Ajaib.co.id – Saham NELY memperlihatkan kenaikannya setahun belakangan ini. Namun kinerja operasional perusahaan terkena dampak pandemi yang memengaruhi kinerja keuangan.
Bagaimana keadaan fundamental perusahaan saat ini dan rencana bisnis apa yang akan dilakukan? Cek bedah saham NELY di bawah ini.
PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY) berdiri pada 05 Februari 1977. Emiten ini memiliki bisnis galangan kapal serta jasa pelayaran dengan menggunakan kapal tunda dan tongkang serta kapal kontainer. Sebagian besar saham NELY dimiliki oleh PT Haskojaya Abadi.
NELY punya 25 unit kapal tunda dan 23 unit tongkang dengan berbagai ukuran mulai dari 260 Feet hingga 300 Feet, yang disewakan dengan sistem Freight Charter dan atau Time Charter, melayani rute di seluruh Indonesia, terutama untuk transportasi kayu sebagai bahan dasar kertas dan angkutan komoditas berupa batu bara, batu split, pasir dan lain-lain.
NELY juga memiliki 1 unit kapal barang untuk kapal kontainer dengan kapasitas kargo 265 TEUS, yang disewakan dengan sistem Freight Charter dan atau Time Charter, melayani rute di seluruh Indonesia untuk mengangkut kontainer dengan barang komoditas seperti pupuk, kargo umum, produk kayu, karet dan lainnya.
Melalui PT Permata Barito Shipyard perusahaan melakukan bisnis industri jasa perbaikan kapal dan pembuatan kapal, serta struktur bangunan terapung atau rambu laut, menggunakan material baja dan fiberglass.
NELY mulai listing perdana pada 11 Oktober 2021 dengan harga saham perdana sebesar Rp168 per lembar saham. Harga saham NELY bergerak bervariasi dengan pada penutupan perdagangan pada Selasa (18/05/2021) sebesar Rp214 per lembar saham. Artinya sampai saat ini saham NELY baru alami kenaikan sebesar 27%.
Saham NELY dan Efek Pandemi Covid-19
Pada masa pandemi berbagai negara melakukan lockdown dan ini bisa menghambat bisnis NELY. Pada sepanjang tahun ini NELY mencetak pendapatan sebesar Rp230 miliar atau turun dari tahun lalu sebanyak Rp250 miliar.
Pihak NELY mengakui bahwa hal ini karena perekonomian Indonesia menurun akibat dampak ekonomi global yang suram. Pada 2020, ekonomi dunia menyusut sebesar 4,3%, lebih dari dua setengah kali lipat dari penurunan selama krisis keuangan global 2009.
Dampaknya perekonomian indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07% dibandingkan tahun 2019. Dari segmen perusahaan, bisnis sewa kapal dari pihak ketiga turun dengan mencapai Rp189 miliar dari capaian tahun 2019 sebesar Rp206 miliar.
Namun jasa pemeliharaan dan perbaikan kapal mencapai Rp40,8 miliar atau naik dari tahun lalu sebesar Rp33,6 miliar. Beban pokok pendapatan juga turun dengan mencapai Rp154 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp166 miliar. Laba bruto juga turun dengan mencapai Rp75,6 miliar dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp83,7 miliar.
Setelah dikurangi beban bunga dan keuangan, beban pajak final maka laba bersih NELY mencapai Rp43,9 miliar atau turun dari tahun sebelumnya sebesar Rp52,3 miliar. Sisi positif dari NELY adalah jumlah utang yang naik tipis menjadi Rp69,2 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp65,4 miliar.
Sementara total ekuitas NELY mencapai Rp498 miliar atau naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp462 miliar. Aset NELY mencapai Rp568 miliar atau naik pesat dari tahun sebelumnya sebesar Rp527 miliar.
Kinerja NELY
Pendapatan NELY sudah naik dari 2017 hingga 2020. Pada 2017 NELY mencetak pendapatan sebesar Rp176 miliar dengan laba bersih sebesar Rp24,2 miliar. Kemudian pada 2018 pendapatan mencapai Rp236 miliar dengan laba bersih sebesar Rp52,7 miliar.
Pendapatan segmen jasa penyewaan naik dari 2017 sebesar Rp136 miliar menjadi Rp189 miliar pada 2020. Dalam empat tahun bisnis ini sudah naik sebesar 38,9%. Sedangkan bisnis jasa pemeliharaan pada 2017 sebesar Rp39,5 miliar atau naik tipis selama empat tahun terakhir, karena pada 2020 segmen ini mencapai Rp40,38 miliar.
Kenaikan jasa penyewaan disebabkan karena NELY melakukan pendirian anak usaha di bidang pelayaran. Pada 11 Desember 2017, NELY membentuk anak usaha yakni PT Pelayaran Hasko Hanly Global.
Anak usaha tersebut berkedudukan di Jakarta. Kegiatan usahanya pelayaran dalam negeri meliputi jasa pelayaran angkutan orang, hewan maupun barang. Selain itu, juga jasa angkut minyak dan gas menggunakan tanker.
Rasio keuangan perusahaan periode 2020:
Apakah Saham NELY Layak Dikoleksi?
Prospek bisnis NELY masih mengandalkan lini bisnis pengangkutan kayu tahun ini, sebagaimana yang dilakukannya tahun lalu. Bisnis pengangkutan kayu berpotensi mengangkat perusahaan sebab, pembuatan masker wajah di masa pandemi membutuhkan bahan dasar pulp and paper.
Selain itu, prospek ekonomi yang membaik merupakan sinyal beli bagi saham- saham sektor transportasi dan logistik. Hal ini menjadi salah satu momentum yang bagus ketika perekonomian dalam negeri mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Kepala ekonom IMF Gita Gopinath mengatakan, ekonomi dunia diperkirakan tumbuh 6% pada 2021, tidak berbeda jauh dengan 4,4% pada 2022. Pertumbuhan ekonomi global akan ikut menyeret ekonomi indonesia pada 2020.
IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 sebesar 4,3%. Selain itu, perusahaan bisa menjaga margin seiring dengan melemahnya harga minyak dunia global pada tahun ini.
Namun, sejauh ini belum ada aksi korporasi yang menghebohkan yang dilakukan oleh NELY. NELY masih fokus pada bisnis pelayaran dan belum berencana untuk melakukan ekspansi bisnis ke sektor lainnya. Sehingga investor harus menahan untuk tidak membeli saham NELY dulu.
Disclaimer
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek.
Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.