Saham

Investor Rasa Trader, Kamukah Salah Satunya?

Apa itu investor rasa trader? Hanya karena kamu peduli tentang naik turunnya laba bersih yang diperoleh sebuah emiten (perusahaan yang sudah tercatat di bursa saham) tidak lantas menjadikanmu seorang investor fundamentalis jangka panjang?

Omar Basal, CFA sekaligus Kepala Divisi Risk Management di NBK Capital, dalam bukunya yang berjudul Panduan Pemula untuk Swing Trading mengkategorikan orang-orang yang berjual-beli dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun) sebagai swing trader, baik mereka yang berbekal analisis teknikal maupun fundamental.

Tentu tidak ada dengan menjadi seorang swing trader. Namun, akan lebih baik apabila kamu mengenal dirimu sendiri karena kecederungan gaya berinvestasi seseorang akan mempengaruhi pemilihan saham dalam portofolio.

Investasi = Menyimpan Efek Lebih Dari Satu Tahun

Warren Buffet, seorang investor terkemuka, yang kini merupakan orang terkaya #3 di dunia, berkata bahwa investasi sama dengan menyimpan sebuah efek/saham dan surat berharga lainnya secara jangka panjang. Arti jangka panjang di sini adalah lebih dari 1 tahun. Buffet mengatakan bahwa “Jika kamu tidak nyaman menyimpan sebuah saham selama 10 tahun, jangan berpikir untuk menyimpannya selama 10 menit.”

Ketika ditanya berapa lama jangka waktu beliau menyimpan sebuah saham, jawabannya adalah “Our favorite holding period is forever.”

Cukup banyak yang seperti Buffet; menyimpan saham selama-lamanya dan hanya menikmati dividen tahunannya saja. Namun, sebagian besar investor lebih tertarik membeli dengan alasan Value Investing alias membeli saham yang harganya dinilai masih undervalued dan akan melepas sahamnya bila harga sudah mulai memasuki area harga wajarnya.

Karena jangka waktunya sangat lama, maka penting untuk memedulikan bisnis apa yang sedang dijalankan oleh emiten, siapa pemangku jabatannya, dan bagaimana sepak terjangnya, apakah menerapkan Good Corporate Governance (GCG) atau tidak. Perusahaan yang menerapkan GCG dengan standar nilai tertentu dinilai memiliki pengelolaan perusahaan yang lebih baik.

Oleh karenanya, senjata utama seorang investor jangka panjang seperti ini adalah laporan keuangan yang rilis per kuartal dan tahunan, materi Paparan Publik, dan berita yang beredar di media-media besar yang dapat dipercaya.

Mereka juga membuat analisis menggunakan spreadsheet (misalnya dari Microsoft Excel) untuk melihat kecenderungan performa emiten dari waktu ke waktu. Analisis semacam ini dinamakan analisis fundamental. Mereka yang melakukan analisis fundamental lebih tertarik kepada penjualan dan laba bersih yang dibuat. Hal ini berguna untuk memahami nilai sesungguhnya sebuah saham atau yang kita sebut dengan harga wajar.

Sebagai informasi, bursa adalah dunia yang unik. Di dalamnya ada banyak sekali emiten yang harga sahamnya tidak mencerminkan performanya. Sebuah saham seringkali memiliki harga yang luar biasa murah atau mahal bila dibandingkan dengan kinerja arus keuangannya. Menemukan berlian tersembunyi di tumpukan ratusan emiten tidaklah mudah. Tapi bukan berarti tidak mungkin.    

Saat dirasa harga saat ini di bawah harga wajar, atau disebut juga sebagai salah harga, maka seorang investor seringkali tidak peduli dengan teknis harga saat membeli. Apabila sesaat setelah mereka membeli ternyata harga sahamnya jatuh, mereka tidak panik.

Mereka juga menerapkan pembelian secara berkala atau sistem cicil yang dikenal juga sebagai Dollar Cost Averaging (DCA), yaitu melakukan pembelian secara rutin dalam jumlah yang sama tanpa memedulikan berapa harganya saat itu. Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengurangi risiko yang muncul jika kita berinvestasi secara sekaligus.

Apa itu Trader?

Sebaliknya, ada juga orang-orang yang lebih senang melakukan jual-beli dalam jangka pendek yang memanfaatkan momentum tertentu. Misalnya kenaikan harga acuan komoditas tertentu atau saat ada aksi korporat yang menguntungkan.

Orang-orang ini dinamakan trader atau pedagang. Para trader biasanya tidak tertarik dengan laporan keuangan karena mereka hanya berniat untuk memiliki saham selama beberapa saat saja. Mereka hanya tertarik pada saham-saham yang harganya sedang berada dalam sebuah tren. Adapun trader dibagi menjadi dua yaitu Day Trader dan Swing Trader.

Day Trader hanya berdagang dalam waktu sehari saja. Kalau di Indonesia, biasanya kebanyakan dari Day Trader membeli di sore hari sebelum penutupan bursa, dan menjual keesokan harinya di pagi hari dengan harapan ‘tarikan pagi’ bisa naik antara 3%-5%. Day Trading di Indonesia biasanya sangat digemari oleh kumpulan ibu-ibu yang berlatar belakang pengusaha.

Kalau kamu pernah mendengar istilah Scalper, maka di Indonesia hal yang sama memiliki istilah ‘Copetan’, para ‘Pencopet bursa’ juga bagian dari Day Trader. Biasanya, para Pencopet akan berusaha mengambil kesempatan membeli saham apapun yang sedang choppy/ramai transaksi sehingga cenderung naik-turun harga dalam waktu sehari saja. Dijualnya juga dengan keuntungan hanya 1-3%.

Para Copetan tidak menggunakan grafik, tapi lebih mengandalkan feeling dan ditambah melihat volume dan frekuensi saja, kadang juga disertai analisis Tape Reading ringan seperti melihat kekuatan bid offer. Copetan seringkali menggiurkan karena menawarkan keuntungan instan. Tetapi, jangan lupa bahwa fee yang dibayarkan ke broker juga bertambah seiring banyaknya trading yang dilakukan.

Lama-lama, para pencopet ini biasanya insyaf karena ‘kerampokan’ market dalam sekali-dua kali kegagalan dalam pemilihan saham. Market yang choppy biasanya tidak terduga dan minus yang ditimbulkan seringkali menyapu keuntungan-keuntungan mini yang dikumpulkan selama asyik melakukan Copetan.

Sedangkan, Swing Trader adalah mereka yang membeli saham jika mereka melihat adanya tren harga menguat ke arah yang menyenangkan. Selama tren belum patah, maka mereka belum akan menjual sahamnya. Mereka biasanya menyimpan sahamnya dalam kurun waktu beberapa hari hingga beberapa pekan.

Kebanyakan dari kita mengetahui bahwa pada umumnya senjata para trader adalah analisis teknikal. Namun ternyata, diam-diam ada juga sebagian dari kita yang melakukan analisis fundamental sebelum melakukan swing trading.

Adapun Analisis Teknikal berurusan dengan grafik dan indikator teknis sedangkan Analisis Fundamental pada prinsipnya peduli dengan pendapatan, aksi korporat, dan valuasi/penghitungan harga wajar.

Di Indonesia, mereka yang melakukan jual-beli jangka pendek dengan berbekal analisis fundamental seringkali diledek sebagai Investor Rasa Trader, oleh karenanya para Investor Rasa Trader ini malu bicara terang-terangan tentang kebiasaannya yang hanya berdagang jangka pendek kepada sesama fundamentalis. Padahal, menurut hemat kami, selama kamu bisa menghasilkan keuntungan, mengapa tidak?

Kisah Sukses Swing Trading berbasis Fundamental

Jim Cramer's mad money. Jadi kaya dengan menonton TV? Sebuah perspektif terkait investor rasa trader
Cuplikan dari Mad Money

Namanya Jim Cramer, ia adalah pembawa acara terkenal dari sebuah program televisi CNBC Amerika yang berjudul Mad Money sejak tahun 2005, hingga akhirnya resesi menimpa Amerika. Cramer dalam Mad Money akan menjawab pertanyaan tentang emiten-emiten mana pun secara gratis.

Ia menjadi pemandu pribadi banyak investor-trader yang kebingungan di belantara investasi Wall Street. Ia akan memberikan pendapatnya tentang apakah ia berminat pada sebuah perusahaan, serta apakah ia memutuskan untuk buy, sell atau hold kepada pihak-pihak yang bertanya melalui telepon.      

Ia didapuk menjadi host Mad Money setelah ia berhasil mengelola lembaga keuangan kecil yang ia dirikan di tahun 1987. Semua dimulai sejak ia menerima uang santunan asuransi setelah kecelakaan menimpanya di tahun 1987. Santunan tersebut ia gunakan sebagai modal awal. Ia dilaporkan berhasil mengelola dan mendapatkan pengembalian investasi sebesar 24 persen per tahun selama 14 tahun lamanya. Pada akhirnya, ia cairkan semuanya di tahun 2001 dan pensiun.

Meskipun Cramer mengagung-agungkan seni investasi buy-hold pada acaranya, kenyataannya ia sendiri sering melakukan jual-beli dalam jangka pendek sehingga ia termasuk sebagai Swing Trader. Namun, analisis yang dilakukan Cramer bukan tentang grafik dan indikator teknis, melainkan fundamental.

Ia akan mengambil posisi buy di saham yang sudah jatuh melebihi titik terendahnya dalam setahun atau yang disebut dengan Buy on Weakness (BOW). Ia melakukan jual beli singkat saham-saham yang  harganya dipengaruhi oleh berita perusahaan, seperti adanya peningkatan atau penurunan peringkat investasi.

Ia juga seringkali menghitung potensi laba bersih yang mungkin tercipta berikutnya sehingga ia dapat membeli sebelum laporan keuangan mengumumkan laba bersihnya. Dan ketika laporan keuangan benar-benar dirilis, prediksinya biasanya tepat lalu berikutnya harga melejit naik dan ia akan menjual di saat psikologi pasar mulai jenuh.

Seluruh perdagangannya berbasis fundamental. Ia juga sangat memperhatikan sektor sahamnya, misalnya bila Home Depot mengumumkan penjualan yang melemah, maka ia berasumsi bahwa perusahaan sejenis di sektor yang sama akan mengalami hal yang sama.

Jim Cramer mendapat keuntungan compounding/berlipat sebesar 24 persen setiap tahun selama 14 tahun dengan cara ini. Menakjubkan, bukan?

Swing Trader Berbasis Fundamental

Para Investor Rasa Trader atau swing trader berbasis fundamental ingin mengetahui lini bisnis apa yang dijalankan perusahaan, apakah industrinya sedang mengalami kesulitan atau mendapatkan momentum, kapan perusahaan melaporkan pendapatannya, dan bagaimana prediksi labanya.

Namun para swing trader jenis ini tidak terlalu tertarik pada setiap detail neraca perusahaan. Mereka hanya tertarik pada rasio-rasio umumnya saja terutama apabila ada lonjakan laba bersih yang tampak nyata. Walau ada kenaikan laba bersih yang ada seringkali hanya sebatas tipuan mata, alias dipengaruhi penjualan aset, dll. Namun hal tersebut tak jadi soal selama keuntungan bisa diraup selama beberapa hari atau beberapa pekan.

Para Investor Rasa Trader juga kurang menyukai pemodelan rumit di spreadsheet, karena mereka hanya membeli dan menjual saham selama beberapa hari saja. Beberapa dari mereka juga menggabungkan analisis teknikal untuk menentukan titik beli yang pas. Pada kenyataannya, gabungan antara pengetahuan fundamental dan keterampilan teknikal benar-benar membantu para manajer investasi.

Bolehkah hal ini dilakukan? Meskipun para fundamentalis garis keras menentang dan mengejek para Investor Rasa Trader, bukan berarti kamu perlu berkecil hati karena yang terutama adalah hasil akhirnya.

Gaya Pemilihan Saham

  • Top-Down

Pemilihan saham ala top-down dimulai dengan mempelajari situasi di level makro, lalu turun ke sektor tertentu, dan berakhir dengan mencari emiten dalam sektor tersebut yang kiranya dapat memberikan potensi keuntungan terbesar.

Mereka yang melakukan Swing Trade berbasis fundamental bisa melakukan pencarian saham dengan cara top-down yaitu dengan melakukan filter fundamental terlebih dahulu, lalu diakhiri dengan mengidentifikasi pola grafik dan mencari titik entry buy  dengan analisis teknikal.

Atau bisa juga dengan cara mencari pola grafik industri untuk melihat sektor mana saja yang sedang menguat atau melemah, lalu dilanjutkan dengan memperhatikan saham mana yang secara fundamental sedang memiliki momentum. 

  • Bottom-Up

Pendekatan model Bottom-Up adalah dengan mencari saham yang sedang menguat, lalu dilanjutkan dengan analisis sektor dan diakhiri dengan mempelajari ekonomi secara makro.

Banyak juga swing trader berbasis teknikal yang melakukan pendekatan Bottom-Up untuk menguatkan iman saat hendak melakukan pembelian maupun saat sedang galau untuk hold sahamnya. Yang terakhir biasanya percakapannya seperti ini:

“Aduh bingung nih saham kertas saya dijual atau jangan ya? Tapi ada kebijakan anti plastik keresek, jadi mestinya kertas masih bagus ya prospeknya?”

Hal seperti ini sudah terlalu sering kami dengar, mereka bisanya entry buy-nya pakai teknikal tapi jualnya pakai fundamental, ditambah feeling dan bisikan kanan-kiri. Apakah hal ini dibolehkan? Selama cuan ya sah-sah saja, kalaupun merugi, kamu dapat hikmahnya yaitu agar bisa lebih mandiri di hari esok dan tidak terlalu mengandalkan teman-teman.

Pendekatan Bottom-Up yang baik adalah dengan filter kuantitatif dengan mengecek pertumbuhan atau nilai saham lalu membandingkannya dengan pertumbuhan indeks dan terakhir mempelajari ekonomi secara makro.

Terakhir, di Indonesia banyak yang tidak mau mengaku sebagai Investor Rasa Trader karena banyaknya cibiran dari para fundamentalis garis keras yang setia untuk buy dan hold selama-lamanya dan benar-benar anti terhadap analisis teknikal. Namun hal ini sebenarnya hanya masalah preferensi saja. Jika kamu bisa memperoleh keuntungan yang konsisten seperti Jim Cramer selama 14 tahun lamanya, kenapa tidak?

N.B.: Tulisan ini dibuat sebagai bahan informasi saja, dan tidak untuk mendorong maupun mengurungkan niat siapapun untuk memilih gaya berinvestasinya. Gunakan gaya investasi yang paling cocok denganmu.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.   

Artikel Terkait