Ajaib.co.id – Bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada 9-10 Juni 2020 memutuskan mempertahankan suku bunga acuan.
The Fed memutuskan suku bunga acuan yang dikenal dengan fed fund rate (FFR) sebesar 0%-0,25%. Mengacu pada Kontan, keputusan The Fed tersebut telah mempertimbangkan krisis kesehatan yang terjadi serta pengaruhnya pada aktivitas ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi dalam waktu dekat, serta risiko terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah.
Dalam pernyataan resminya, The Fed memperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan ini hingga kondisi ekonomi pulih dan melewati wabah virus corona serta berada di jalur yang tepat untuk mendukung lapangan kerja maksimal dan stabilitas harga.
The Fed juga berkomitmen untuk menggunakan berbagai instrumen untuk mendukung ekonomi AS di periode yang menantang ini, untuk mendukung penciptaan lapangan kerja dan stabilitas harga.
The Fed menyebutkan, wabah virus corona telah menyebabkan kesulitan manusia dan ekonomi yang luar biasa di seluruh AS dan di seluruh dunia. Langkah-langkah yang diambil untuk melindungi kesehatan masyarakat telah mengakibatkan penurunan tajam dalam kegiatan ekonomi dan meningkatnya pengangguran.
Di sisi lain, menurut The Fed, permintaan yang lebih lemah dan harga minyak yang secara signifikan lebih rendah telah menahan inflasi. Kondisi pasar keuangan membaik, sebagian mencerminkan langkah kebijakan untuk mendukung ekonomi dan aliran kredit ke rumah tangga dan bisnis di AS.
The Fed menegaskan, FOMC akan terus memantau implikasi informasi yang masuk terkait prospek ekonomi, termasuk informasi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat serta perkembangan global dan tekanan inflasi yang diredam. The Fed juga akan menggunakan instrumen dan bertindak sebagaimana mestinya untuk mendukung perekonomian.
Kata Pengamat Mengenai The Fed yang Menahan Suku Bunga Acuannya
Keputusan The Fed menahan suku bunga FFR pada kisaran 0-0,25 persen pada pertemuan FOMC kali ini menegaskan niat bank sentral AS untuk menopang perekonomian di tengah pandemi Covid-19.
Dilansir dari bisnis.com, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro mengungkapkan dukungan Federal Reserve (Fed) ini akan ditunjukkan dengan menjaga FFR pada level rendah hingga 2022.
“Terlebih, Fed berkomitmen untuk menaikkan pembelian aset [quantitative easing] dalam beberapa bulan ke depan,” ujar Andry dalam laporannya, Kamis (11/6/2020).
Menurut Andry, stance kebijakan The Fed yang dovish didukung oleh data ekonomi Indonesia – penurunan defisit transaksi berjalan, inflasi stabil, serta penurunan impor – akan membantu Bank Indonesia (BI) untuk tetap mempertahankan kebijakan moneternya yang akomodatif.
“Sementara kami masih mewaspadai pandangan BI yang mengungkapkan ruang untuk pemangkasan suku bunga masih terbuka,” ujar Andry.
Kendati demikian, dia menuturkan Bank Mandiri tetap memperkirakan BI akan menjaga suku bunganya tidak berubah di level 4,50 persen pada 2020.
Dia memaparkan ada dua alasan yang membuat ruang pemangkasan terbatas. Pertama, risiko potensial dalam neraca pembayaran pada 2020, terutama di sisi neraca finansial yang bisa memicu stabilitas rupiah.
“Kami berargumen apresiasi nilai tukar rupiah saat ini tidak berkelanjutan karena ini ditopang oleh hot money, bukan foreign direct investment [FDI],” tegasnya.
Kedua, pelebaran defisit fiskal hingga 6,34 persen terhadap PDB akan memicu peningkatan kebutuhan pembiayaan ke depannya.
“Kami melihat bahwa untuk memastikan likuiditas memadai untuk mendukung pemulihan ekonomi domestik, BI akan cenderung lebih menggunakan langkah-langkah quantitative easing,” ungkap Andry.
BI dijadwalkan untuk melakukan Rapat Dewan Gubernur bulan Juni pada minggu depan (17-18 Juni 2020).