Analisis Saham

Potensi Saham JAYA di Tengah Membaiknya Konsumsi Domestik

Ajaib.co.id – Emiten saham JAYA mencetak pendapatan bersih mencapai Rp65,4 miliar pada 2020 atau naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp63,4 miliar. Apakah saham ini masih layak dikoleksi saat ekonomi mulai membaik?

Bagaimana keadaan fundamental perusahaan saat ini dan rencana bisnis apa yang akan dilakukan? Mari kita bedah kinerja saham JAYA. 

Saham PT Armada Berjaya Trans Tbk (JAYA) listing pada tanggal 11 Januari 2019 sebanyak 150.000.000 lembar saham yang akan ditawarkan dengan harga penawaran Rp288 per lembar saham. Jumlah lembar saham yang ditawarkan setara dengan 40 persen dari total modal.

Perseroan menjalankan usaha angkutan kendaraan bermotor untuk barang umum yang mencakup usaha pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor dan dapat mengangkut lebih dari satu jenis barang, seperti angkutan dengan truk peti kemas, truk losbak, dan kontainer.

Perseroan juga memiliki kegiatan usaha penunjang, yakni pertama, angkutan multimoda yang mencakup angkutan barang menggunakan paling sedikit (dua) moda angkutan yang berbeda dari satu kontrak, sebagai dokumen angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang kepada penerima barang angkutan multimoda.

Serta, kedua, pergudangan dan penyimpanan yang mencakup kegiatan penyimpanan barang sementara sebelum barang tersebut dikirim ke tujuan akhir dengan tujuan komersial.

Komposisi kepemilikan saham JAYA adalah PT Prima Globalindo Logistik Tbk 29,58 persen, Darmawan Suryadi 28,46 persen, Yao Xiahua 5,34 persen dan publik 36,62 persen. Pada saat ini harga saham JAYA mencapai Rp130 per lembar saham.

JAYA sempat mencapai Rp510 per lembar saham setelah IPO dan kemudian menurun sampai saat ini.

Laba Tumbuh Saat Pandemi Covid-19

Efek pandemi covid-19 sempat memengaruhi mobilitas barang dan jasa. Aksi lockdown yang terjadi baik di dalam negeri menghambat peredaran barang dan jasa.

Namun pada saat pandemi covid-19 tahun lalu, pendapatan bersih JAYA mencapai Rp65,4 miliar atau naik dari tahun lalu yang mencapai Rp63,4 miliar. Laba kotor perusahaan mencapai Rp19,5 miliar atau turun dari tahun 2019 sebesar Rp20,4 miliar.

Sebagian besar pendapatan JAYA diperoleh dari Jawa Barat dengan raihan sebesar Rp49,1 miliar atau naik dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp47,1 miliar. Wilayah DKI Jakarta juga naik dengan mencapai Rp6,4 miliar. Kemudian daerah lainnya seperti Banten, dan Jawa Tengah alami penurunan pendapatan.

Pelanggan pihak ketiga yang berkontribusi terhadap pendapatan JAYA adalah PT Muliaglass, PT Fajar Surya Wisesa Tbk dan PT Trans Nectar. Kontribusi ketiganya turun dengan mencapai Rp33,6 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp34 miliar. Namun kontribusi ke pihak berelasi yakni PT Prima Globalindo Logistik Tbk (PPGL) naik dengan mencapai RP11,4 miliar.

Beruntung JAYA mendapatkan pendapatan jasa giro sebesar Rp5,8 miliar atau naik pesat dari capaian 2019 yang sebesar Rp1,8 miliar.

Hal ini membantu laba tahun berjalan JAYA mencapai Rp3 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,4 miliar. Laba per saham juga naik dari Rp3,93 per saham menjadi Rp8,07 per saham.

Ekuitas JAYA juga naik saat pandemi menjadi Rp66,7 miliar dari capaian Rp64 miliar pada tahun sebelumnya. Utang turun drastis dari Rp28,4 miliar menjadi Rp15,4 miliar pada 2020.

Kinerja JAYA

Emiten yang baru IPO pada 2019 ini, mencetak pendapatan pada 2016 sebesar Rp20,5 miliar dan kemudian mencapai Rp65,4 miliar pada 2020. Laba bruto pada 2017 sebesar Rp8,4 miliar dan mencapai Rp19,5 miliar pada 2020.

Laba bersih JAYA meningkat dari Rp2,1 miliar pada 2016 mencapai Rp3 miliar pada 2020. Dalam tiga tahun laba bersih JAYA sudah naik hampir dua kali lipat. Sehingga laba bersih per saham naik menjadi Rp8,07 per lembar saham.

Namun sampat saat ini JAYA belum pernah membagikan dividen kepada investornya. Kenaikan yang paling drastis dari segmen bisnis JAYA berasal dari Jawa Barat yang naik pesat dari Rp10,3 miliar menjadi Rp49,1 miliar dalam waktu lima tahun.

Apakah Saham JAYA Pantas Dikoleksi?

Saham ini akan naik seiring dengan perbaikan kinerja perusahaannya. Semakin lancarnya arus barang dan jasa serta perekonomian domestik maka pendapatan JAYA bisa semakin moncer.

Bisnis JAYA yang di bidang angkutan kendaraan bermotor untuk barang umum yang mencakup usaha pengangkutan barang, seperti angkutan dengan truk peti kemas, truk losbak, dan kontainer akan terbantu dengan pemulihan ekonomi domestik dan global.

Saat ini, armada truk yang dimiliki JAYA sekitar 130 unit, termasuk pembelian tahap awal CDD Box atau Colt Diesel Double yang berkapasitas kecil dengan enam ban 10 unit yang akan beroperasi setelah Lebaran.

Semakin ramai permintaan dari customer industri, maka perputaran angkutan juga semakin kencang. Dengan berbagai faktor tersebut, JAYA pun membidik kenaikan laba bersih di kisaran 30%-50% pada tahun ini

Direktur Utama JAYA Darmawan Suryadi akan memperkuat cash flow sembari memaksimalkan armada yang ada. Beban keuangan seperti biaya bunga dan cicilan pun akan menurun seiring dengan lunasnya sebagian besar armada truk yang dibeli JAYA pada rentang 2017-2018.

Perseroan juga kerap melakukan penyesuaian jumlah armada dengan kebutuhan dan permintaan dari pelanggan. Hal ini dilakukan dengan cara menambah armada peti kemas dan mengurangi armada truk losbak, sesuai dengan kebutuhan pelanggan di sepanjang 2020.

Perusahaan juga mengklaim melakukan efisiensi biaya dengan cara memperketat anggaran tanpa mengurangi kualitas layanan. Selain itu JAYA juga melakukan seleksi pelanggan dengan mengutamakan perusahaan-perusahaan besar yang memiliki reputasi baik, untuk menjamin adanya keberlangsungan bisnis dan relasi yang baik antara kedua pihak.

Bisnis JAYA di transportasi darat masih tumbuh seiring dengan maraknya pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan jalan raya. Secara PER dan PBV saham JAYA sebesar 8,55x dengan 0,72x hingga saat ini.

Disclaimer

Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait