Saham

List Emiten Baru IPO di Tahun 2020

Sumber: IDX.co.id

Ajaib.co.id – Bursa saham mengalami penurunan akibat pandemi virus Corona (COVID-19) sejak awal tahun 2020. Meski demikian, banyak perusahaan terkemuka Indonesia tetap melaksanakan rencana Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek indonesia (IDX).

Diketahui sebanyak 29 perusahaan menyelenggarakan penawaran hingga awal Juli 2020 dengan target menambah pundi-pundi untuk mengembangkan bisnis mereka.

Berikut ini list emiten baru IPO di tahun 2020 berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (IDX), beserta kode saham dan tanggal IPO masing-masing:

  1. PT Megalestari Epack Sentosaraya Tbk. (EPAC, 1 Juli 2020)
  2. PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH, 4 Juni 2020)
  3. PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk. (CASH, 4 Mei 2020)
  4. PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk (BBSS, 15 April 2020)
  5. PT Bhakti Multi Artha Tbk. (BHAT, 15 April 2020)
  6. PT Cahaya Bintang Medan Tbk (CBMF, 9 April 2020)
  7. PT Cipta Selera Murni Tbk. (CSMI, 9 April 2020)
  8. PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY, 9 April 2020)
  9. PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk. (SBAT, 8 April 2020)
  10. PT Karya Bersama Anugerah Tbk (KBAG, 8 April 2020)
  11. PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk. (SAMF, 31 Maret 2020)
  12. PT Makmur Berkah Amanda Tbk. (AMAN, 13 Maret 2020)
  13. PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE, 13 Maret 2020)
  14. PT Esta Multi Usaha Tbk. (ESTA, 9 Maret 2020)
  15. PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk. (BESS, 9 Maret 2020)
  16. PT Andalan Sakti Primaindo Tbk. (ASPI, 17 Februari 2020)
  17. PT Diamond Citra Propertindo Tbk. (DADA, 14 Februari 2020)
  18. PT Era Mandiri Cemerlang Tbk (IKAN, 12 Februari 2020)
  19. PT Agro Yasa Lestari Tbk (AYLS, 12 Februari 2020)
  20. PT Lancartama Sejati Tbk. (TAMA, 10 Februari 2020)
  21. PT Pratama Widya Tbk. (PTPW, 7 Februari 2020)
  22. PT Putra Rajawali Kencana Tbk. (PURA, 29 Januari 2020)
  23. PT Diamond Food Indonesia Tbk. (DMND, 22 Januari 2020)
  24. PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN, 15 Januari 2020)
  25. PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk. (AMOR, 14 Januari 2020)
  26. PT Royalindo Investa Wijaya Tbk (INDO, 13 Januari 2020)
  27. PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR, 9 Januari 2020)
  28. PT Cisadane Sawit Raya Tbk. (CSRA, 9 Januari 2020)
  29. PT Tourindo Guide Indonesia Tbk. (PGJO, 8 Januari 2020)

Ada beberapa perusahaan lain yang sebenarnya juga telah merencanakan IPO di tahun 2020. Namun, kelangsungan dan realisasi IPO ke depan belum diketahui karena ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19. Antara lain Wijaya Karya Realty (WIKA Realty), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank BNI Syariah.

Layakah Berinvestasi pada Emiten yang Baru IPO Pada Saat Krisis?

Mengingat pasar modal cenderung lesu, perusahaan-perusahaan di berbagai negara mengevaluasi ulang rencana IPO mereka tahun ini. Mayoritas investor mengantisipasi potensi krisis akibat pandemi COVID-19 dengan melepas saham dan menyimpan uang dalam bentuk aset yang lebih aman (seperti emas atau obligasi). Akibatnya, ada kekhawatiran kalau minat publik untuk membeli saham-saham baru pun berkurang.

Apabila minat beli saham minim, maka dana yang terhimpun dari IPO bisa jadi meleset dari target. Oleh karena itu, banyak perusahaan memilih untuk menunda IPO hingga situasi pasar lebih kondusif.

Kekhawatiran serupa muncul pula di benak para investor. Banyak investor bertanya-tanya tentang kelayakan berinvestasi pada emiten yang baru saja IPO tahun ini.

Bagaimana bila uang telanjur dibelikan saham dalam jumlah besar, tetapi emiten itu gagal membagikan dividen tahun depan karena menderita kerugian akibat efek pandemi tahun ini? Atau mungkin harga saham setelah IPO malah merosot drastis karena aksi jual massal di bursa? Apakah tidak lebih baik berinvestasi pada emiten blue chip saja yang lebih solid daripada emiten anyar?

Pada dasarnya, risiko penurunan harga saham dan kegagalan bagi-bagi dividen akan selalu ada pada kegiatan IPO perusahaan mana pun dan kapan pun. Nyatanya, kinerja emiten baru IPO di tahun 2020 ini cenderung beragam. Ada emiten BESS dan CARE yang mencatat kenaikan harga saham hingga lebih dari 100 persen setelah IPO. Tapi ada pula emiten INDO yang mengalami kemerosotan harga saham sampai nyaris 50 persen.

Cara Menyeleksi Emiten yang Baru IPO

Dari uraian sebelumnya, boleh jadi kamu akan bertanya, bagaimana kita dapat memilih emiten baru yang tepat untuk berinvestasi? Setiap investasi mengandung ketidakpastian dan risiko. Tapi investor dapat melakukan penelitian mendalam sebelum berinvestasi pada emiten baru IPO. Penelitian itu setidaknya mencakup tiga hal:

  1. Siapa penjamin emisi (underwriter) untuk IPO emiten tersebut? Sekuritas besar biasanya menjamin emisi untuk perusahaan-perusahaan berprospek terbaik. Tidak semua IPO yang digawangi sekuritas besar pasti sukses. Namun, sekuritas besar akan memiliki pendanaan lebih besar pula untuk menjamin kelancaran IPO.
  2. Apa tujuan IPO emiten tersebut? Emiten baru IPO belum tentu memiliki laporan keuangan yang tersedia secara publik. Oleh karena itu, calon investor perlu meninjau prospektus-nya. Prospektus akan memuat kondisi perusahaan saat ini, tujuan IPO, serta rencana ekspansi ke depannya.
  3. Bagaimana prospek pasar produk emiten tersebut? Prospektus dirancang khusus untuk “menjual” perusahaan agar menarik bagi calon investor. Jadi, kita sebaiknya juga melakukan riset sendiri untuk menilai prospek pasar produk emiten baru IPO itu secara objektif.

Dalam kondisi krisis sekalipun, pasti ada emiten yang mampu survive. Tidak semua sektor bisnis terdampak buruk oleh pandemi COVID-19. Umpamanya industri telekomunikasi dan barang konsumsi nyaris tak terdampak karena permintaan masyarakat terhadap produk-produknya tetap tinggi. Jadi, krisis tidak akan menyapu bersih semua emiten. Apabila mampu memilih dengan baik, investor malah dapat memperoleh emiten unggulan dengan harga saham murah.

Artikel Terkait