Berita

Mandiri Tunas Finance Tebar Obligasi Rp858 Miliar, Berminat?

Ajaib.co.id – PT Mandiri Tunas Finance, perusahaan pembiayaan, menerbitkan obligasi sebesar Rp858 miliar belum lama ini. Obligasi ini adalah bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan V Mandiri Tunas Finance.

Target dana yang dihimpun senilai Rp5 triliun. Hmm, kamu tertarik membeli obligasi Mandiri Tunas Finance?

Obligasi tahap pertama tersebut diterbitkan dalam dua seri. Nilai pokok seri A yang diterbitkan adalah sebesar Rp472 miliar. Adapun tingkat bunganya 8% per tahun. Jangka waktunya tiga tahun.

Sementara itu, nilai pokok penerbitan seri B sebesar Rp386 miliar. Dengan jangka waktu lima tahun, bunga seri B sebesar 8,6%.

Setiap bulannya sejak tanggal emisi, bunga surat utang akan dibayarkan. Bunga obligasi pertama akan dibayarkan pada 13 November 2020.

Pembayaran bunga obligasi terakhir sekaligus jatuh tempo obligasi seri A adalah pada tanggal 13 Agustus 2023, dan 13 Agustus 2025 untuk obligasi seri B. Pembayaran pokok obligasi dilakukan secara penuh pada saat jatuh tempo.

Direktur Keuangan Mandiri Tunas Finance Armendra menyampaikan, seluruh dana penerbitan obligasi tersebut akan digunakan sebagai modal kerja untuk pembiayaan kendaraan bermotor.

Penyaluran pembiayaan itu akan dilakukan secara selektif dan mengedepankan unsur kehati-hatian. Selektif dan kehati-hatian ini juga sekaligus upaya mempertahankan posisi perusahaan agar tetap kuat, terutama dari sisi finansial.

Mandiri Tunas Finance telah mengantongi pernyataan efektif obligasi Berkelanjutan V Tahap I Tahun 2020 ini pada 6 Agustus 2020. Penawaran dilakukan sejak 10 Agustus 2020 dengan tanggal penjatahan 11 Agustus 2020. Dua hari kemudian, dilakukan distribusi obligasi secara elektronik.

Pada tanggal 14 Agustus 2020, obligasi ini akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Obligasi ini telah mendapat peringkat idAA+ dengan outlook stabil dari Lembaga Pemeringkat PT Pemeringkat Efek Indonesia.

Armendra menyatakan, peringkat tersebut mencerminkan status Mandiri Tunas Finance sebagai anak perusahaan inti dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang memiliki posisi bisnis, likuiditas, dan fleksibilitas keuangan yang kuat.

Industri pembiayaan memang turut terdampak telak akibat pandemi Covid-19. Mandiri Tunas Finance pun mengalami dampak buruk pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Kondisi ini sangat mempengaruhi kinerja Perseroan pembiayaan yang sangat bergantung kepada daya beli masyarakat.

Terkait hal ini, Mandiri Tunas Finance merupakan salah satu perusahaan pembiayaan atau leasing yang memberikan keringanan pembayaran pada masyarakat karena terdampak pandemi Covid-19.

Dari sisi keuangan, pada semester I tahun 2020, Mandiri Tunas Finance membukukan rugi setelah pajak senilai Rp11,08 miliar. Pencapaian ini berbalik jika dibandingkan dengan perolehan laba semester I/2019 senilai Rp200,76 miliar.

Masih terkait pandemi Covid-19, Mandiri Tunas Finance akan fokus menjalankan empat strategi bisnis untuk mendongkrak kinerja pada paruh kedua 2020.

Direktur Sales dan Distribusi Mandiri Tunas Finance Harjanto Tjitohardjojo menguraikan, strategi pertama ialah mengawal proses restrukturisasi kepada debitur melalui berbagai kanal komunikasi.

Ia memerinci, total restrukturisasi kredit yang diberikan Perseroan dalam kurun waktu April–Juni 2020 mencapai Rp13,5 triliun. Mandiri Tunas Finance akan rutin menjalin komunikasi dengan debitur penerima restrukturisasi melalui pesan singkat, telepon, atau panggilan video.

Strategi kedua, tambahnya, bucket-bucket AR akan di-overdue 1–30 hari, 31–90 hari, dan di atas 91 hari. Strategi kedua ditujukan bagi customer yang tidak mengajukan restrukturisasi. Perseroan juga membagi tim untuk menekan non-performing financing (NPF).

Strategi ketiga, Mandiri Tunas Finance juga melakukan efisiensi sejumlah biaya, baik pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal. Langkah tersebut, menurut Harjanto,  dilakukan untuk menjaga kualitas arus kas Perseroan.

Strategi terakhir ialah mengoptimalkan pembiayaan baru, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Optimalisasi pembiayaan baru ini dilakukan melalui pameran daring (online), penetrasi ke dealer, dan penggarapan segmen-segmen prospektif.

Harjanto tak menampik bahwa industri pembiayaan masih akan dipenuhi tantangan selama pandemi Covid-19 belum melandai atau tanda-tanda membaik lainnya. Maka, perusahaan pembiayaan harus tetap menyusun strategi yang solid untuk menjaga kinerjanya.

Pandemi Covid-19 juga turut berdampak tak hanya bagi pelaku usaha, namun jenis investasi, seperti obligasi. Lebih spesifik, tekanan ekonomi akibat penyebaran pandemi Covid-19 meningkatkan risiko obligasi korporasi tanah air.

Tingginya tekanan ekonomi pada kuartal II tahun 2020 yang terkontraksi 5,32% berpotensi meningkatkan risiko gagal bayar. Potensi gagal bayar ini terutama terjadi pada perusahaan yang bisnisnya terkena imbas langsung dampak pelambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Oleh sebab itu, investor diingatkan untuk lebih selektif dan mempertimbangkan beberapa hal sebelum masuk ke obligasi korporasi.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, obligasi yang aman adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki tingkat utang rendah. Selain itu, cashflow atau arus dana masuk ke perusahaan penerbit nonbank juga cukup kuat. 

Bila kamu masih memiliki minat terhadap obligasi, Farash menyarankan untuk mencermati benar-benar kondisi fundamental dari perusahaan penerbit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain tingkat utang, historis arus kas, rating obligasi, background grup atau pemegang saham perusahaan penerbit.

Rating kalau bisa di A hingga AAA. Untuk obligasi korporasi dari bank, perhatikan NPL, CAR, dan likuiditasnya,” saran Farash.

Para ekonom memperkirakan kontraksi ekonomi dunia masih terjadi di sisa tahun ini. Pada kondisi seperti ini, para investor disarankan untuk melakukan diversifikasi aset, utamanya ke fixed income atau pendapatan tetap.

Ketidakjelasan pasar yang masih fluktuatif akan kembali stabil bila ada sentimen positif, seperti melandainya kurva tingkat penyebaran virus Covid-19 atau vaksin baru telah ditemukan.

Artikel Terkait