Saham

Disposition Effect: Ditahan di Atas, Dilepas di Murah

Ajaib.co.id – Pernah kamu memutuskan untuk tidak cut loss meski harga saham sudah nyangkut terlalu tinggi? Atau boleh jadi kamu pernah tergesa-gesa menjual saham, padahal baru cuan beberapa puluh ribu rupiah? Dalam dua kasus tadi, kamu kemungkinan menderita masalah investor yang disebut disposition effect (efek disposisi).

Apa itu Disposition Effect?

Disposition effect pertama kali diidentifikasi oleh Meir Statman dan Hersh Shefrin dalam paper mereka “The Disposition to Sell Winners Too Early and Ride Losers Too Long: Theory and Evidence” (1985). Statman dan Shefrin mendefinisikan disposition effect sebagai keengganan investor untuk menjual aset yang merugi, serta kemungkinan lebih besarnya untuk menjual aset yang sudah menghasilkan keuntungan meski baru profit sedikit.

Fenomena ini terjadi karena tiga masalah investor yang sangat lazim terjadi, yakni kecenderungan menghindari rugi (loss aversion), menolak menyesal (regret avoidance), dan perhitungan mental (mental accounting).

Disposition effect merupakan bauran antara rasa takut (fear) dan pengharapan (hope). Trader takut merugi dan berharap harga saham akan berbalik naik lagi, sehingga terus menerus mempertahankan saham yang harganya merosot.

Ketika harga benar-benar naik lagi, ia takut kehilangan profit sehingga malah terlalu buru-buru menjual sahamnya. Singkatnya, bias ini membuat trader mengambil keputusan investasi yang mungkin tidak rasional.

Faktanya, tren pasar historis membuktikan bahwa investasi yang berkinerja baik akan cenderung berkinerja baik terus. Sedangkan investasi yang berkinerja buruk akan cenderung semakin memburuk. Tapi disposition effect membuat trader dan investor menganggap kebalikannya, yakni seolah-olah tren naik hanya berlangsung sementara dan tren menurun pasti berbalik naik.

Faktor yang Mempengaruhi Disposition Effect

Disposition effect dapat mengakibatkan kinerja portofolio investor memburuk. Portofolio dapat dengan cepat dipenuhi oleh saham-saham nyangkut akibat keengganannya untuk cut loss. Sebaliknya, keuntungan yang diperoleh justru minimal karena ia terlalu cepat take profit

Dengan situasi seperti ini, investor tidak akan mampu mengoptimalkan keuntungan investasinya secara konsisten dalam jangka panjang.

Agar dapat menghindari disposition effect, pertama-tama kita perlu mengenal penyebabnya dulu. Ada empat (4) faktor yang mungkin mempengaruhi bias menyesatkan ini.

1. Menghindari Rugi

Pada tahun 1979, Amos Tversky dan Daniel Kahneman menelusuri penyebab bias disposisi hingga menemukan “teori prospek”. Teori tersebut menyatakan bahwa ketika seseorang diberikan dua pilihan yang sama, satu dijelaskan dari perspektif kemungkinan keuntungan dan yang lainnya dari perspektif kemungkinan kerugian, orang tersebut akan lebih cenderung memilih opsi pertama, meskipun keduanya dapat membawa hasil ekonomi yang sama.

Teori tersebut memprediksi para trader merasakan sakitnya kerugian dua kali lebih kuat daripada kegembiraan karena untung, walau nilai nominalnya setara. Alhasil kita berupaya menghindari rugi dengan segala cara, termasuk hold saham-saham yang sudah jelas babak belur.

2. Menolak Menyesal

Ketika melakukan jual rugi (cut loss), seorang investor atau trader secara tidak langsung mengakui bahwa ia salah prediksi atau salah masuk saham. Demi tidak menyesali kesalahan seperti itu, banyak orang memilih untuk hold saham saja.

Ia menutup mata dengan keyakinan seolah-olah investasinya tidak akan rugi selama ia tidak cut loss, meskipun harga saham sudah anjlok drastis.

Sikap seperti ini tidak rasional, tetapi banyak sekali orang yang melakukannya. Padahal sebenarnya ketika kita hold saham nyangkut yang tidak memberikan dividen ataupun capital gain, kita juga mengalami kerugian berupa opportunity cost karena tak bisa menggunakan dana yang terkunci di situ untuk berinvestasi saham lain yang lebih menguntungkan.

3. Perhitungan Mental

Menurut Shefrin dan Statman, trader cenderung membuat “perhitungan mental” baru untuk setiap investasi. Dengan cara ini, mereka berfokus pada kinerja setiap saham secara terpisah dan bukannya kinerja portofolio secara keseluruhan.

Inilah yang membuat orang jadi semakin susah cut loss. Padahal jika ia mau cut loss, ia mungkin akan bisa membeli saham lain yang berkinerja lebih baik dan lebih sesuai bagi portofolionya.

4. Kendali Diri

Setelah membaca artikel dari awal hingga bagian ini, mungkin kamu sudah mulai memahami beragam faktor yang memicu disposition effect beserta mindset seperti apa yang lebih tepat untuk dipakai dalam berinvestasi.

Namun, hanya mengetahui saja tidak cukup. Banyak investor memahami tindakannya tidak rasional, tetapi tetap saja mengambil keputusan yang tidak rasional itu dengan dalih “insting”.

Hal ini berhubungan dengan kendali diri. Kita mungkin tidak bisa sepenuhnya menghapus kebiasaan tahan di atas dan jual murah, tetapi setidaknya berupayalah untuk meminimalkan disposition effect dalam proses pengambilan keputusan investasi.  

Bagaimana Cara Menghindari Disposition Effect?

Disposition effect berkaitan erat dengan emosi atau kondisi psikologis investor secara individual. Jadi, solusi untuk menghindari disposition effect adalah dengan mengutamakan logika daripada emosi. 

Cobalah bertanya pada diri sendiri, seberapa cepat kamu menjual saham yang sudah profit? Apakah kamu takut kehilangan profit meski jumlahnya sedikit? Apakah kamu cenderung tutup mata mengesampingkan saham-saham yang merugi dalam portofolio?

Kalau jawaban untuk semua pertanyaan itu adalah ya, berarti kamu terjangkit disposition effect yang cukup parah.

Cobalah mengatasinya dengan membuat pendekatan lebih saintifik dalam berinvestasi saham. Awali dengan membuat rencana trading atau rencana investasi yang mendeskripsikan jelas alasan mengapa kamu membeli suatu saham, berapa target profitnya, serta berapa batas cut loss-nya.

Jangan beli ataupun jual saham tanpa adanya analisis fundamental atau teknikal yang matang. Selanjutnya, eksekusi rencana itu dengan konsisten dan sedisiplin mungkin. Cut your losses short and let your profits run!

Artikel Terkait