Analisis Saham, Saham

Masa Suspensi, Saham TELE Terancam Delisting Dari Bursa

Sumber: Tiphone Mobile Indonesia

Ajaib.co.id – PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) merupakan perusahaan di Jakarta yang berdiri pada tanggal 25 Juni 2008. Perusahaan kemudian memulai kegiatan operasinya secara komersial pada Januari 2009.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, terdapat ruang lingkup kegiatan Tiphone dan Entitas Anak usaha yakni bergerak dalam bidang perdagangan perangkat telekomunikasi. Di antaranya, telepon seluler (bekerja sama dengan Samsung, LG, Huawei dan BlackBerry) beserta suku cadang, aksesoris, pulsa (distribusi kartu perdana dan voucher prabayar operator PT Telkomsel), dan jasa perbaikan (reparasi).

Di Akhir 2016, Tiphone memiliki 200 cabang, 400 outlet, 96 service center, dan 250,000 reseller aktif yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pada tanggal 29 Desember 2011, TELE mendapatkan pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TELE (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.350.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp310,- per saham dan disertai 1.323.000.000 Waran seri I dan periode pelaksanaan mulai dari 10 Juli 2012 sampai dengan 11 Januari 2017 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp310,- per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Januari 2012.

Apakah saham ini masih layak dikoleksi? Bagaimana keadaan fundamental perusahaan saat ini dan apa rencana bisnis yang akan dilakukan? Mari kita bedah kinerja saham TELE

Saham TELE Suspensi Hingga 2022

Untuk kinerja perusahaan di 2020 belum ada keterbukaan informasi keuangan yang disampaikan untuk publik dan investor. Baik di website resmi perusahaan maupun di BEI. Data RTI menuliskan kinerja perusahaan berhenti di Maret 2020. 

Seperti diketahui, PT Bursa Efek Indonesia sudah mengeluarkan peringatan potensi penghapusan pencatatan saham atau delisting PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. 

Hal ini berdasarkan pengumuman BEI, emiten dengan kode saham TELE tersebut akan memasuki masa suspensi 24 bulan pada 10 Juni 2022. Sementara itu, apabila perseroan tidak segera memenuhi persyaratan yang diberikan bursa untuk membuka masa suspensi, maka otomatis TELE akan terhapus dari papan pencatatan setelah di suspensi selama 24 bulan.

Bisnis TELE Mulai Rugi di 2019

Terlepas dari kondisi pandemi, emiten telekomunikasi Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) memang sudah mengalami kerugian bisnis sejak 2019 lalu. Penjualan bersih perseroan turun sementara perusahaan tertekan dan menelan kerugian.

Berikut data ikhtisar keuangan yang diambil dari informasi finansial perseroan (dalam jutaan rupiah).

Laporan Laba Rugi201920182017
Penjualan bersih28.442.132 
29.343.068 
27.914.330 
Laba kotor375.460 
1.572.359 
1.548.150 
Laba (rugi) tahun berjalan(5.571.740)444.339 
418.162 

Dari data tersebut, secara penjualan TELE memang mengalami penurunan di 2019. Perusahaan pun harus menelan kerugian mencapai Rp5,5 triliun. 

Kinerja perusahaan sendiri hingga September 2019 atau periode 9 bulan pertama tahun tersebut, TELE sedang mengalami tekanan. Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan perseroan mengalami penurunan hingga 12,20% menjadi Rp19,95 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp22,72 triliun.

Kemudian, untuk beban pokok penjualan dan pendapatan perseroan sebenarnya mengalami penurunan 12,45% menjadi Rp18,73 triliun dari Rp21,39 triliun pada periode yang sama 2018.

Namun, laba bersih perseroan ujung-ujungnya tak tertolong dan tetap turun 11,45% ke level Rp382,06 miliar dari Rp 431,45 miliar.

Kemudian, di akhir tahun 2019, perusahaan tidak mampu memperbaiki kinerja dan harus menelan kerugian bisnis mencapai Rp5,5 triliun. Dengan penurunan pendapatan bersih menjadi Rp28,4 triliun dari Rp29,3 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. 

Jika dilihat dari rasio keuangannya memang kondisi bisnis TELE saat ini sedang tidak sehat. Berikut data yang diambil dari ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 dari informasi finansial perseroan:

Rasio2019
ROA-188,5%
ROE
NPM-19,6%
CR0,3X
DER-2,8X

Bagaimana Prospek Bisnis TELE Ke depannya? Apakah Sahamnya Layak Dikoleksi?

Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mengingatkan masa suspensi Tiphone Mobile Indonesia (TELE) akan mencapai 24 bulan pada 10 Juli 2022 mendatang. Oleh karena itu, perseroan telah menyatakan akan terus berupaya memperbaiki keberlangsungan usahanya sehingga bisa memperbaiki kinerja.

Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan dengan melakukan penyelesaian masalah penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) perseroan serta anak usaha dengan para kreditur yang telah berlangsung sejak 3 Juli 2020.

Sementara itu, dalam keterbukaan informasi ke BEI, pihak dari perusahaan yakni, Direktur Utama PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk, Tan Lie Pin menyatakan, pada 4 Januari 2021 sudah memperoleh putusan perdamaian melalui Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan Nomor Putusan Nomor 147/Pdt.Sus-PKPU/2020/PN.Niaga.Jkt.Pst sehingga kekhawatiran atas potensi delisting tidak akan terjadi.

Selain itu, perusahaan pun masih terus melakukan perbaikan atas pemenuhan kewajiban dan utang baik berupa keuangan dan non-keuangan. Perbaikan tersebut dilakukan dengan cara mempersiapkan segala pelaporan terkait dengan keuangan TELE, pelaksanaan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan usaha lain terkait dengan syarat pembukaan suspensi saham perseroan lainnya.

Seperti diketahui, dampak yang diterima dari adanya pandemi covid-19 selama 2020 telah berdampak sangat besar terhadap keberlangsungan usaha perseroan. Bisnis perseroan pun berujung dengan persoalan PKPU.

Namun, berkaitan dengan hal itu, perseroan telah berkomitmen untuk kembali membenahi dan memperbaiki keadaan keuangan perusahaan. Upaya tersebut dengan cara menjalankan bisnis perseroan yang masih berlangsung hingga saat ini.

Kemudian, perseroan juga berencana mencari investor lokal. Dengan tujuan untuk kembali menunjang permodalan usaha perseroan demi keberlangsungan hidup perusahaan.

Hingga saat ini, pemegang saham mayoritas di perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi ini masih terus berkomitmen dan mendukung segala usaha perseroan dalam mencapai target yang dibuat perseroan. Termasuk sampai dengan saat ini kondisi operasional bisnis masih berlangsung dan berjalan dengan baik. 

Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait