Ajaib.co.id – PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara. Perusahaan berkode saham GTBO ini memulai bisnis secara komersial di tahun 2007 dengan kegiatan usaha yang meliputi pembangunan pertambangan, pemasaran, perdagangan, dan pertambangan batu bara hingga tambang lainnya.
Produksi tambang batu bara termal yang dilakukan oleh GTBO berada di wilayah Pulau Banyu, Indonesia. Di mana, pelanggan utama perseroan adalah perusahaan pembangkit listrik tenaga batu bara.
GTBO sendiri memproduksi batu bara dengan mencampur batu bara agar meningkatkan karakteristik dari kualitasnya sehingga mampu memenuhi berbagai kebutuhan secara spesifik.
Saat ini mayoritas saham GTBO dipegang oleh DBS Bank Ltd dengan jumlah 33,40 persen kepemilikan dan Bank Julius Baers & Co Ltd dengan jumlah 32,78 persen kepemilikan. Saham GTBO mulai diperdagangkan secara publik melalui bursa saham pada tahun 2009 dengan harga penawaran sebesar Rp115 per lembar saham.
Sayangnya, pergerakan harga saham GTBO saat ini terhenti di Rp75 per lembar saham karena emiten sedang disuspensi oleh BEI. Di mana, perseroan juga masuk ke dalam potensi delisting karena pada 14 Juli 2022 masa suspensi memasuki 24 bulan.
Selain itu, GTBO juga masuk ke dalam pemantauan khusus BEI yang ditandai notasi X, lalu belum menyampaikan laporan keuangan yang ditandai notasi L, serta notasi S karena pendapatan usaha tidak ada di laporan keuangan terakhir.
Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa saham GTBO belum menjadi rekomendasi untuk dikoleksi bagi para investor. Namun, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu fundamental perusahaan saat ini dan rencana bisnis seperti apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki kinerjanya melalui bedah kinerja saham GTBO berikut ini.
Masa Pandemi Covid-19 Bikin GTBO Tidak Catatkan Pendapatan Sama Sekali di Tahun 2020
Masa pandemi yang mulai melanda di awal tahun 2020 menjadi mimpi buruk bagi emiten batu bara GTBO karena perseroan tidak mampu mencatatkan pendapatan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan hingga kuartal ketiga di tahun 2020, GTBO catatkan pendapatan 0 USD, padahal pada periode sama di tahun sebelumnya perseroan berhasil mencatatkan pendapatan hingga 15,26 juta USD.
Mengacu pada realisasi pendapatan tahun sebelumnya, pasar ekspor memang menjadi sumber pendapatan perseroan. Ditambah dengan penjualan domestik yang juga sama sekali tidak diraih.
Perseroan sendiri sudah menghentikan produksi batu bara sejak Desember lalu dan mengandalkan persediaan batu bara yang dimiliki mencapai 36.222 ton senilai 434.669 USD.
Sementara dari sisi laba sendiri, perseroan kembali catatkan kerugian di kuartal ketiga tahun 2020 sebesar 639.643 USD yang turun dari kerugian periode sama di tahun 2019 sebesar 4,5 juta USD. Dengan begitu, GTBO menjadi salah satu perseroan yang terdampak paling besar di masa pandemi Covid-19
Dalam 5 Tahun Terakhir, GTBO Catatkan 3 Kali Merugi
Terlepas dari kondisi pandemi yang membuat bisnis GTBO jatuh, kinerja keuangan emiten batu bara ini dalam 5 tahun terakhir memang kurang baik terutama dari sisi kerugian yang dialami. Sementara dari sisi pendapatan masih terpantau naik turun.
Adapun data ikhtisar keuangan yang diambil berdasarkan informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut (dalam USD):
Laporan Laba Rugi | 2019 | 2018 | 2017 | 2016 | 2015 |
Penjualan bersih | 16.334.616 | 33.886.859 | 9.314.108 | 251.000 | 1.459.552 |
Laba kotor | -1.973.569 | 10.184.294 | 976.527 | -109.611 | -2.115.799 |
Laba rugi tahun berjalan | -4.014.921 | 2.322.379 | 33.438 | -5.200.467 | -16.042.742 |
Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan GTBO secara penjualan terpantau naik turun dan belum konsisten tumbuh. Tidak bisa dipungkiri bahwa bisnis batu bara memang dipengaruhi oleh pergerakan harga batu bara dunia. Sedangkan untuk raihan laba, hanya bisa dicatat oleh perseroan di tahun 2017 dan 2018 saja.
Kerugian di tahun 2015 sendiri disebabkan oleh banyaknya konsesi tambang yang harus ditutup operasinya oleh persoran karena penurunan harga batu bara dan peraturan pertambangan sehingga menyebabkan pendapatan GTBO menurun yang juga mempengaruhi raihan laba.
Begitu juga dengan tahun 2016 yang menyebabkan penurunan pendapatan secara drastis sehingga perusahaan kembali merugi, namun nominalnya mampu ditekan.
Sedangkan untuk tahun 2019, kerugian tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan yang menurun, namun juga karena kerugian selisih kurs. Jika dilihat berdasarkan rasio keuangannya, bisnis GTBO memang dalam kondisi yang tidak sehat.
Adapun data yang diambil berdasarkan ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 melalui informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut:
Rasio | 2019 |
ROA | 0,7% |
ROE | 1,2% |
NPM | -24,6% |
CR | 45,7% |
DER | 29% |
Bagaimana dengan Prospek Bisnis GTBO ke Depannya?
Melihat prospek bisnis PT Garda Tujuh Buana Tbk ke depannya, masih tampak belum jelas. Mengingat, dari pihak GTBO sendiri belum mengkonfirmasi rencana bisnis yang akan dilakukan untuk memperbaiki kinerja di tahun ini. Hal ini jelas memengaruhi prospek saham GTBO yang tentu belum bisa direkomendasikan untuk dipilih.
Mengacu pada saham yang disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) kini mulai memasuki masa 12 bulan dan masuk ke dalam potensi untuk delisting dari bursa saham. Pihak dari BEI juga mengimbau bagi para investor untuk mencermati dan mempertimbangkan segala bentuk informasi yang disampaikan oleh perseroan. Hal ini tentu berpengaruh pada kelangsungan bisnis dan saham perseroan ke depannya.
Perseroan tentu diharapkan mampu menyiapkan rencana bisnis secara matang guna bisa membalik keadaan bisnis saat ini. Selain itu, notasi yang diberikan BEI kepada saham GTBO juga harus dihilangkan sehingga sahamnya menjadi rekomendasi para investor untuk dipilih.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa saham GTBO diberi notasi negatif oleh BEI karena beberapa hal.
Mulai dari tanda notasi X karena GTBO masuk ke dalam pemantauan khusus BEI, lalu tanda notasi L karena belum menyampaikan laporan keuangan, dan notasi S karena laporan keuangan terakhir yang disampaikan, tidak mencatatkan pendapatan usaha.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.