Analisis Saham

Bedah Saham IPPE, Produsen Virgin Coconut Oil Made in Subang

saham-ippe

Ajaib.co.id – Semakin banyak orang mencari minyak kelapa saat ini dibandingkan beberapa tahun lalu. Hal ini terutama berkat popularitasnya sebagai alternatif yang lebih sehat untuk memasak, suplemen kesehatan, skincare, dan masih banyak lagi.

Tapi, tahukah kamu bahwa terdapat beberapa emiten minyak kelapa yang sudah terdaftar di bursa saham Indonesia? Salah satunya adalah PT Indo Pureco Pratama Tbk (IPPE).

Profil Emiten IPPE

Berdiri sejak tahun 2019, PT Indo Pureco Pratama bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak kelapa. Produk utamanya terbagi menjadi empat:

–      Virgin Coconut Oil (VCO), yaitu hasil dari ekstraksi kelapa yang biasanya dipergunakan sebagai suplemen kesehatan dan skincare.

–      Pure Coconut Oil (PCO), yaitu minyak kelapa yang diolah dan diekstrak dari kelapa segar tanpa proses kimiawi. PCO antara lain dipergunakan untuk minyak goreng.

–      Crude Coconut Oil (CCO), alias minyak kelapa murni yang terbuat dari daging kelapa segar. CCO merupakan bahan baku untuk diproses menjadi produk lainnya seperti VCO, minyak goreng, sabun, kosmetik, dll.

–      Bungkil kelapa (Copra Meal), merupakan sisa ekstraksi kelapa kering (kopra) menjadi minyak kelapa yang lazim menjadi bahan pakan bagi ternak.

Pabrik Indo Pureco Pratama berlokasi di Subang, Jawa Barat. Selain itu, perusahaan juga memiliki anak usaha PT Agrindo Lestari Jaya yang mengelola perkebunan sawit di Kalimantan Tengah.

Indo Pureco Pratama melaksanakan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 9 Desember 2021 dengan kode saham IPPE. Harga penawaran perdana Rp100 per lembar.

Selama tiga hari pertama melantai di bursa, harga saham IPPE menanjak beruntun. Pergerakannya menurun pada beberapa hari berikutnya, tetapi masih cenderung uptrend. Saham IPPE saat ini (22 Desember 2021) diperdagangkan sekitar harga Rp232 dengan market cap Rp1,07 triliun.

IPPE tidak memiliki pemegang saham pengendali. Kepemilikan saham terbesar terbagi di antaranya PT Lembur Sadaya Investama (35,22%), PT Sapihanean Pangan Lestari (31,67%), dan masyarakat (21,74%).

Sedangkan pemegang saham lainnya PT Sumber Sentosa Adikarya (6,09%), PT Cipta Ihya Nusantara (2,42%), Sugiarwati Lucky (0,87%), Shierly DW Oei (0,87%), Heri Santoso Liem (0,43%), Soewarso (0,43%), dan Direktur Utama IPPE Syahmenan (0,22%).

Kinerja Laporan Keuangan Terakhir

Laporan keuangan IPPE per kuartal I/2021 menunjukkan profitabilitas yang cukup baik dan tingkat utang yang sangat rendah. Berikut rangkuman kinerja laba dan komponen laporan keuangan utama lainnya (dalam miliar rupiah):

 I/2021I/2020
Total Aset185,1010.61
Total Liabilitas3,045.16
Total Ekuitas182,065,46
Penjualan dan Pendapatan Usaha6,503,11
Beban Pokok-4,92-2,38
Laba Bruto1,580,73
Laba/Rugi yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk0,520,30

Data menunjukkan bahwa penjualan IPPE meningkat lebih dari dua kali lipat (Year-on-Year) pada kuartal I/2021. Arus kas juga bertumbuh positif.

Dari laporan keuangan IPPE ini, kita dapat pula menyimpulkan tiga rasio utama sebagai berikut:

Net Profit Margin (NPM): 7,92%

Debt Equity Ratio (DER): 1,67%

Current Ratio: 175,89%

Data-datanya tampak sehat. Marjin laba (NPM) lebih dari 5%, sementara rasio utang (DER) jauh di bawah ambang 100% dan rasio lancar lebih dari 100%.

Prospek Bisnis IPPE

Indo Pureco Pratama berencana menggunakan dana hasil IPO untuk belanja modal (61,88%) dan modal kerja (38,12%). Alokasi belanja modal mencakup pembelian mesin-mesin (40,83%), pembangunan pabrik (34,84%), dan pembelian tangki stok (24,33%).

Sedangkan prakiraan alokasi modal kerja meliputi yang muka pembelian bahan baku (56,42%), biaya operasional (37,94%), dan biaya produksi (5,64%).

Rencana alokasi dana hasil IPO tersebut mengisyaratkan bahwa perusahaan berkeinginan untuk memapankan bisnis yang sudah ada, selain juga meningkatkan kapasitas produksi pabrik.

Ini merupakan pilihan yang tepat bagi perusahaan yang masih berusia muda seperti IPPE, sebelum berekspansi lebih lanjut di masa depan.

Perlu kamu tahu, bisnis pengolahan minyak kelapa tergolong usaha prospektif dengan permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia yang beriklim tropis dan memiliki populasi terbesar keempat dunia juga berpotensi menjadi produsen sekaligus konsumen terbesar minyak kelapa. Indonesia, Filipina, dan India saat ini memproduksi sekitar 76% minyak kelapa dunia.

Sebuah riset dari Allied Market Research memperkirakan bahwa pasar minyak global mencapai USD3,44 miliar pada tahun 2020 dan bakal melesat sampai USD7,39 miliar per 2030. Dengan demikian, CAGR industri ini kemungkinan sebesar 5,1% dalam sepuluh tahun ke depan.

Kesimpulan tentang Saham IPPE

Saham IPPE berkaitan dengan sebuah industri yang prospektif. Perusahaannya memiliki sejumlah keunggulan tersendiri seperti lokasi yang strategis dan keragaman produk yang komplet untuk beragam kebutuhan masyarakat. Kinerja keuangan pun cukup sehat (berdasarkan laporan keuangan per kuartal I/2021).

Di sisi lain, perusahaan tergolong masih baru berdiri. Riwayat keuangannya hanya dapat diakses sampai 2019, sehingga kita belum dapat menyimpulkan konsistensi kinerja bisnisnya. Investor berbasis fundamental biasanya membutuhkan informasi laporan keuangan setidaknya lima tahun terakhir untuk memilih saham potensial.

Sejarah perusahaan juga mencatat fluktuasi ekuitas yang cukup tajam. Perusahaan beberapa kali berpindah tangan, dan saat ini pun tidak memiliki pemegang saham pengendali yang resmi sesuai kualifikasi bursa.

Akhir kata, saham IPPE merupakan pilihan yang cukup baik untuk trader jangka pendek atau investor jangka menengah yang ingin ikut ambil untung dari tren minyak kelapa dunia. Namun, saham ini kurang tepat untuk jadi pilihan investasi jangka panjang.

Artikel Terkait