Ajaib.co.id – Pernahkah kamu melihat logo dua huruf PP dalam lingkaran berwarna biru di proyek-proyek konstruksi? Logo ikonik tersebut milik PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (kode saham PTPP), salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi dan properti.
PT Pembangunan Perumahan Tbk awalnya berdiri pada tahun 1953 dengan nama NV Pembangunan Perumahan. Statusnya berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) pada tahun 1960, dan baru beralih menjadi Perusahaan Terbatas (PT) pada tahun 1971. PT Pembangunan Perumahan Tbkgo public dengan simbol PTPP pada 9 Februari 2010.
Portofolio PTPP sangat beragam, mencakup bidang jasa konstruksi, pengembangan real estate, pengelolaan properti, serta pembangunan infrastruktur dan energi yang didirikan dengan pendanaan pemerintah.
Koleksi proyeknya mulai dari Jembatan Siak Riau, PLTG Gorontalo, Dermaga Kariangau Balikpapan, hingga Grand Sungkono Lagoon Surabaya, Landmark Pluit Jakarta, dan masih banyak lagi.
Kepemilikan saham PTPP terbesar berada di tangan pemerintah NKRI, yakni sebesar 51%. Sebanyak 49% sisanya berada di tangan publik, dengan sejumlah kecil (kurang dari 1%) termasuk saham Treasury.
Saham PTPP memiliki market cap sebesar Rp7,63 triliun dengan harga penutupan Rp1.230 per lembar pada tanggal 20 April 2021. Mari kita analisis lebih lanjut untuk menilai prospek saham PTPP ke depan.
Riwayat Kinerja Keuangan PTPP
Laporan keuangan PTPP untuk tahun fiskal 2020 menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu menghasilkan laba di tengah pandemi Covid-19, tetapi jumlahnya merosot 84,28% dibandingkan laba periode 2019.
Berikut rangkuman kinerja laba PTPP berdasarkan laporan keuangan terakhir (dalam miliar rupiah kecuali jika dinyatakan secara khusus):
Komponen Laba | IV/2020 | IV/2019 | IV/2018 | IV/2017 |
Penjualan dan pendapatan usaha | 15.831,39 | 23.573,19 | 25.119,56 | 21.502,26 |
Beban pokok penjualan dan pendapatan | -13.657,93 | -20.257,80 | -21.573,64 | -18.250,80 |
Laba bruto | 2.173,46 | 3.315,39 | 3.545,92 | 3.251,46 |
Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk | 128,75 | 819,46 | 1.501,97 | 1.453,14 |
Laba per saham (Rupiah penuh) | 21 | 132 | 242 | 234 |
Bagaimana dengan rasio-rasio keuangan PTPP? Berikut ini perbandingan kinerja keuangan PTPP selama empat tahun terakhir:
Rasio | IV/2020 | IV/2019 | IV/2018 | IV/2017 |
ROE | 1,21% | 7,18% | 14,50% | 14,78% |
ROA | 0,24% | 2,04% | 4,15% | 4,72% |
NPM | 0,81% | 3,48% | 5,98% | 6,76% |
DER | 371,47% | 350,29% | 283,83% | 240,44% |
Current Ratio | 1,2x | 1,4x | 1,4x | 1,4x |
Data-data di atas menandakan bahwa kinerja PTPP sudah memburuk sejak sebelum pandemi Covid-19 merebak. Kemampuan perusahan untuk menghasilkan laba semakin merosot dari tahun ke tahun, sedangkan rasio utang justru kian membengkak. Setelah pembatasan sosial dilakukan guna membendung Covid-19, kinerja keuangan PTPP langsung terpukul.
Total aset PTPP berkurang 4,7% menjadi Rp53,47 triliun dalam laporan kuartal IV/2020 dari Rp56,13 triliun pada tahun sebelumnya. Liabilitas perusahaan berkurang menjadi Rp39,47 triliun dari Rp41,12 triliun dalam rentang waktu yang sama.
Liabilitas jangka pendek menurun, sedangkan liabilitas jangka panjang naik tipis. Adapun ekuitas yang dapat diatribusikan kepada entitas induk PTPP juga turun menjadi Rp10,62 triliun dari sebelumnya Rp11,74 triliun.
Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham PTPP
PTPP tergolong salah satu emiten yang rutin bagi-bagi dividen kepada para pemilik sahamnya, walaupun laba menurun akibat pandemi. Hal ini tampak dari riwayat pembagian dividen untuk periode 2017-2020.
Tahun | Dividen per Saham |
2017 | Rp49,52 |
2018 | Rp46,88 |
2019 | Rp48,45 |
2020 | Rp33,84 |
Prospek Bisnis PTPP
Kemerosotan kinerja secara signifikan sebenarnya terjadi pada hampir semua emiten konstruksi pelat merah, bukan hanya PTPP. Perusahaan-perusahaan yang juga dikenal dengan julukan “BUMN Karya” mencakup Waskita Karya (WSKT), Wijaya Karya (WIKA), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), dan kawan-kawannya kompak mencetak kinerja mengecewakan pada tahun 2020.
Walaupun rangkuman kinerja keuangan PTPP pada bahasan di atas tampak buruk, tetapi prospeknya sebagai perusahaan BUMN tetap potensial.
Perlu diperhatikan pula bahwa PTPP merupakan pemegang proyek konstruksi terbanyak di kawasan Indonesia Tengah dan Timur. Hampir semua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) mayor di sana melibatkan PTPP. Selain itu, masih ada pula lusinan proyek jembatan, bendungan, serta fasilitas publik lainnya.
Apabila rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan berlanjut kelak, dapat diperkirakan bahwa PTPP termasuk salah satu saham yang paling diuntungkan. Tapi meskipun rencana perpindahan ibu kota masih disuspensi, PTPP sudah punya strategi untuk memperbaiki kinerja dengan mengintensifkan proyek-proyek lain.
Menurut CNBC Indonesia (9/4/2021), PTPP akan mulai fokus menggarap proyek-proyek yang memiliki break-even point (BEP) cepat dan segmen champion seperti seaport dan power renewables. Prioritas awal pada smart recycling asset, yaitu proyek-proyek jalan tol yang pembangunannya sudah selesai dan memiliki profitabilitas yang baik.
Hasil recycling akan digunakan untuk berinvestasi pada proyek-proyek berikutnya yang lebih menguntungkan.
Perusahaan juga berencana menyesuaikan bisnis dalam jangka panjang. Antara lain transformasi portofolio bisnis, transformasi unit bisnis, transformasi organisasi, transformasi tata kelola bisnis, dan transformasi pengelolaan inovasi, teknologi dan corporate knowledge.
PTPP menargetkan perolehan kontrak baru sebesar Rp30,1 triliun untuk tahun 2021, atau naik 35% dibandingkan realisasi kontrak baru sepanjang 2020 yang senilai Rp 22,26 triliun. Guna mewujudukan target tersebut, PTPP akan meningkatkan anggaran belanja modal sampai Rp6,2 triliun.
Selain itu, kontribusi tidak langsung dari anak-anak usaha PTPP perlu diperhitungkan. PTPP sekarang memiliki sedikitnya lima anak usaha yang menggarap fokus berbeda-beda, antara lain PT PP Presisi Tbk (PPRE), PT PP Properti Tbk (PPRO), PT PP Infrastructure, PT PP Energy, dan PT PP Urban.
Harga Saham PTPP
Menurut data RTI, saham PTPP saat ini memiliki PBV 0,72x. PBV ini tergolong sangat murah jika dibandingkan dengan beberapa emiten konstruksi pelat merah lain, seperti WSKT (1,91x) dan WIKA (0,92x).
Sedangkan PER-nya 59,23x dapat diperbandingkan dengan WIKA (67,84x), dan keduanya jauh lebih baik ketimbang WSKT (-1,95x). Hal ini menjadikan PTPP salah satu saham yang cukup potensial untuk investasi jangka panjang maupun trading jangka pendek.
Bisnis PTPP memang sempat mengalami tekanan pada tahun 2020, tetapi prospek ke depannya tetap cemerlang asalkan strategi perusahaan benar-benar efektif meningkatkan kinerja keuangannya.
Perusahaan juga takkan kekurangan proyek garapan karena pesanan pemerintah bakal terus mengalir seiring dengan beralihnya fokus pembangunan ke kawasan timur Indonesia.
Proyeksi Saham PTPP di Akhir Tahun 2021
Saham PTPP diproyeksikan akan menghadapi sentimen negatif sepanjang sisa tahun ini. Meski begitu, perusahaan ini masih memiliki prospek menarik seiring adanya proyek yang terdiversifikasi dan ditunjang oleh kondisi fundamental yang solid.
Ishlah Bimo selaku analis Panin Sekuritas menuliskan dalam risetnya bahwa adanya peningkatan risiko pada sektor infrastruktur seiring kembali melonjaknya kasus Covid-19. Menurutnya, hal ini berpotensi membuat beberapa proyek tertunda.
Ishlah juga menuliskan bahwa potensi realisasi kontrak baru 2021 juga bisa berada di bawah target akibat pengalihan anggaran untuk tender proyek baru. Belum lagi, proses tender akan kembali berjalan lebih lama atau pun project owner baik dari BUMN dan swasta akan lebih konservatif dalam pengelolaan belanja modal.
Meski begitu, pada akhir Mei 2021 lalu, PTPP telah mengantongi perolehan kontrak baru sebesar Rp6,7 triliun. Perolehan ini setara dengan 22,3% dari target PTPP pada tahun 2021 yaitu Rp 30,2 triliun.
Beberapa contoh proyek signifikan yang didapatkan di periode tersebut diantaranya adalah:
- Proyek Junction Dawuan Tol sebesar Rp825,0 miliar
- Pegadaian Tower sebesar Rp594,0 miliar
- KIT Batang Road Phase 1.4 sebesar Rp350,0 miliar, dan
- SEZ Mandalika Infrastructure Project Phase 2 sebesar Rp342,0 miliar.
Ishlah juga melihat meski sektor konstruksi masih bisa beroperasi 100% di tengah pemberlakuan PPKM Darurat PTPP masih akan terkena imbas negatifnya. Sehingga ia memperkirakan potensi burn rate dapat menurun namun tidak sedalam tahun 2020. Adapun, burn rate PTPP saat ini tercatat sebesar 21,9% di kuartal I-2021.
Bukan hanya itu, sentimen negatif lainnya datang dari pemerintah yang merevisi turun anggaran pembangunan untuk dialokasikan ke penanganan Covid-19. Di mana sebelumnya Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan memiliki anggaran Rp149,8 triliun dan Rp 45,6 triliun namun dipangkas menjadi masing-masing Rp139,9 triliun dan Rp33,2 triliun.
Akhirnya, Ishlah pun ikut merevisi turunnya pendapatan PTPP pada tahun ini dari semula Rp20,5 triliun menjadi Rp19,1 triliun. Sementara proyeksi laba bersih juga dipangkas dari sebelumnya Rp431 miliar menjadi Rp404,6 miliar.
Itulah beberapa hal mengenai saham PTPP. Jadi, apakah kamu tertarik untuk membeli saham PTPP? Jangan lupa untuk membeli saham melalui aplikasi AJAIB ya! Dengan Ajaib, kamu bisa melihat kinerja dan analisis fundamental dari semua perusahaan. Sehingga, kamu bisa mengambil keputusan dengan tepat sesuai analisis yang ada.