Analisis Saham

Saham BNBR Kembali Rugi, Investor Harap Wait and See

Saham BNBR Kembali Rugi, Investor Harap Wait and See

Ajaib.co.id – Bakrie & Brothers Tbk dengan kode saham BNBR adalah perusahaan yang telah berdiri pada 13 Maret 1951 dengan nama “N.V. Bakrie & Brothers”. Kemudian beroperasi secara komersial mulai tahun 1951.

Anggaran Dasar Perusahaan menjelaskan ruang lingkup kegiatan BNBR di antaranya, perdagangan umum, pembangunan, pertanian, pertambangan, industri, terutama produksi pipa baja, bahan bangunan dan bahan konstruksi lainnya. Selain itu, sistem telekomunikasi, barang elektronik dan elektrik serta investasi termasuk penyertaan modal pada perusahaan lain.

Pada 1989, BNBR telah mendapatkan pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BNBR (IPO) Perusahaan kepada masyarakat. IPO dilakukan dengan sebanyak 2.850.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.975,- per saham. Saham-saham tersebut pun dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 28 Agustus 1989.

Pada perdagangan Senin, 22 Maret 2021 saham BNBR ditutup pada harga Rp50 per lembar saham. Selama 4 tahun terakhir 2015-2018 perusahaan mengalami penkerugian laba. Namun, pada 2019 perusahaan akhirnya berhasil mendapatkan laba. Apakah saham ini masih layak dikoleksi? Bagaimana keadaan fundamental perusahaan saat ini dan apa rencana bisnis yang akan dilakukan? Mari kita bedah kinerja saham BNBR.

Pandemi Membuat Bisnis BNBR Merugi

Mengutip dari kontan.co.id, laporan keuangan BNBR tercatat membukukan rugi bersih sebesar Rp239,24 miliar di sepanjang Januari-September 2020. Sebelumnya, Holding Group Bakrie mampu membukukan laba bersih sebesar Rp342,33 miliar pada periode sama tahun 2019.

Adapun rugi bersih yang dibukukan didorong oleh pendapatan bersih perusahaan yang menyusut. Pendapatan bersih BNBR mengalami penurunan 19,98% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp2,47 triliun pada Januari-September 2019 menjadi Rp1,97 triliun pada Januari-September 2020.

Direktur  PT Bakrie & Brothers Tbk, Roy Hendrajanto M. Sakti menjelaskan, pandemi covid-19 telah menekan kinerja perusahaan pada beberapa lini bisnis perusahaan di sembilan bulan pertama tahun 2020. Karena banyak  proyek infrastruktur sempat tertunda pelaksanaannya seiring munculnya pandemi.

BNBR melihat adanya pemulihan iklim bisnis di kuartal III 2020. Pemasukan perusahaan dari proyek-proyek infrastruktur minyak dan gas (migas) maupun non migas sudah mulai membaik. Kecenderungan yang sama juga dijumpai pada lini bisnis lainnya yakni, komponen otomotif. Hal ini seiring meningkatnya pesanan dari pabrikan-pabrikan otomotif besar.

BNBR berupaya memaksimalkan potensi-potensi pendapatan dengan terus menggencarkan upaya efisiensi dan pembenahan internal. Baik secara operasional, finansial, dan organisasional agar bisa membukukan perbaikan kinerja.

4 Tahun Merugi, Bisnis BNBR Pernah Cuan di 2019

Emiten Bakrie & Brothers Tbk memang sempat mencatatkan rugi pada tahun buku 2015 hingga 2018. Namun pada 2019 perusahaan berhasil memperoleh laba bersih. Berikut data ikhtisar keuangan yang diambil dari informasi finansial perseroan (dalam miliar rupiah)

Laporan Laba Rugi 2019 2018 2017
Penjualan bersih 3.236 3,340 2.460
Laba (Rugi) kotor 678 676 412
Laba (Rugi) tahun berjalan 863 (1,250) (1,208)

Dari data tersebut, secara penjualan BNBR dalam tiga tahun terakhir mengalami naik dan turun. Namun, pada 2019 perusahaan berhasil mendapatkan laba bersih perusahaan mencapai Rp863 miliar dari sebelumnya rugi Rp1,25 triliun pada 2018.

Perolehan laba tersebut diperoleh melalui efisiensi di beberapa hal. Salah satunya termasuk akibat berkurangnya beban keuangan perusahaan. Mayoritas utang BNBR disebutkan sudah selesai.

Pendapatan usaha BNBR selama tahun 2019 turun sekitar 3% secara tahunan menjadi Rp3,23 triliun dari sebelumnya Rp3,34 triliun pada 2019. Hal ini terjadi karena salah satunya efek transisi pemerintahan Jokowi pada 2019 lalu. Adapun perolehan laba salah satunya terbantu oleh beban keuangan yang turun 50% menjadi Rp175 miliar.

Selain itu, perolehan laba bersih ini juga sebagai dampak dari turunnya beban pokok pendapatan sebesar 4% menjadi Rp2,56 triliun. Di waktu yang bersamaan, beban usaha menyusut 9% secara tahunan menjadi Rp540,59 miliar.

Meski demikian, perseroan tidak membagikan dividen kepada investor pada 2019. Hasil keuntungan perusahaan akan digunakan untuk melakukan perluasan bisnis. Beberapa proyek yang tengah dalam pipeline perseroan adalah bus listrik, tol Cimanggis-Cibitung, Pembangkit Listrik Tanjung Jati A, serta pembangunan pipagas Kalija Bontang-Banjarmasin.

Jika dilihat dari rasio keuangannya memang kondisi bisnis BNBR saat ini sedang tidak sehat. Berikut data yang diambil dari ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 dari informasi finansial perseroan:

Rasio 2019
ROA 6.01%
ROE 36.66%
NPM 26.68%
EBITDA 11.73%
DER 5.10

Bagaimana Prospek Bisnis BNBR Kedepannya?

Mengutip dari antaranews.com, PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) telah menyusun sejumlah strategi untuk meningkatkan kinerja perseroan pada 2021. Bakrie & Brothers bahkan mengutarakan optimistis untuk mampu mengatasi tantangan berat pada 2021.

Direktur Utama BNBR Anindya Novyan Bakrie mengatakan, telah menjadikan tahun 2020 sebagai momentum melakukan restrukturisasi postur perseroan dan unit-unit usahanya. Perusahaan juga telah menyusun serangkaian rencana untuk memacu kinerja perusahaan. Hal ini juga dilatarbelakangi situasi yang diprediksi jauh lebih baik. Karena sejumlah proyek yang tertunda akan didorong realisasinya.

Sejumlah proyek yang akan didorong realisasinya adalah proyek PLTU Tanjung Jati A 2x660MW, proyek Jalan Tol Cimanggis-Cibitung, dan proyek Pipa Gas Transmisi Kalimantan.

Selain itu, BNBR juga telah menetapkan beberapa sektor usaha yang memiliki potensi besar untuk bisa membantu kinerja perseroan di masa depan. Salah satunya yakni, bus listrik. Sebagai informasi, BNBR melalui anak usahanya, PT Bakrie Autoparts (BA), sedang melakukan pengembangan kendaraan listrik untuk penggunaan Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.

Selain itu, Bakrie Autoparts sedang membangun unit ketiga bus listrik di sebuah perusahaan karoseri lokal. Bus listrik ini diperuntukkan untuk penggunaan di jalur BRT Transjakarta.

Bisnis selanjutnya yang tengah dikembangkan adalah pembangunan perumahan komersial. Perusahaan melalui anak usahanya, PT Bakrie Building Industries (BBI) mengincar Proyek Strategis Nasional (PSN) 1 juta rumah pemerintah dan rumah komersial. Melalui BBI, BNBR berkomitmen menjadi salah satu penyedia jasa rumah pre-fabrikasi, yang ramah terhadap lingkungan dengan aplikasi yang lebih cepat dan mudah.

Pada lini usaha lainnya, Bakrie akan fokus pada infrastruktur teknologi informasi dan telekomunikasi. Lewat anak usahanya PT Multi Kontrol Nusantara (MKN), BNBR berperan sebagai salah satu penyedia jasa Internet of Things (IoT) untuk industri pertambangan, manufaktur, dan utilitas.

Adapun bisnis masa depan terakhir yang akan digeluti BNBR adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Melalui anak usahanya, PT Bakrie Power (BP), perusahaan berkomitmen turut berperan sebagai salah satu penyedia jasa energi surya untuk keperluan industri.

Hingga kuartal III 2020, BNBR masih tercatat mengalami rugi usaha sebesar Rp58,298 miliar. Hal ini memperlihatkan perseroan ikut terdampak oleh adanya pandemi covid-19. Sementara melihat data Price Earning Ratio (PER) perusahaan per 22 Maret 2021 tercatat -3,27 kali. Hal ini menandakan perusahaan sedang dalam keadaan rugi. Dengan Price Book Value ratio (PBVR) 0,51 kali.

Disebabkan perusahaan masih dalam kondisi rugi, kamu bisa terus memantau pergerakan bisnis perusahaan sambil mengecek saham lainnya di Ajaib! Karena di Ajaib ada banyak emiten saham yang bisa kamu beli. Yuk cek dan transaksi saham di Ajaib!

Artikel Terkait