Ajaib.co.id – Saham BTPS milik Bank BTPN Syariah memiliki kinerja yang baik. Namun sebelum membeli, perhatikan fundamental perseroan dan rekam jejak saham BPTS.
Bank BTPN Syariah mengawali sejarahnya dari Unit Usaha Syariah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (PT Bank BTPN Tbk.) pada 2010. Pada 14 Juli 2014, BTPN Syariah bukan unit usaha syariah dari BTPN serta proses konversi PT Bank Sahabat Purna Danarta. Sehingga Bank BTPN Syariah menjadi bank umum syariah ke-12 di Indonesia.
Bank BTPN Syariah memberikan layanan perbankan kepada nasabah umum, terutama nasabah prasejahtera produktif, memberikan literasi keuangan untuk perempuan, hingga mengembangkan keuangan inklusif sesuai prinsip syariah.
Pada 08 Mei 2018, Bank BTPN Syariah melakukan penawaran umum perdana (initial public offering, IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga penawaran perdana emiten berkode saham BTPS adalah Rp1.510. Menuju tahun ketiga di lantai bursa, tepatnya pada penutupan bursa pada 18 Februari 2021, BTPS memiliki harga Rp3.970.
Saham BTPS dimiliki oleh PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. dengan porsi 70,71%, PT Triputra Persada Rahmat sebesar 10,10%, dan publik sebesar 19,19%.
Kinerja Keuangan dari Laporan Keuangan Terakhir
Dalam laporan tahunan per 31 Desember 2020, dari data IDX, kinerja keuangan BTPS mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan pandemi COVID-19 yang memperlambat kegiatan ekonomi.
Sepanjang 2020, BTPS mencetak laba bersih Rp854,6 miliar, tahun sebelumnya perseroan membukukan Rp1,39 triliun. Bank telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp9,5 triliun tumbuh 6% dibanding tahun sebelumnya Rp9 triliun dan menjaga NPF (Non Performing Financing) pada posisi 1,9%, CNBCIndonesia.com (10/02/2021).
Berikut ini laporan keuangan mengenai komponen laba:
Komponen Laba | Desember 2019 | Desember 2020 |
Pendapatan Penyaluran Dana | Rp4,45 triliun | Rp4,03 triliun |
Bagi Hasil untuk Pemilik Dana Investasi | Rp523,58 miliar | Rp497,52 miliar |
Pendapatan Setelah Distribusi Bagi Hasil | Rp3,93 triliun | Rp3,53 triliun |
CKPN | -Rp894 miliar | -Rp292 miliar |
Laba Bersih | Rp1,39 triliun | Rp854,6 miliar |
Sedangkan rasio keuangannya, ROA, ROE, dan NI perseroan mengalami penurunan. Paslanya, laba yang diperoleh BTPS pada tahun ini terkoreksi dibanding 2019. Namun hal itu masih wajar karena efek dari pandemi.
FDR untuk tahun ini sedikit lebih tinggi dibanding tahun lalu. Karena perseroan menyalurkan dana pembiayaan lebih besar, tetapi kinerjanya masih tetap terjaga. Namun mengalami kenaikan, di mana rasio ini menunjukkan kemampuan modal perbankan dalam menangani risiko kerugian.
BOPO merupakan perbandingan antara beban operasional dan pendapatan operasional. BOPO perseroan tahun ini terjadi kenaikan, karena ada biaya operasional yang harus dikeluarkan, meski demikian kinerja bank masih cukup efektif.
Sedangkan NPF Gross mengalami kenaikan dan NPF Nett sedikit menurun. Hal tersebut menunjukkan terdapat sejumlah pembiayaan bermasalah, karena nasabah terkena dampak pandemi sehingga tak mampu mengembalikan dana pembiayaan.
Namun NPF di bawah 5% relatif masih aman bagi bank. Apalagi diperkuat CAR yang menunjukkan kenaikannya serta CKPN yang menguat meskipun nilainya masih minus.
Rasio | Desember 2019 | Desember 2020 |
ROA | 13,58% | 7,16% |
ROE | 31,20% | 16,08% |
NI | 31,33% | 24,76% |
FDR | 95,27% | 97,37% |
BOPO | 58,07% | 72,42% |
CAR | 44,7% | 49,4% |
NPF Gross | 1,36% | 1,91% |
NPF Nett | 0,26% | 0,02% |
Riwayat Kinerja BTPS
Riwayat kinerja BTPS cukup stabil selama lima tahun terakhir, cek tabel rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate, CAGR). Perseroan masih mampu menghasilkan pendapatan dan laba bersih di tengah situasi sulit ini. Hanya saja beban bagi hasil dana syirkah temporer minus.
Komponen | CAGR 2016-2020 |
Pendapatan Kegiatan Syariah | 12,6% |
Beban Bagi Hasil Dana Syirkah Temporer | -11,3% |
Laba Bersih | 15,6% |
Dana Pihak Ketiga | 12,5% |
Piutang Murabahah | 13,7% |
Total Aset | 17,5% |
Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham
BTPS tercatat baru sekali membagikan dividen kepada para pemegang saham. Perseroan memberikan dividen tunai Rp45 per lembar saham untuk tahun buku 2019.
Total dividen tunai yang dibagikan sebesar Rp347 miliar, Bisnis.com (16/04/2020). Nilai tersebut setara dengan 25% laba bersih periode 2019. Total laba bersih setelah pajak pada 2019 adalah Rp1,39 triliun.
Tahun | Dividen per Saham | Jumlah yang Dibayarkan |
2019 | Rp45 | Rp347 M |
2020 | – | – |
Prospek Bisnis BTPS
Arief Ismail, Direktur Kepatuhan BTPN Syariah, mengatakan BTPN Syariah akan tetap menjalankan prinsip inklusif yang selama ini telah dibangun untuk keberlanjutan usaha mendatang, swa.co.id (02/02/2021).
Perseroan berkomitmen meningkatkan taraf hidup nasabah keluarga prasejahtera dalam menyediakan jasa perbankan yang tepat dan paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Bahkan perseroan adalah satu-satunya bank yang 100% nasabah pembiayaannya adalah perempuan.
Saat ini, BTPN Syariah memiliki sekitar 20.000 nasabah sejahtera yang menyimpan dananya. Perseroan menyalurkan hampir 100% dana yang ditempatkan kepada perempuan dari keluarga prasejahtera produktif, jumlahnya mencapai 3,8 juta nasabah aktif.
Selama 2020, perseroan yang menyalurkan dana pembiayaan senilai Rp9,5 triliun atau tumbuh 6% dibandingkan tahun lalu yaitu Rp9 triliun.
Kesimpulan/Harga Saham
Emiten memiliki kinerja yang baik. Data dari Ajaib pada 20 Februari 2021, saham BTPS memiliki PER 34,52 kali dan PBV 5,02 kali. Rasio tersebut cukup tinggi, tetapi dibandingkan dengan BRIS. Saham BRIS memiliki PER 111,53 kali yang lebih tinggi dibanding BTPS, tetapi rasio PBV 5,01 kali.
Buat investor yang tertarik membeli saham di sektor perbankan, pastikan dahulu fundamentalnya dalam kondisi baik. Bila kinerja keuangan baik, maka investor bisa membeli sedikit demi sedikit, misal satu-dua lot, lalu lihat perkembangannya.
Disclaimer
Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.