mengurangi polusi.
Semakin tinggi kebutuhan terhadap kendaraan listrik kelak, semakin laris pula nikel Indonesia -termasuk yang diproduksi oleh PT Vale Indonesia Tbk-.
Selain PT Vale Indonesia Tbk, perusahaan publik lain yang terlibat dalam skema Indonesia Battery Holding adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Harga saham INCO dan saham ANTM kompak meningkat di tengah tingginya harapan pasar terhadap masa depan nikel Indonesia.
Meski demikian, investor tetap perlu mewaspadai berbagai rumor yang telah beredar dan kemungkinan mengangkat harga saham ke tingkat yang terlalu mahal. Misalnya rumor tentang akan masuknya Tesla ke Indonesia. Biarpun sejumlah pejabat tinggi telah memberikan kisi-kisi, realitanya rencana investasi Tesla masih dalam tahap negosiasi.
Per 15 Februari 2021, kita belum dapat memastikan apakah Tesla benar-benar akan berinvestasi ke Indonesia atau tidak. Kita juga belum dapat memastikan apakah Tesla akan berinvestasi pada bidang yang berkaitan dengan nikel dan baterai kendaraan listrik atau tidak.
Sementara itu, laju reli bullish harga nikel dunia belakangan ini mulai kendor karena pasar kemungkinan menganggapnya sudah terlalu tinggi dalam jangka pendek.
Kalau kamu berminat untuk berinvestasi pada saham INCO, ada baiknya menunggu hingga harga terkoreksi dulu ke tingkat yang lebih murah. Tak perlu khawatir ketinggalan kereta, karena outlook kenaikan harga nikel dan kendaraan listrik pun bersifat jangka panjang.