Analisis Saham, Saham

Meraba Bisnis FAST di 2021 Usai Merugi di 2020

Sumber: Unsplash

Ajaib.co.id – PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) merupakan perusahaan yang berdiri pada tanggal 19 Juni 1978. Perusahaan kemudian memulai kegiatan usaha secara komersial pada tahun 1979.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan tercatat ruang lingkup kegiatan FAST yakni, bergerak di bidang makanan dan restoran. Seperti diketahui, perusahaan Fast Food mendapatkan hak untuk mendirikan dan mengoperasikan gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) Indonesia dari Kentucky Fried Chicken International Holding, Inc.,

Kemudian pada tanggal 31 Maret 1993, FAST memperoleh sebuah pernyataan efektif dari Bapepam-LK. Surat pernyataan ini untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham FAST (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.462.500.

Dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp5.700,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Mei 1993.

Apakah saham ini masih layak dikoleksi? Bagaimana keadaan fundamental perusahaan saat ini dan apa rencana bisnis yang akan dilakukan? Mari kita bedah kinerja saham FAST.

Pandemi Bikin Bisnis MPPA Rugi Miliaran Hingga Tutup Beberapa Gerai Hypermart

Untuk melihat kinerja FAST pada 2020 baru bisa dilihat sampai kuartal III 2020. Karena erseroan baru menyampaikan rilis kinerja keuangan hingga September 2020 yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berdasarkan laporan keuangan tersebut, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) membukukan pendapatan sebesar Rp3,58 triliun hingga kuartal III/2020. Perolehan pendapatan tersebut terhitung turun 28,46% bila dibandingkan dari periode 2019 sebesar Rp5,01 triliun.

Adapun realisasi pendapatan FAST secara rinci diperoleh dari makanan dan minuman mencapai Rp3,54 triliun hingga kuartal III/2020. Capaian ini mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp4,93 triliun.

Selanjutnya, untuk penjualan konsinyasi CD juga turun dari Rp68,83 miliar pada kuartal III 2019 menjadi Rp41,49 miliar pada kuartal III/2020. Kemudian untuk jasa layanan antar terkoreksi menjadi Rp3,55 miliar sampai pada kuartal III/2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp5,49 miliar.

Sementara itu, untuk beban pokok pendapatan menyusut sebesar 22,38% menjadi Rp1,45 triliun sampai September 2020. Alhasil perseroan membukukan laba bruto Rp2,13 triliun per kuartal III/2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp3,13 triliun.

Perusahaan terhitung mampu untuk menekan sejumlah beban hingga September 2020. Seperti beban penjualan dan distribusi turun 13,37% dari Rp1,87 triliun hingga kuartal III 2019 menjadi Rp1,45 triliun per kuartal III 2020. Untuk beban umum dan administrasi turun 4,3% menjadi Rp451,08 miliar hingga kuartal III 2020.

Kendati demikian, beban operasi lainnya mengalami kenaikan sebesar 31,8% menjadi Rp7,67 miliar sampai kuartal III 2020. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, beban operasi tercatat Rp5,81 miliar.

FAST juga harus menanggung rugi usaha mencapai Rp364,88 miliar hingga kuartal III 2020. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya perusahaan memperoleh laba usaha Rp206,54 miliar. Sehingga perseroan membukukan kerugian Rp298,33 miliar  di kuartal 3/2020 dari periode sama tahun sebelumnya yang untung Rp175,69 miliar.

Dari kondisi itu, perseroan mencatatkan rugi per saham dasar naik menjadi Rp75 hingga September 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp44.

Bisnis FAST Cuan di 3 Tahun Terakhir

Sebelum adanya kondisi pandemi COVID-19, perusahaan FAST langganan cuan secara bisnis. Bisnis penjualan FAST pun terus meningkat selama 3 tahun terakhir sebelum pandemi di 2020, tepatnya sejak 2017 hingga 2019.

Berikut data ikhtisar keuangan yang diambil dari informasi finansial perseroan (dalam jutaan rupiah),

Laporan Laba Rugi201920182017
Penjualan bersih6.706.376 6.017.492 
5.302.684 
Laba kotor4.194.444 3.740.091 
3.317.020 
Laba tahun berjalan241.548 
212.011 
166.999 

Dari data tersebut, secara penjualan FAST memang terus mengalami peningkatan per tahunnya.  Hal yang sama juga berlaku bagi laba tahun berjalan perusahaan yang terus mengalami peningkatan.

Pada 2019, jumlah pendapatan pada tahun 2019 mencapai Rp6,71 triliun. Perolehan ini naik 11,45% dibanding tahun 2018 sebesar Rp6,02 triliun. Di sepanjang 2019, perusahaan juga mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp241,55 miliar. Realisasi ini mengalami peningkatan 13,93% dari tahun 2018 sebesar Rp212,01 miliar 

Sementara untuk total aset perseroan pada tahun 2019 mencapai Rp3,40 triliun, tumbuh 13,88% dari tahun 2018 sebesar Rp2,99 triliun.

Perseroan di tahun 2019 terus mengupayakan efisiensi yang terbaik dari segi biaya. Keuntungan di tingkat gerai naik, didorong oleh harga bahan baku ayam yang lebih stabil dan efisien, biaya tetap yang lebih terkendali, dan praktik operasional yang baik. Sebagai hasilnya, laba sebelum pajak naik sebesar 10,95% dibandingkan tahun lalu. 

Jika dilihat dari rasio keuangannya memang kondisi bisnis FAST selama tiga tahun ke belakang sedang sehat. Berikut data yang diambil dari ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 dari informasi finansial perseroan:

Rasio2019
ROA5,4%
ROE11,0%
NPM3,6%
CR164,8%
DER105,2%

Bagaimana Prospek Bisnis FAST Ke depannya? Apakah Sahamnya Layak Dikoleksi?

Pada bulan April tahun ini kalangan buruh yang tergabung dalam Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) SBT PT Fast Food Indonesia Tbk sempat menggelar aksi demonstrasi di depan gerai KFC Gelael, MT Haryono, Jakarta, yang juga sebagai lokasi kantor pusat perusahaan. Protes para buruh ini al ini menyebabkan harga saham FAST di bursa anjlok.

Adapun perusahaan memang sempat mengalami kesulitan bisnis setelah pandemi COVID-19 datang. Namun, di tengah kondisi yang sulit tersebut, strategi FAST untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan tetap dilakukan.

Upaya tersebut dengan melayani transaksi take away, ojek online, home delivery, dan drive thru di gerai-gerai yang telah dibuka. Perusahaan juga mengutarakan bahwa kegiatan bisnis restoran cepat saji mereka ini sudah menerapkan protokol Kesehatan. Baik di lingkungan gerai yang tersebar di Indonesia maupun di lingkungan kantor.

Untuk diketahui, perseroan telah mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) berkisar Rp300 miliar – Rp350 miliar pada tahun 2021. Alokasi tersebut dipatok dengan asumsi target penjualan tahun 2021 ini mencapai Rp7 triliun.

Emiten dengan kode saham FAST tersebut juga akan melakukan lebih banyak investasi di bidang teknologi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar proses transaksi bisa lebih mudah sehingga memberikan pelayanan lebih baik bagi konsumen.

Sementara itu, fasilitas drive thru juga akan lebih digalakkan untuk diperbaiki. Serta menyediakan layanan yang lebih cepat dan menyenangkan serta menjaga produk-produk yang dijual masih segar. Pada 2021, FAST berharap keadaan dapat mulai pulih dengan fasilitas dine-in kembali normal.

Sementara itu, pergerakan saham FAST sendiri masih mengalami fluktuasi. Calon investor diharapkan memperhatikan kinerja bisnis, fundamental perusahaan, dan pergerakan saham. Sebelum memutuskan untuk mengoleksi saham ini.

Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait