Berita

New Normal, Bagaimana Nilai Tukar Dolar Terhadap Rupiah?

Nilai Tukar Dolar

Ajaib.co.id – Memasuki era tatanan kehidupan baru atau disebut juga new normal, gejolak nilai tukar dolar terhadap rupiah masih terus berlanjut. Dolar Amerika Serikat (AS) sempat melemah hingga menyentuh level Rp13.900-an, namun kini sudah berbalik menguat Rp14.000-an. Bahkan, sampai menyentuh di atas Rp14.500.

Menguatnya kembali nilai dolar AS ini terjadi sejak 10 Juni 2020, di mana sebelumnya melemah dalam beberapa hari sejak pemerintah Indonesia mengumumkan akan diberlakukannya new normal.

Namun, pada penutupan sore ini (1/7/2020) nilai tukar dolar AS tercatat ada di level Rp14.615. Padahal di awal Juni kemarin dolar AS sempat keok oleh rupiah yang hingga ke level Rp13.859. Pelemahan rupiah ini dikarenakan adanya sentimen negatif usai sejumlah negara mengumumkan terjadi kenaikan kasus virus Covid-19 yang sebelumnya sudah mengalami penurunan.

Selain itu, menguatnya nilai dolar juga dipengaruhi oleh keputusan dari pemerintah Amerika Serikat yang menunda pembicaraan soal penambahan stimulus setidaknya sampai pada Juli. Melihat situasi yang masih belum stabil di awal penerapan new normal, diprediksi rupiah masih bisa melemah terhadap dolar.

Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS disebabkan adanya kekhawatiran risiko akan muncul gelombang kedua virus Covid-19 di Indonesia. Kekhawatiran yang bisa saja terjadi mengingat kasusnya yang terus meningkat setiap harinya, terlebih sejak new normal diberlakukan angka penambahan kasusnya menjadi rekor baru.

Adapun sentimen negatif lain dari para pelaku pasar keuangan global mulai mewanti-wanti dampak risiko gelombang kedua Covid-19 akibat dari pembukaan ekonomi yang sudah berjalan di sejumlah negara. Situasi tersebut diyakini bakal membuat pelaku usaha menarik diri dari aset berisiko, seperti saham.

Suntikan Tenaga The Fed Membuat Rupiah Juara Asia

Pada pembukaan di 16 Juni 2020, dolar AS masih kewalahan menghadapi rupiah. Bahkan pengumuman dari bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) pada tengah malam sebelum memberi suntikan tenaga bagi rupiah untuk terus menguat.

Pada saat perdagangan dibuka, dolar sempat menguat 0,21% ke Rp14.080 per USD. Akan tetapi itu tidak berlangsung lama, karena rupiah berbalik melawan hingga 0,28% ke Rp14.010 per USD. Rupiah menguat terpangkas dan sempat mengakhiri perdagangan di level Rp14.020 per USD di pasar spot sore tadi menurut data Refinitiv.

Melemahnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah ini menjadikan mata uang Republik Indonesia memiliki kinerja terbaik di Asia tengah bulan kemarin, juara! Pada pukul 15.03 WIB hari yang sama, tercatat selain rupiah ada 3tiga mata yang juga ikut menguat melawan dolar Amerika Serikat. Pada tabel berikut ini bisa dilihat pergerakan nilai dolar AS melawan mata uang utama di Asia.

Dollar AS vs Mata Uang Asia

Mata Uang Kurs Terakhir Perubahan
USD/CNY 70,838 -0,07%
USD/HKD 77,501 0,00%
USD/IDR 14.02 -0,21%
USD/INR 76,150 0,26%
USD/JPY 107,34 0,03%
USD/KRW 1.213,69 0,43%
USD/MYR 4,270 -0,15%
USD/PHP 50,140 -0,18%
USD/SGD 13,922 0,10%
USD/THB 31,14 0,42%
USD/TWD 29,662 0,11%

Di sisi lain, sentimen pelaku pasar yang mulai membaik membuat rupiah kembali perkasa atas dolar AS. Hal ini tercermin pada penguatan yang terjadi di bursa saham setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) mengumumkan untuk membeli obligasi perusahaan di pasar sekunder lewat program Secondary Market Credit Facility (SMCCF) pada Senin tengah malam WIB.

Program SMCCF sendiri sudah lebih dulu diumumkan pada 23 Maret lalu sebagai salah satu fasilitas yang dikeluarkan The Fed untuk meminimalisir dampak dari pandemi virus corona ke sektor perekonomian.

Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street yang sempat terpuruk di awal perdagangan kembali melesat setelah adanya pengumuman dari The Fed tersebut. Penguatan Wall Street ini berimbas kepada bursa saham di Asia dan Eropa.

Dengan kata lain, ketika sentimen pelaku pasar mulai membaik, maka terindikasi akan ada aliran modal yang masuk ke berbagai negara emerging market. Sementara capital flow terlihat di pasar obligasi, dimana yield Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun menurun 3,7 basis poin (bps) menjadi 7,202%.

Pertumbuhan Ekonomi RI Mengalami Kontraksi

Pada hari ini Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani memberikan keterangan terkait APBN KiTa (Kinerja dan Fakta), yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Republik Indonesia diproyeksikan bakal mengalami kontraksi alias minus pada kuartal II-2020.

Sri Mulyani menyampaikan tahun ini jadi tantangan berat, karena adanya pandemi virus Covid-19 yang belum pasti kapan akan berakhir.

Tekanan global tersebut membuat perekonomian dunia tak terkecuali Indonesia merosot tajam dan diprediksi akan berkontraksi 3,1% untuk periode Mei hingga Juni. Sedangkan pada kuartal III dan IV, Sri Mulyani meyakini ekonomi Indonesia kembali naik sehingga pemerintah tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 di angka -0,4% sampai 2,3%.

Meski diprediksi alami kontraksi, rupiah tetap bergeming. Mungkin karena pelaku pasar memaklumi jika perekonomian akan mengalami kontraksi.

Kini pasar cenderung memperhatikan bagaimana negara-negara mulai bangkit dari keterpurukan ekonomi. New normal diambil sebagai salah satu langkahnya untuk memutar kembali roda perekonomian namun dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Sentimen inilah yang jadi salah satu alasan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah melemah, sementara rupiah terus menunjukkan keperkasaannya.

Artikel Terkait