Saham

Gambler’s Fallacy dalam Pasar Modal, Tindakan Kriminalkah?

Gambler’s Fallacy

Ajaib.co.id – Bukanlah hal baru jika pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan berbagai analisis data dan informasi merupakan prinsip utama dalam berinvestasi. Meski begitu, nyatanya investor sering kali gagal mempraktikan hal itu dan terjebak dalam berbagai bias psikologis, salah satunya gambler’s fallacy.

Dikutip dari IDN Times, saat kita berpikir atau melakukan proses kognitif, otak kita memproses ribuan ide dari alam bawah sadar. Namun, tentunya proses berpikir ini tidaklah sempurna karena ada beberapa kesalahan yang cenderung kita buat. Hal seperti ini biasa disebut sebagai bias kognitif, dan gambler’s fallacy adalah salah satunya.

Mengutip Investopedia, gambler’s fallacy atau kekeliruan penjudi dalam bahasa Indonesia, dikenal sebagai kesalahan berpikir di mana seseorang percaya bahwa hal yang terjadi di masa lalu akan memengaruhi probabilitas di masa depan. Hal ini umumnya terjadi dalam dunia perjudian, baik itu permainan dadu, roulette, dan lainnya.

Dalam julukan lainnya, gambler’s fallacy juga dikenal sebagai Monte Carlo fallacy. Sesuai namanya, hal ini merujuk ke permainan roulette di Kasino Monte Carlo, Las Vegas pada 1913. Para penjudi di sana terjebak pada gambler’s fallacy yang membuat total kekalahan mereka mencapai jutaan dolar.

Dalam permainan ini, peserta memasang taruhan di mana bola akan berhenti setelah roda roulette diputar. Pilihannya, bola bisa berakhir di titik berwarna hitam atau merah. Nah, saat bola terus menerus berakhir di titik hitam, para penjudi malah berpikir bahwa kemungkinan bola tersebut jatuh di titik merah pada putaran selanjutnya semakin besar.

Dengan anggapan dan kekeliruan berpikir tersebut, para penjudi malah terus menerus bertaruh pada titik merah. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang memperbesar taruhannya.

Yang terjadi justru sebaliknya, bola yang diharapkan berakhir di titik merah tak kunjung datang. Barulah pada putaran ke 27, bola itu berakhir di titik merah.

Tentu Anda bisa membayangkan sendiri berapa banyak kerugian yang dialami para penjudi akibat gambler’s fallacy tersebut. Seperti disebutkan sebelumnya, kejadian pada 1913 itu membuat mereka rugi hingga jutaan dolar!

Tentu Anda bisa memahami bahwa kesalahan terbesar dalam gambler’s fallacy adalah mengira hal yang terjadi di masa lalu akan memengaruhi probabilitas di masa depan. Para penjudi berpikir, setelah rentetan putaran yang membuat bola berakhir di titik hitam, maka selanjutnya bola pasti berakhir di titik merah.

Pada kenyataannya, pemikiran ini salah besar. Sebab probabilitas bola berakhir di titik hitam atau merah tetap sama besar seperti pada putaran-putaran sebelumnya. Pun dalam permainan dadu. Setelah dadu nomor 6 keluar, tak berarti pada lemparan selanjutnya peluang nomor yang sama lebih besar atau lebih kecil. Semua peluang tetap sama besar.

Lantas, bagaimana gambler’s fallacy yang umumnya terjadi di meja perjudian bisa terjadi juga di pasar saham? Tentunya hal ini berkaitan dengan proses kognitif atau berpikir tadi.

Seorang investor yang memproses banyak informasi untuk mengambil keputusan, tetap tak bisa lepas dari faktor bias kognitif seperti gambler’s fallacy ini.

Pasar Modal yang Efisien dan Gambler’s Fallacy

Dalam Jurnal of Business Entrepreneurship dari Universitas Ma Chung Malang, disebutkan bahwa pasar modal yang efisien dapat tercapai apabila para pelaku pasar dapat bereaksi secara cepat dan akurat untuk mencapai ekuilibrium harga yang baru, berdasarkan berbagai informasi yang tersedia.

Tentu, dalam kenyataannya hal ini sulit terjadi. Menemukan pasar modal yang efisien tak ubahnya mencari jarum di tumpukan jerami!

Berbagai informasi yang tersedia di pasar modal, sangat memengaruhi perilaku investor dalam mengambil keputusan. Tak jarang, investor cenderung mengambil pilihan yang irasional akibat bias kognitif seperti gambler’s fallacy. Sebaliknya, tak banyak investor yang mampu bersikap rasional dan mengelola berbagai informasi dengan baik.

Seorang investor yang rasional, tentunya tak mendasarkan pilihannya dalam membeli atau menjual saham berdasarkan gambler’s fallacy tadi. Mereka akan memilah informasi dengan baik, melakukan pendalaman data atas kondisi perusahaan, serta melakukan analisis fundamental dan teknikal, sebelum mengambil keputusan.

Sebaliknya, investor irasional dengan gambler’s fallacy melakukan analisis asal-asalan dan terjebak dalam bias kognitif. Mereka menentukan membeli atau menjual saham selayaknya perjudian. Saham yang terus turun diyakini akan naik, dan sebaliknya, saham yang sedang naik dinilai akan segera turun.

Investor seperti ini cenderung berpikir bahwa koreksi naik atau turun akan akan terjadi begitu saja hanya karena hal-hal yang terjadi di masa lampau. Mereka tak mengindahkan berbagai faktor lain seperti fundamental dan teknikal suatu saham dalam mengambil keputusan.

Sebagai contoh, saham dengan kode ABCD, sudah turun 5% sehari secara berturut-turut dalam sepekan. Sang investor dengan gambler’s fallacy meyakini bahwa saham ini akan segera naik karena menurutnya tidak mungkin harga sebuah saham terus menerus turun.

Di sisi lain, dia menolak membeli saham DCBA karena melihat saham tersebut sudah naik tinggi dalam 3 hari terakhir. Dia yakin, kenaikan tersebut tak akan terjadi selamanya dan saham tersebut akan segera turun.

Padahal, yang terjadi adalah saham DCBA terus naik karena satu sentimen positif di pasar modal. Misalnya, perusahaan diketahui telah mendapatkan kontrak kerja jangka panjang dan akan berimplikasi positif terhadap laba perusahaan di akhir tahun.

Di sisi lain, kualitas fundamental perusahaan ini juga cukup positif. Tak heran harga sahamnya terus meningkat.

Di sisi lain, saham ABCD yang diyakini sang investor akan berbalik arah, nyatanya tak kunjung membaik. Harganya terus turun, dan sang investor malah terus menambah kepemilikannya. Padahal, saham ini memang memiliki kinerja fundamental yang buruk dan sedang terlilit PKPU.

Dari ilustrasi di atas, tentunya investor perlu memahami bahwa investasi bukanlah perjudian. Memakai logika yang umum di meja judi ke dalam dunia investasi bisa membawa celaka. Investor mesti dengan cermat dan teliti menganalisis berbagai informasi, baik dari sisi internal maupun eksternal perusahaan agar dapat mengambil keputusan terbaik.

Namun, satu hal yang perlu Anda ingat adalah bahwa investasi adalah perjalanan masing-masing. Mungkin di masa lalu Anda pernah terjebak dalam gambler’s fallacy, tapi tidak berarti bahwa Anda tidak memiliki masa depan sukses di dunia investasi.

Jadi, yang perlu Anda lakukan adalah terus meningkatkan kemampuan diri dan melanjutkan investasi secara konsisten. Kalaupun Anda belum memulai investasi, segeralah memulai investasi Anda.

Jangan takut dengan jebakan seperti gambler’s fallacy, selama Anda membekali diri dengan kemampuan yang baik.

Oleh karena itu, jangan tunda investasimu di dunia saham dan reksa dana melalui aplikasi Ajaib! Aplikasi ini sudah mendapatkan izin resmi dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sebagai perusahaan sekuritas, Ajaib juga memiliki tawaran yang menarik buat investor pemula, dari mulai biaya transaksi yang rendah sampai nilai minimum investasi yang ringan! Tunggu apalagi? Segera investasi di Ajaib!

Artikel Terkait