Banking

Prospek Bisnis Fintech P2P Lending Indonesia

Ajaib.co.id – Peer to Peer Lending atau sering juga disingkat P2P Lending adalah alternatif baru untuk mendapatkan dana dalam bentuk pinjaman uang kepada individu atau pebisnis. Bisnis fintech P2P lending Indonesia kini sudah semakin berkembang pesat.

Fintech P2P lending memberi kemudahan melalui layanan yang sederhana dan cepat. Fitur online-nya dapat diakses oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Sehingga perkembangan P2P ini telah merambah ke seluruh segmen masyarakat Indonesia hanya dengan menggunakan kecanggihan dunia online.

Fintech P2P lending juga memiliki konsep yang mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia yaitu pinjam meminjam uang.

Seturut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang 2020 penyaluran pinjaman lewat platform p2p lending mencapai Rp155,9 triliun. Nominal ini melambung 91,3 persen bila dibandingkan rapor tahun 2019 yang mentok di Rp81,49 triliun.

Total jumlah penerima pinjaman pun meningkat 134,59 persen secara tahunan, tepatnya dari 18,56 juta entitas menjadi 43,56 juta entitas.

Atas capaian tersebut, menjadi wajar bila OJK semakin optimistis rapor positif bakal terus berlanjut. Tahun ini, mereka mematok nominal pembiayaan fintech p2p lending bisa menyentuh pertumbuhan tiga digit.

Misi itu memang tendensius, namun masih terbilang realistis. Ini mengingat pada 2019 pertumbuhan tiga digit juga sempat ditorehkan oleh fintech-fintech p2p lending di Indonesia, bila dibandingkan catatan 2018.

OJK meyakini bahwa P2P Lending tidak mengancam bagi industri perbankan. Perusahaan P2P Lending pun siap untuk bersinergi dengan layanan keuangan konvensional. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelaku bisnis untuk mendapatkan pinjaman.

Berikut ini adalah beberapa peluang yang didapatkan dari P2P Lending di Indonesia. Beberapa peluang ini perlu kamu ketahui.

P2P Jadi Lending Alternatif Permodalan UKM

Kontribusi sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap produk domestik bruto semakin menggeliat dalam lima tahun terakhir. UMKM di Indonesia saat ini dinilai berperan penting dalam pertumbuhan pembangunan dan ekonomi.

Di antara UMKM, industri ekonomi kreatif juga tercatat berkontribusi positif dengan pertumbuhan 5,6% sejak tahun 2010. Sumbangannya terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 7,1%. Untuk hal ini, pemerintah menargetkan kontribusi PDB mencapai 7 – 7,5% hingga tahun 2019.

Dengan melihat fakta yang ada, tentunya adalah tugas masyarakat untuk terus mendorong kemajuan produktivitas para UMKM di masa depan. Akan tetapi, saat ini sejumlah besar UMKM di Indonesia masih menghadapi masalah besar, berupa terbatasnya modal usaha.

Mengatasi masalah ini, pinjaman P2P Lending adalah solusi terbaik untuk kebutuhan dana UMKM. Pinjaman P2P Lending memungkinkan pemilik usaha kecil mendapatkan modal lebih cepat.

Alasan mengapa UMKM menjadikan P2P lending sebagai alternatif untuk mendapatkan modal adalah sebagai berikut:

1.   Tanpa jaminan

2.   Pinjaman lebih sederhana

3.   Proses pencairan lebih cepat

4.   Bunga yang lebih rendah

5.   Dapat diajukan di mana pun dan kapan pun

Peluang Bisnis P2P Lending Sebagai Alternatif Investasi

Saat sektor bisnis (termasuk UMKM) sudah pasti diuntungkan oleh misi pertumbuhan jumlah pendanaan itu, hal tidak beda jauh agaknya juga akan menanti para pemberi pinjaman (lender). Sebab, meningkatnya penyaluran dana p2p lending otomatis bakal memanjakan para lender alias investor dengan lebih banyak opsi.

Sepanjang 2020, menjadi lender di platform fintech p2p lending memang dipandang sebagai salah satu investasi menggiurkan oleh sebagian kalangan investor.

Data OJK per Juni 2020 saja mencatat jumlah lender di platform fintech p2p lending telah mencapai 659.186 rekening, naik dari rapor 605.935 rekening per 31 Desember 2019.

Pertumbuhan ini memang relatif lambat dibanding rata-rata 6 bulan sebelumnya, namun terbilang impresif mengingat masyarakat tengah mengalami penurunan daya beli akibat pandemi Covid-19.

Cenderung volatilnya pasar modal turut menjadi faktor pemantik investor memilih platform P2P lending sebagai semacam pelarian dari investasi saham. Apalagi dengan skema yang menyerupai cara kerja perbankan, P2P lending menawarkan prospek keuntungan investasi yang lebih menjanjikan.

Investasi di platform P2P lending bisa menghasilkan returnhingga 21 persen secara tahunan. Angka ini jelas tiada sepadan, misalnya, jika dibandingkan dengan bunga deposito bank yang rata-rata hanya ada pada kisaran 5 persen.

Bukan berarti tidak ada risiko sama sekali. Bila investasi di pasar modal mengharuskan investor bertungkus lumus menghadapi naik turun harga saham, investasi di platform P2P lending memaksa lender berhadapan dengan risiko gagal bayar oleh peminjam.

Namun, agaknya risiko itu bakal terminimalisir di tahun Kerbau Logam ini. Itu pula alasan mengapa prospek berinvestasi di platform P2P lending masih dapat dikatakan cerah dalam setahun ke depan.

Faktor utama yang akan mengurangi potensi risiko kerugian lender adalah rencana OJK menerbitkan aturan baru soal segmen penerima kredit. Ke depan, OJK berencana mewajibkan platform-platform P2P lending untuk mengarahkan minimal 40 persen porsi pembiayaan mereka ke sektor produktif.

Pembahasan aturan baru yang bakal menggantikan Peraturan OJK (POJK) Nomor 77 Tahun 2016 tersebut telah diwacanakan sejak penghujung tahun lalu. Musabab itulah kans aturan tersebut jadi terbit di tahun 2021 terbilang besar, apalagi pihak OJK sudah beberapa kali memaparkan draf aturan itu dalam rapat-rapat dengan DPR.

Sebagai catatan, bila mengacu data OJK, proporsi pembiayaan P2P lending sepanjang 2020 masih lebih berat ke sektor konsumtif. Sektor produktif bahkan tercatat hanya mendapat pembiayaan 35,7 persen saja. Artinya dengan asumsi data penyaluran Rp155,9 triliun, hanya sekitar Rp55,65 triliun di antaranya yang mengalir ke sektor produktif.

P2P Lending di Indonesia

Jika kamu tertarik untuk investasi di bidang ini, berikut Glints berikan 6 rekomendasi aplikasi P2P Lending terbaik.

1. Investree

Investree merupakan pionir P2P Lending di Indonesia yang mulai beroperasi sejak tahun 2015. Terdapat dua jenis pinjaman yang dapat kamu berikan melalui Investree, yaitu pinjaman bisnis dan pinjaman lainnya.

Pinjaman bisnis meliputi invoice financing buyer financing, working capital term loan, dan pinjaman toko online. Sementara itu, pinjaman lainnya meliputi Surat Berharga Nasional (SBN) dan reksa dana for Lender, hasil kerja sama Investree dengan Tanamduit.

Kamu bisa memberi pinjaman mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 50 juta di Investree. Jika kamu memberi pinjaman di Investree, kamu bisa mendapat bunga sebesar 12%-18% setahun dengan tenor investasi 1-12 bulan.

2. Amartha

Amartha berdiri pada tahun 2010 silam sebagai microfinance. Pada tahun 2016, Amartha akhirnya menjadi perusahaan P2P Lending.

Startup P2P Lending ini memfokuskan pada pendanaan UMKM di pedesaan dan pelosok yang belum punya akses kredit ke perbankan. Nilai pinjaman di Amartha mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 15 juta dengan tenor investasi 6-12 bulan.

3. KoinWorks

KoinWorks merupakan aplikasi P2P Lending yang berdiri sejak tahun 2016 lalu. Salah satu hal yang menarik dari KoinWorks adalah kamu bisa melakukan pendanaan mulai dari Rp100 ribu.

Sebagai investor, kamu bisa memilih bidang yang ingin kamu danai, seperti pendidikan, bisnis, dan kesehatan. KoinWorks telah dilengkapi dengan dana proteksi untuk meminimalisasi kerugian investor.

4. Uang Teman

Perusahaan yang berdiri sejak April 2005 ini memberikan plafon pinjaman sebesar Rp 1-3 juta dengan tenor 10-30 hari. Plafon tersebut akan bertambah sesuai dengan performa kredit dari peminjam di Uang Teman.

Salah satu kelebihan dari Uang Teman adalah proses pencairannya yang cepat, yaitu dalam 15 menit hingga maksimal 2 hari.

5. Modalku

Modalku merupakan perusahaan yang bergerak di bidang P2P Lending sejak Januari 2016. Pemberi pinjaman dapat melakukan pendanaan ke pinjaman UMKM yang terdaftar di Modalku.

Selain itu, pemberi pinjaman juga dapat memilih jenis pinjaman yang ingin didanai berdasarkan informasi yang disediakan oleh Modalku.

Artikel Terkait