Analisis Saham

Bedah Saham AMAG: Emiten Asuransi MAG

Ajaib.co.id – Meski klaim nasabah cukup besar, emiten saham AMAG tak kehabisan akal untuk mengatasinya. Reasuransi yang besar menjadi penyelamat dari risiko gagal bayar klaim sekaligus menambah pundi-pundi dari sisi pendapatan komisi. Simak selengkapnya!

Profil Emiten

PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk (AMAG) adalah sebuah perusahaan asuransi umum yang mencakup asuransi kendaraan bermotor, asuransi kesehatan dan kecelakaan, kebakaran dan pengangkutan kargo.

Emiten juga memiliki jenis penanggungan risiko lainnya namun tidak mendatangkan pendapatan premi yang signifikan seperti empat asuransi yang telah disebutkan sebelumnya.

Telah berdiri sejak tahun 1980, kini emiten memiliki kantor cabang dan kantor perwakilan yang telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia seperti Banda Aceh, Jambi, Lampung, Bandung, Jakarta, dan masih banyak lagi.

PT Asuransi Multi Artha Guna melakukan penawaran perdana sahamnya di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 dengan kode saham AMAG.

Saat ini dengan jumlah saham beredar sebanyak 5.001.552.516 lembar di harga saham Rp 278 per lembar, kapitalisasi pasar AMAG adalah sebesar Rp 1,33 Triliun. Pemegang saham utama AMAG adalag Fairfax Asia Limited (80%), PT Bank Panin Tbk (7.76%) dan sisanya beredar di masyarakat (12.24%).

Ulasan Laporan Keuangan Terakhir

Secara umum kinerja AMAG per FY/tahun fiskal 2020 tidak banyak berubah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

  • Pendapatan

Adapun pendapatan premi per FY 2020 adalah sebesar Rp 767,7 miliar, turun tipis dari sebelumnya di 2019 yakni sebesar Rp 779.5 miliar. Sebenarnya sejauh ini pendapatan premi AMAG setiap tahun memang berada di kisaran Rp700-an miliar. Pendapatan premi seperti biasa masih berpusat pada segmen usaha kendaraan bermotor, sebanyak Rp 409 miliar datang dari segmen ini saja.

  • Klaim

Dari sisi klaim terdapat kenaikan tipis non-signifikan sebesar Rp 82,4 miliar menjadi Rp 764,55 miliar, dibandingkan sebelumnya di tahun 2019 sebesar Rp 746,9 miliar. Untungnya emiten memiliki reasuransi yang besar sehingga dapat meng-cover sebagian besar klaim yang terjadi.

Dari Rp764,55 miliar klaim, sebesar Rp 490 miliar ditanggung oleh reasuransi sehingga klaim yang tersisa yang menjadi tanggung jawab emiten hanya Rp 274,5 miliar saja.

Sebagai informasi reasuransi adalah asuransinya perusahaan asuransi. Jadi perusahaan asuransi juga membeli asuransi agar risiko yang diambil alih oleh mereka dibagi juga ke perusahaan asuransi lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya gagal bayar klaim nasabah ketika jumlah klaim meningkat.

Tercatat AMAG memiliki aset reasuransi yang cukup besar. Dari total asetnya yang sebesar Rp 4,73 triliun, sebesar Rp 1,42 triliun merupakan aset reasuransi alias sepertiga dari total aset. Karena besarnya reasuransi, maka tak heran Rasio Retensi Sendiri emiten cukup rendah. Berikut rasio-rasio yang dapat disampaikan per tahun fiskal 2020.

  2020 2019
Own Retention 36,77% 42,00%
Investment Yield 4,38% 4,76%
Underwriting Ratio 88,30% 92,89%
DER 136,10% 137,13%
RBC 267,87% 234,49%
Loss Ratio 13,48% 15,86%
  • Rasio Retensi Sendiri

Rasio ini didapat dengan membagi premi neto dengan premi bruto. Jika nilainya kecil, menandakan ada reasuransi yang cukup besar terlibat dalam pemenuhan klaim nasabah. AMAG sendiri memiliki rasio retensi sendiri sebesar 36,7% dari yang sebelumnya sebesar 42%.

Reasuransi yang besar menandakan emiten berperan menjadi layaknya perantara/broker saja bagi perusahaan asuransi lain. Makanya kita bisa lihat komisi underwriting emiten bernilai positif dan bukannya negatif.

Pembayaran komisi kepada agen penjual sendiri rupanya tertutup oleh pendapatan komisi yang cukup besar yang didapat dari perusahaan asuransi lain. Adapun komisi underwriting emiten di tahun 2020 adalah positif Rp 39 miliar.

  • Pendapatan Usaha

Dua kegiatan usaha asuransi, yakni underwriting dan investasi, yang dilakukan emiten saham AMAG membukukan hasil tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya yakni Rp 767,76 miliar.

Adapun usaha underwriting yang terdiri dari asuransi kendaraan, kebakaran, pengangkutan dan kesehatan & kecelakaan telah mendatangkan pundi-pundi sebesar Rp 677,9 miliar. Turun 8,3% dibandingkan tahun sebelumnya di 2019 yakni sebesar Rp724,14 miliar.

Dari sisi investasi pun turun tipis menjadi Rp 53,45 miliar saja dari yang sebelumnya sebesar Rp 54,45 miliar. Pendapatan lainnya datang dari komisi reasuransi atas perannya sebagai perantara perusahaan asuransi lain.

  • Rasio Kerugian

Rasio Kerugian atau loss ratio didapat dengan membagi klaim yang terjadi dengan pendapatan premi. Per tahun 2020 klaim yang diajukan nasabah emiten saham AMAG adalah sebesar Rp 764,55 miliar sedangkan pendapatan premi hanya sebesar Rp 767,76 miliar.

Meski begitu besar namun masih dapat ter-cover oleh klaim reasuransi sebesar Rp 490 miliar menyisakan klaim untuk ditanggung sendiri oleh AMAG sebesar Rp 274,5 miliar saja.

Dengan begitu rasio kerugian AMAG adalah sebesar 13,48% saja (Rp274,5 / Rp767,76 x 100% = 13,48%). Batas rasio kerugian yang dianjurkan pemerintah adalah di bawah 20%, dengan demikian AMAG masih dalam batas aman. Dinyatakan aman karena emiten saham AMAG masih dalam kemampuannya untuk meng-cover klaim meski harus dibantu oleh klaim reasuransi.

  • Rasio Kesehatan Keuangan

Dari sisi solvabilitas, utang per ekuitas (DER) yang dimiliki AMAG persentasenya agak tinggi yakni 136%. Yang diwajibkan adalah di bawah 100%, namun nasabah masih aman tak perlu khawatir karena emiten memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengantisipasi kenaikan klaim tak terduga dilihat dari rasio RBC-nya.

Untuk mengetahui kesehatan perusahaan asuransi maka diterapkan perhitungan Risk Based Capital (RBC) atau rasio aset bebas setelah dikurangi kewajiban perusahaan asuransi dibandingkan dengan nilai risikonya.

Rasio RBC minimal yang diwajibkan OJK adalah 120%, artinya perusahaan harus memiliki aset bebas minimal 1,2 kali preminya. Sedangkan AMAG memiliki rasio RBC sebesar 267%, artinya AMAG jauh dari risiko gagal bayar klaim nasabah. 

Riwayat Kinerja

  • Pendapatan Usaha
Hasil underwriting Hasil Investasi Laba Bersih
2017 656,9 miliar 101,4 miliar 123.18 miliar
2018 701,5 miliar 21,37 miliar 28,2 miliar
2019 724,14 miliar 54 miliar 73 miliar
2020 677,9 miliar 53,45 miliar 107,2 miliar

Perusahaan asuransi memiliki dua sumber pendapatan yakni hasil underwriting atau proses marketing nasabah yang layak asuransi dan hasil investasi. Lainnya didapat dari komisi reasuransi dan kelebihan pajak namun pendapatan lain-lain tidaklah signifikan nilainya.

Kamu bisa lihat bahwa AMAG membukukan hasil underwriting dan investasi yang positif dengan nilai yang besar setiap tahunnya. Namun dibandingkan dengan pendapatan usahanya laba bersih yang diperoleh tidak terlalu besar. Berikut rasio keuntungan yang dapat disampaikan;

NPM Underwriting Ratio Investment Yield
2017 16,02% 85,46% 8,73%
2018 3,88% 96,33% 2,57%
2019 9,37% 92,89% 4,76%
2020 13,97% 88,30% 4,38%

Rasio underwriting adalah rasio yang membagi hasil underwriting dengan pendapatan premi, dan hasilnya baik sekali. Beban yang ditanggung dalam kegiatan underwriting memang kecil dan efisiensi telah diterapkan dengan baik oleh AMAG dalam underwriting-nya menghasilkan rasio underwriting yang besar.

Di sisi lain investasi yang dilakukan AMAG menghasilkan sangat sedikit, portofolio investasi emiten memang berisikan aset-aset investasi rendah risiko dengan pengembalian yang rendah juga.

Rasio NPM didapat dengan membagi Laba bersih per Pendapatan premi dan didapat hasilnya. Setiap tahunnya emiten memperoleh NPM yang tidak terlalu besar, namun sejak tahun 2018 tren NPM naik dari satu digit menjadi dua digit.

  • Rasio Kerugian
Klaim Bruto Pendapatan Premi Loss Ratio (bruto)
2017 644,9 miliar 768,7 miliar 83,89%
2018 765,6 miliar 728,3 miliar 105,13%
2019 746,9 miliar 779,5 miliar 95,81%
2020 764,5 miliar 767,7 miliar 99,58%

Setiap tahunnya kita bisa melihat klaim yang terlalu besar, nyaris melampaui pendapatan preminya. Hal ini menandakan banyak nasabah belum layak ikut asuransi tapi sudah dianggap layak. Di tahun 2018 bahkan klaim yang terjadi melebihi jumlah premi yang masuk.

Rasio Kerugian yang dianjurkan OJK adalah di bawah 20%. Tentu AMAG tidak masuk kategori aman dalam pemenuhan klaim, tapi hal ini ditangani dengan baik dengan melakukan reasuransi. AMAG diketahui menerapkan reasuransi yang besar.

Total Aset Aset Reasuransi Reasuransi/Aset
2017 3,88 Triliun 922,3 miliar 23,73%
2018 4,28 Triliun 1,24 Triliun 29,05%
2019  4,62 Triliun  1,37 Triliun 29,82%
2020 4,73 Triliun  1,42 Triliun 30,08%

Kamu bisa lihat bahwa AMAG setiap tahunnya menempatkan satu pertiga jumlah asetnya dalam bentuk reasuransi.

Reasuransi adalah asuransinya perusahaan asuransi, dengan membeli asuransi ke perusahaan asuransi lainnya maka AMAG bisa mengalihkan klaim nasabahnya dengan mengajukan klaim reasuransi sehingga AMAG tidak perlu menutup klaim nasabah oleh dirinya sendiri.

Klaim
Bruto
Klaim
Reasuransi
Klaim
Neto
Loss Ratio
(Neto)
2017 644,9 miliar 298,9 miliar 345,9 miliar 22,49%
2018 765,6 miliar 444,4 miliar 321,1 miliar   18,87%
2019 746,9 miliar 432,7 miliar 314,1 miliar 15,86%
2020 764,5 miliar 490 miliar 274,5 miliar 13,48%

Jadi, kamu bisa lihat bahwa lebih dari setengah klaim nasabah emiten di-cover oleh reasuransinya AMAG. Alhasil AMAG hanya perlu meng-cover setengahnya saja atau bahkan kurang dari itu.

Kamu bisa lihat dengan menerapkan reasuransi yang besar rasio kerugian AMAG turun menjadi di bawah 20%. Dengan begitu AMAG telah berhasil menutup klaim yang terjadi.

Satu hal yang paling umum pada perusahaan yang reasuransinya besar adalah pelonggaran seleksi nasabah.

Jadi kegiatan underwriting adalah kegiatan seleksi nasabah yang layak untuk mengikuti program asuransi. Kegiatan ini dilakukan sesering mungkin agar ada lebih banyak pendapatan premi yang masuk.

Proses underwriting dilakukan pertama kali oleh agen penjual, lalu kemudian diteruskan ke bagian penaksir risiko setelahnya barulah keputusan keluar apakah nasabah bisa mengikuti asuransi atau tidak.

Kesimpulan

Kinerja emiten dapat dikatakan cukup baik dengan pertimbangan sebagai berikut:

Pendapatan usaha emiten cukup baik, cukup stabil meski tak berada dalam tren naik. Kegiatan investasi emiten tak bisa diandalkan karena hanya menghasilkan sedikit sekali setiap tahunnya yakni di bawah 5%. Tapi kegiatan underwriting emiten sangat baik setiap tahunnya, mungkin karena proses seleksi nasabah yang tidak terlalu ketat.

Proses seleksi nasabah yang longgar mengakibatkan AMAG menghadapi klaim nasabah dengan jumlah besar, hampir setara pendapatan preminya setiap tahun. Tapi hal ini ditangani dengan baik dengan membeli reasuransi sehingga lebih dari setengah klaim di-cover oleh reasuransi. Alhasil rasio kerugian dapat ditekan hingga berada di bawah 20%.

Meski emiten memiliki rasio utang yang agak besar yakni di angka 130-an persen namun nasabah tak perlu khawatir. Rasio RBC yang tinggi yakni di atas 200% menandakan kemampuan emiten dalam menghindari gagal bayar klaim sangat baik.

Disclaimer: Penyebutan saham dan analisis dalam artikel ini bukan rekomendasi. Segala posisi transaksi yang diambil oleh pembaca berkaitan dengan saham yang disebutkan tidak akan mengikat penulis secara hukum. Penulis tidak memiliki saham yang disebutkan sehingga analisis bebas dari bias. Pembaca diharapkan melakukan analisis lanjutan terkait segala posisi transaksi yang diambil atas saham yang disebutkan setelah membaca artikel ini.

Artikel Terkait