Ajaib.co.id – Deflasi adalah menurunnya harga barang secara masif yang disebabkan oleh beberapa hal. Namun, apakah deflasi berarti tanda dari penurunan daya beli? Simak ulasan redaksi Ajaib berikut ini untuk menjawabnya
Dalam dunia bisnis, terutama di suatu negara ada kalanya mengalami deflasi. Bahkan Indonesia pada bulan September 2019 lalu diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sempat terjadi deflasi. Keadaan tersebut seringkali memunculkan pertanyaan, apakah itu berarti tandanya penurunan daya beli masyarakat?
Jika melihat data pada bulan September 2019 lalu, dilaporkan terjadi deflasi sebesar 0,27% secara month-on-month (MoM). Seringkali kata deflasi dihubungkan dengan melemahnya daya beli. Lalu deflasi pada bulan September tahun lalu, adakah kaitannya dengan penurunan daya beli? Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya kamu memahami apa itu deflasi.
Pengertian Deflasi
Deflasi adalah suatu fenomena dimana harga-harga barang menurun secara masif atau terus menerus dalam periode yang singkat. Selain harga barang, dampaknya juga akan berimbas pada menurunnya upah kerja.
Bisa dibilang, deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Di mana terjadi kondisi yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang. Secara sepintas, mungkin deflasi bisa dianggap menguntungkan oleh masyarakat lantaran harga barang jadi lebih murah. Untuk beberapa waktu memang demikian, tetapi untuk jangka panjang efek negatifnya akan terasa. Menurut segi ekonominya, deflasi bisa menimbulkan kekacauan ekonomi dan bisnis negara.
Sementara itu penyebab terjadinya deflasi bisa terjadi karena beberapa faktor. Apalagi kondisi tersebut tidak lepas dari pengaruh perekonomian secara global, termasuk deflasi yang terjadi di suatu negara. Permintaan mata uang yang tinggi bisa menyebabkan adanya deflasi, karena nilai mata uang yang sangat kuat.
Jenis – Jenis Deflasi
Terdapat 2 (dua) jenis deflasi yang perlu kamu ketahui, yaitu deflasi strategis dan deflasi sirkulasi. Di bawah ini adalah penjelasannya.
1. Deflasi Strategis
Deflasi strategi adalah salah satu jenis deflasi yang terjadi karena adanya penetapan kebijakan mengenai pengendalian terhadap gejala konsumsi yang berlebihan di kalangan masyarakat.
Konsumsi berlebihan ini dinilai bisa menekan kenaikan harga produk di pasar. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dipercaya bisa menekan konsumsi berlebihan pada masyarakat melainkan mengakibatkan penurunan harga sehingga konsumsi masyarakat semakin meningkat.
Salah satu kebijakan yang menyebabkan deflasi adalah adanya penurunan suku bunga pemerintah melalui bank sentral. Di mana, tingkat suku bunga yang rendah ini akan mengakibatkan masyarakat sebagai konsumen untuk meminjam uang di bank. Sedangkan akan membuat perusahaan berlomba-lomba menyimpan uang di bank untuk memperoleh bunga yang besar.
Sehingga, bisa menyebabkan uang yang beredar menjadi semakin sedikit dan menurunnya harga barang dan berdampak negatif pada kestabilan ekonomi negara.
2. Deflasi Sirkulasi
Deflasi sirkulasi adalah deflasi yang muncul akibat kondisi perekonomian yang tidak stabil karena terjadinya transisi ekonomi yang meningkat mengalami kemerosotan. Singkatnya, deflasi jenis ini disebabkan adanya konsumsi dan daya produksi dalam suatu negara yang tidak seimbang sehingga membuat harga barang turun.
Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan yang signifikan terhadap kebutuhan masyarakat terhadap barang ekonomis dan banyaknya produksi barang dengan jenis serupa dalam jumlah yang berlebihan dan mengakibatkan penurunan harga yang drastis.
Faktor Terjadinya Deflasi
Lalu apa saja faktor-faktor terjadinya deflasi? Berikut ulasannya:
1. Hasil Produksi yang Sama Sudah Terlalu Banyak
Apabila banyak perusahaan menghasilkan produk atau jasa yang sama, maka persaingan akan meningkat untuk bisa memperoleh konsumen. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan menekan harga jual demi memenangkan persaingan.
2. Menurunnya Jumlah Uang yang Beredar
Penurunan mata uang yang beredar di masyarakat jadi salah satu penyebab deflasi pada suatu negara. hal tersebut juga bisa terjadi akibat dari kebijkan Bank Sentral sendiri.
Menurunnya jumlah uang yang beredar di masyarakat terjadi karena tergiur dengan tawaran bunga bank yang tinggi. Maka dari itu, orang-orang akan lebih memilih menabung uangnya di bank.
3. Aturan Pemerintah atau Bank Sentral
Peraturan pemerintah serta Bank Sentral juga bisa menyebabkan terjadinya deflasi. Misalnya seperti yang pernah terjadi di Spanyol pada 2010 silam. Pemerintah mereka mengadakan program penghematan biaya besar-besaran. Namun, kebijakan tersebut justru menimbulkan deflasi.
4. Permintaan Terhadap Hasil Produksi Menurun
Banyak dari perusahaan atau pebisnis yang menghasilkan berbagai produk inovasi, tetapi seringkali tidak memperhitungkan dengan tepat kuantitas dari hasil produksinya. Seperti kebanyakan sifat alami dari konsumen adalah cepat bosan. Jika konsumen sudah merasa tidak tertarik dengan suatu produk, maka jumlah permintaan pun akan menurun.
Dampak Positif dan Negatif Deflasi
Deflasi memiliki dampak positif dan juga negatif. Di bawah ini adalah dampak deflasi yang perlu kamu ketahui.
1. Dampak Positif Deflasi
- Nilai uang bertambah
- Timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menabung untuk memenuhi kebutuhan masa depan
- Konsumen cenderung lebih berhemat dalam berbelanja
2. Dampak Negatif Deflasi
- Menurunnya pendapatan bisnis
- PHK besar-besaran
- UMR dapat menurun
- Investasi dan harga saham akan menurun
Cara Mengatasi Deflasi
Ada beberapa cara mengatasi deflasi dengan baik. Apa saja itu?
1. Mengimplementasikan Kebijakan Moneter
Dengan menerapkan kebijakan ini, bank sentral harus membuat kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat sehingga bisa membuat ekonomi kembali stabil.
Cara umum yang bisa dilakukan adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga agar mencegah masyarakat untuk menyimpan uang di bank tapi menggunakannya untuk berbelanja atau keperluan bisnis lainnya.
2. Mengimplementasikan Kebijakan Fiskal
Menerapkan kebijakan fiskal juga bisa menjadi salah satu cara mengatasi deflasi. Di mana, kebijakan ini bertujuan untuk menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat.
3. Meningkatkan Upah Kerja
Dengan meningkatkan upah kerja karyawan, misalnya UMR, maka akan berpengaruh juga terhadap meningkatnya daya beli masyarakat sehingga membuat ekonomi menjadi lebih baik dan stabil.
4. Penurunan Biaya Pajak
Dengan menurunkan biaya pajak, maka akan membuat perusahaan semakin giat melakukan usaha sehingga nantinya akan membantu perekonomian masyarakat menjadi lebih baik.
5. Penurunan Suku Bunga Pinjaman
Dengan menurunkan suku bunga untuk perusahaan akan membuat kegiatan ekonomi bergerak karena perusahaan memiliki dana yang bisa digunakan untuk memproduksi barang dan jasa untuk dikonsumsi masyarakat.
Inflasi Bukan Tujuan Indonesia
Balik lagi ke pertanyaan di atas, apakah adanya deflasi berarti penurunan daya beli? Mari kita bahas lebih dalam.
Kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara berkembang dan tidak terlalu menginginkan inflasi seperti yang terjadi di negara-negara maju. Misalnya di Jerman atau Jepang, inflasi adalah berkah karena konsumen masih mau membayar barang dan jasa dengan harga yang lebih tinggi. Dengan begitu, dunia bisnis pun semakin menggeliat.
Itulah yang menyebabkan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BoJ) menargetkan inflasi berada di kisaran level 2% untuk jangka menengah. Namun, kenyataannya kedua negara tersebut sulit untuk mencapai level tersebut. Terakhir kali Jepang alami inflasi pada kisaran 2% yakni bulan Maret 2015. Sementara Jerman masih lebih baik, karena karena kali terakhir mengalami inflasi pada level 2% terjadi pada April 2019 lalu. Akan tetapi, Jerman juga kesulitan untuk bisa stabil di kisaran angka tersebut.
Sedangkan di Indonesia memiliki budaya berbeda. Sebagai negara berkembang, industri di dalamnya belum berkembang secara penuh, sementara permintaan terus meningkat. Bagi negara berkembang, inflasi adalah khittah karena persediaan dan permintaan tidak berimbang. Kalau inflasinya rendah, maka itu adalah sesuatu yang disyukuri. Meski tidak mendambakan inflasi, bukan berarti inflasi yang diharapkan bisa tinggi. Hal inilah yang membuat Bank Indonesia (BI) selalu menargetkan inflasi berada pada level rendah namun stabil.
Apa yang dilakukan Indonesia, sudah berada dalam jalur yang benar. Sejak 2017 pertengahan, pertumbuhan inflasi tahunan di Indonesia cenderung stabil di kisaran level 3%.
Adanya Inflasi Inti
Bicara soal inflasi dan juga daya beli, maka lihatlah pada inflasi intinya. Komponen ini merupakan pengeluaran yang harganya bergerak secara volatil, fluktuatif, dan tak menentu. Melihat data pada September 2019 lalu, inflasi inti ada pada 3,32% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 3,3%. Kemudian sejak November tahun lalu, inflasi inti stabil di kisaran level 3%.
Dengan kata lain, jika harga barang dan jasa yang sifatnya stabil bisa naik, maka konsumen masih mau membayar lebih mahal. Secara bulanan inflasi bisa saja minus, namun jika terjadi banyak gangguan dan juga bicara faktor musiman. Maka tidak mencerminkan adanya tren penurunan daya beli.
Deflasi yang terjadi pertengahan tahun lalu mestinya disyukuri, karena harga barang dan jasa menurun ketimbang awal tahun 2019. Namun, jika sampai menyatakan menurunnya daya beli, sepertinya kurang relevan dan kurang tepat. Meskipun terjadi deflasi, rasanya terlalu jauh mengartikannya sebagai penurunan daya beli.
Indonesia Mengalami Deflasi di Tengah Pandemi
Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatat angka deflasi pada September 2020 sebesar 0,05 persen. Angka ini menjadi yang ketiga kalinya secara beruntun sepanjang kuartal III 2020, atau selama periode Juli, Agustus dan September.
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, deflasi yang terjadi akibat daya beli masyarakat Indonesia mengurangi pengeluaran sehingga menyebabkan ekonomi yang sangat lemah pada masa pandemi Covid-19. Di sisi lain, pasokan terbilang cukup dengan adanya penurunan harga dari beberapa komoditas. Meski begitu, terjadi penurunan permintaan barang/
Senada, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, fenomena ini menjadi suatu bentuk akibat dari terbatasnya kegiatan sosial ekonomi selama masa pandemi. Piter juga menambahkan bahwa deflai tidak akan banyak berakibat terhadap kegiatan ekonomi nasional. Sebaliknya, deflasi merupakan buntut dari tingginya angka pengangguran di Indonesia saat ini.
Untuk mengatasi deflasi yang terjadi saat ini, pemerintah mulai menurunkan tingkat suku bunga yang diharapkan bisa membantu ekonomi Indonesia kembali bangkit.