Saham

Emiten Consumer Goods Favorit Investor kala Pandemi Covid-19

Ajaib.co.id – Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan indeks harga saham gabungan atau IHSG?

Untuk kamu ketahui, terdapat 698 perusahaan terbuka atau yang umum disebut sebagai emiten, tercatat dalam papan bursa yang digawangi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga Rabu (19/8/2020).

Jumlah ini bisa bertambah dalam periode waktu tertentu jika beberapa perusahaan melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).

Dalam kesehariannya, saham-saham dari perusahaan terbuka ini diperdagangkan di pasar reguler dan pasar negosiasi dengan tingkat harga yang berbeda-beda setiap hari kerjanya.

Sementara, pergerakan hariannya selalu dipantau sehingga akumulasi dari pergerakan 698 saham tersebut tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Tentu saja, pergerakannya yang naik dan turun adalah wajar terjadi. Salah satu faktor penggerak indeks adalah kapitalisasi pasar dan perdagangan emiten-emiten di dalamnya.

Di sisi lain, dalam pembagiannya, indeks juga diklasifikasikan antara berbagai jenis sesuai dengan kebutuhan dan tujuan analisanya. Salah satu di antaranya yang paling terkenal adalah indeks sektoral.

Nah, berdasarkan data perdagangan hingga Rabu (19/8), sektor consumer goods adalah indeks dengan penurunan paling rendah di antara semua indeks sektoral secara year-to-date. Artinya, sektor ini dianggap memiliki dampak yang terbatas terhadap pandemi Covid-19.

Sebelum membahasnya lebih lanjut, yuk kenali pengertian tentang consumer goods dulu.

Pengertian Consumer Goods

Secara harafiah, consumer goods adalah barang-barang konsumer.

Jadi, jika kamu menemukan istilah sektor consumer goods dalam dunia saham, hal ini berarti emiten yang bernaung di dalamnya bergerak dalam bidang konsumsi. Seperti perusahaan yang menghasilkan produk makanan, minuman, alat pembersih, hingga obat-obatan.

Sektor consumer goods adalah rumah bagi 58 perusahaan terbuka yang tercatat dalam bursa saham.

Berdasarkan jumlah emitennya, total perusahaan terbuka yang bernaung dalam indeks consumer goods adalah relatif lebih kecil dibandingkan sektor manufaktur yang terdiri dari 190 emiten atau bahkan sektor keuangan yang memiliki 93 emiten.

Namun, jangan salah, dari segi performa kinerja saham, saham sektor consumer goods boleh diadu. Hingga penutupan perdagangan Rabu (19/8), indeks sektor consumer goods adalah indeks sektoral yang menunjukkan penurunan terkecil yakni sebesar 5,3 persen secara year-to-date.

Hal ini tentunya menunjukkan ketangguhan indeks sektor consumer goods dibandingkan indeks sektor lainnya.

Tepat di bawah indeks sektor consumer goods ada indeks sektor mining atau tambang dengan koreksi sebesar 7,94 persen secara year-to-date.

Sejak awal masa pandemi menyebar di Indonesia, emiten konsumer memang dijagokan para analis mengingat sifatnya yang defensif di tengah volatilitas pasar saham yang bergerak cukup cepat kala itu.

Berdasarkan pemberitaan Bisnis pada awal April lalu, analis Henan Putihrai Liza Camelia menjelaskan bahwa permintaan akan kebutuhan primer akan bertumbuh meski berada di tengah penyebaran Covid-19.

Menurutnya, permintaan bahan pokok seperti mie instan, beras, dan gula akan tetap diminati oleh masyarakat karena merupakan kebutuhan pokok.

Liza menilai emiten yang berada dalam sektor saham konsumer merupakan saham-saham defensif yang relatif mampu bertahan bertahan jika dibandikangkan dengan sektor lainnya.

Sehingga kesempatan untuk membeli saham-saham consumer goods yang masih terdiskon hingga saat ini bisa menjadi perhatian. 

Saham Consumers Goods Favorit

Beberapa saham favorit dari sektor consumer goods adalah yang bergerak dalam bidang makanan, minuman dan alat kebersihan.

Namun lebih dari itu, saham emiten farmasi tengah menjadi perbincangan selama masa pandemi Covid-19. Tentu saja hal ini dikarenakan produknya yang dianggap mampu menangkal penyebaran Covid-19.

Hal ini kemudian terlihat dari kinerja keuangan emiten farmasi untuk semester pertama tahun ini. 7 dari 10 emiten farmasi tercatat membukukan pertumbuhan pendapatan pada periode tersebut.

Salah satu emiten farmasi berkapitalisasi jumbo PT Kalbe Farma Tbk atau KLBF juga berhasil mencetak kenaikan pendapatan dan laba bersih masing-masing 3,81 persen secara tahunan menjadi Rp11,6 triliun dan 10,28 persen secara tahunan menjadi Rp1,39 triliun.

Sementara itu, emiten farmasi milik negara yang tengah menjadi buah bibir berkat progres pengembangan vaksin Covid-19 bekerja sama dengan Sinovac asal China juga mencatatkan kinerja yang cemerlang.

Emiten PT Kimia Farma Tbk atau KAEF membukukan kenaikan laba 1,72 persen secara tahunan menjadi Rp48,57 miliar dan PT Indofarma Tbk atau INAF berhasil memperkecil rugi bersih menjadi hanya Rp4,66 miliar.

Dari sektor farmasi, para analis sebenarnya hanya merekomendasikan saham KLBF karena kinerja keuangan yang solid ditambah dengan kapitalisasi pasar yang besar dan likuiditas sahamnya yang tinggi.

Lain hal jika berbicara industri fast moving consumer goods (FMCG). Analis menilai saham-saham FMCG berkapitalisasi besar masih memiliki tren positif di tengah masa pemulihan ekonomi bahkan setelah pandemi Covid-19 mulai mereda nanti.

Beberapa saham emiten yang bergerak di bidang FMCG yang paling dijagokan oleh analis adalah perusahaan yang memproduksi mi instan Indomie. Ya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk atau INDF dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Menurut para analis, harga saham kedua emiten yang terafiliasi dengan sosok pengusaha sukses Sudono Salim ini sudah cukup terdiskon karena gejolak pasar yang menyebabkan sahamnya menukik tajam akibat pengumuman akuisisi Pinehill Company Limited oleh ICBP.

Berdasarkan data laporan keuangannya, INDF sendiri berhasil membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 2 persen secara tahunan menjadi Rp39,38 triliun pada semester pertama tahun ini.

Hal ini membuat laba bersih INDF bertumbuh 12 persen secara tahunan menjadi Rp2,84 triliun pada periode yang sama.

Tak jauh berbeda, ICBP juga mencetak pertumbuhan penjualan sebesar 4 persen secara tahunan menjadi Rp23,05 triliun pada paruh pertama tahun 2020 ini.

Perusahaan yang juga penghasil susu kemasan dengan merk Indomilk tersebut juga membukukan kenaikan laba 31 persen secara tahunan menjadi Rp3,38 triliun.

Tertarik untuk membeli saham sektor consumer goods yang kebal virus corona ini? Yuk, coba berinvestasi online dengan aplikasi Ajaib yang sudah bisa kamu dapatkan dengan mudah melalui Google Play dan Apple Store.

Selain mudah dan relatif lebih nyaman, aplikasi Ajaib juga aman, karena sudah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Artikel Terkait