Analisis Saham

Bank Bisnis Internasional (BBSI) yang Cemerlang Sejak IPO

Sumber: Bank Bisnis

Ajaib.co.id – Setelah pemerintah memutuskan untuk memberikan banyak kesempatan bagi usaha-usaha yang terdampak pandemi untuk bertumbuh, kini publik sedang menantikan pertumbuhan ekonomi.

Seperti biasa data ekonomi yang membaik akan membuat emiten perbankan mendapat banyak perhatian. Dalam beberapa kasus ketika data ekonomi belum benar-benar membaik, baru diduga akan membaik, harga saham perbankan sudah melejit lebih dahulu.

Momen tersebut dimanfaatkan oleh Bank Bisnis Internasional untuk melaksanakan IPO. Jadi Bank Bisnis Internasional melakukan IPO di tanggal 7 September 2020 dengan kode saham BBSI di harga penawaran Rp 480 per saham.

Sejak peluncurannya hingga kini pasca semester I-2021 harga saham BBSI telah naik 506,67% menjadi Rp 3640 per saham. Seperti apa kinerjanya? Berikut pembahasan kinerja Bank Bisnis Internasional.

Profil Emiten

PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) adalah perusahaan yang kegiatan usaha utamanya adalah perbankan. Selaku bank, kegiatan utama perusahaan adalah melakukan penghimpunan dana dan penempatan dana. Pendapatan lainnya berasal dari jasa layanan perbankan lainnya.

Dalam menghimpun dana masyarakat, perusahaan menawarkan produk tabungan, giro, dan deposito berjangka. Mengenai penyaluran dana, perusahaan menawarkan kredit produktif bagi badan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan nasabah perorangan.

Aset produktif ditempatkan di Bank Indonesia, pada bank lain, dibelikan surat berharga serta disalurkan dalam bentuk kredit ke sektor usaha dengan prospek yang baik.

Telah didirikan sejak tanggal 16 Maret 1957, kini jaringan kantor operasional perusahaan terdiri dari 4 kantor cabang dan 3 kantor cabang pembantu di wilayah Bandung, Jakarta dan Surabaya. Pada tanggal 7 September 2020, Bank Bisnis Internasional memutuskan untuk melakukan penawaran saham perdananya di papan pengembangan bursa dengan kode saham BBSI.

Dengan jumlah saham beredar sebesar 2.996.264.110 lembar di harga Rp 2.590 per lembar, kapitalisasi pasarnya adalah sebesar Rp 7,79 Triliun. Adapun pemegang saham dengan kepemilikan signifikan diantaranya PT Sun Land Investama (37,54%), Sundjono Suriadi (31,22%) dan PT Sun Antarnusa Investment (14,94%). Sedangkan yang beredar di masyarakat adalah sebanyak 16,3% dari total saham BBSI yang beredar.

Riwayat Kinerja

Sebagai emiten yang baru tercatat di bursa, Laporan Keuangan tahun 2020 adalah laporan keuangan tahunannya yang pertama. Berikut laporan mengenai kinerja emiten dibandingkan dengan tahun 2019. 

2020 2019 Perubahan
Total Aset 1.441.234.275.187 953.737.479.075 51,11%
Dana Pihak Ketiga 411.590.845.429 433.411.298.782 -5,03%
Modal Inti 1.013.061.491.594 493.555.226.785 105,26%
Aset Produktif 1.246.826.081.149 764.488.180.466 63,09%

Sebelum memasuki bursa, Bank Bisnis Internasional termasuk ke dalam kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) tier I karena modal inti yang dimilikinya kurang dari Rp 1 triliun. Kini emiten mengalami peningkatan modal inti yang cukup signifikan setelah berhasil tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Tercatat modal inti emiten meningkat menjadi Rp 1,01 triliun di akhir tahun 2020, meningkat 105,26% dari sebelumnya di tahun 2019 yakni sebesar Rp 493,5 miliar. Oleh karena itu emiten kini telah masuk ke bank kategori BUKU II yang mensyaratkan modal inti bank berada di antara Rp 1-5 triliun.

Naiknya modal inti membuat total aset emiten juga meningkat sebanyak 51,11% menjadi Rp 1,44 triliun. Aset dan modal adalah hal utama bagi kegiatan usaha perbankan karena sebagian besar aset akan menjadi produktif alias disimpan dalam bentuk simpanan deposito, giro, dan disalurkan dalam bentuk kredit.

Dari total aset sebesar Rp 1,44 triliun, sebanyak Rp 1,24 triliun disalurkan dalam bentuk aset produktif. Nilai aset produktif meningkat 63,09% dibandingkan dengan di 2019 yakni sebesar Rp 764,48 miliar.

Hal ini cukup unik karena umumnya bank-bank melakukan pengetatan penyaluran kredit dan stop berinvestasi semasa pandemi, tapi Bank Bisnis Internasional malah mengeluarkan aset produktif lebih banyak lagi dibandingkan tahun sebelumnya.

Yang menarik adalah meski aset pr yang digelontorkan naik 63,09%, angka kredit bermasalah dan kredit macet malah berkurang dibandingkan sebelumnya. Berikut ulasan mengenai kualitas kredit yang disalurkan.

  2020 2019 Perubahan
Total Kredit 896.624.179.532 590.251.331.636 51,91%
Kredit Bermasalah 7.979.955.198 8.558.644.309 -6,76%
Total Pendapatan 97.479.118.173 82.453.541.857 18,22%
Laba Bersih 35.175.588.135 22.261.801.330 58,01%

Dari aset produktif sebesar Rp 1,24 triliun sebanyak Rp 896,6 miliar dikelola dengan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Kredit dikucurkan kepada usaha-usaha sebagai kredit produktif di kuartal III-2020 sampai akhir tahun. Total kredit meningkat 51,9% menjadi Rp 896,6 miliar dari sebelumnya Rp 590,25 miliar di tahun 2019.

Dari Rp 896,6 miliar kredit yang disalurkan, kredit yang bermasalah alias yang tak masa tagihnya antara 91-180 hari sejak penagihan hingga tak tertagih sama sekali semuanya hanya bernilai Rp 7,97 miliar saja. Angka kredit bermasalah sebelumnya di tahun 2019 adalah sebesar Rp 8,55 miliar. Naiknya total kredit diiringi turunnya angka kredit bermasalah memberi sinyal kinerja operasional yang baik sekali dari sisi penyaluran kredit.

Aksi korporasi IPO rupanya benar-benar menjadi amunisi yang sangat berharga bagi emiten. Sejak mendapatkan dana segar dari masyarakat, BBSI tak menyia-nyiakan kesempatan dengan memperkuat kegiatan operasionalnya.

Selain operasional ternyata pendapatan lainnya yakni pendapatan operasional lain dan non-operasional juga meningkat. Ketiga pendapatan tersebut tergabung dalam Total Pendapatan. Adapun total pendapatan meningkat 18,22% menjadi Rp 97,47 miliar. Alhadil laba bersih emiten berhasil naik 58,01% menjadi Rp 35,17 miliar dari sebelumnya hanya Rp 22,26 miliar di tahun 2019.

Rasio

  2020 2019
CAR 94,63% 59,66%
LDR 62,94% 63,68%
NPM 36,09% 27,00%
NPL Bruto 0,89% 1,45%
NPL Neto 0,65% 1,33%
ROA 3,58% 3,23%
NIM 5,73% 7,66%
  • Kecukupan Modal

Di akhir tahun 2020 modal bank yang dimiliki BBSI mencapai Rp 1,01 triliun, sedangkan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) emiten adalah sebesar Rp 1,07 triliun. Oleh karenanya emiten memiliki rasio kecukupan modal (CAR) yang sangat tinggi yakni 94,63%.

Sebelumnya CAR emiten adalah sebesar 59.66% di akhir tahun 2019. Sebagai informasi, Bank Indonesia yang hanya mensyaratkan bank-bank agar memiliki CAR sebesar minimal 8%. Rasio ini memperlihatkan kemampuan emiten dalam penghindaran risiko kerugian akibat potensi gagal kredit. Semakin besar rasio ini semakin baik.

  • Kegiatan penyaluran kredit

Penyaluran kredit sejatinya adalah hal paling utama dalam operasional bank. Kredit yang disalurkan oleh BBSI mencapai 60-an persen dari total penerimaan dana milik emiten. Adapun total penerimaan dana adalah gabungan antara modal inti, dana pihak ketiga dan kredit likuiditas Bank Indonesia.

  • Kualitas Kredit

Nampaknya emiten telah memiliki target market yang sesuai untuknya, emiten telah menyalurkan lebih banyak kredit dari sebelumnya di tahun 2019 namun angka kredit bermasalah per akhir tahun 2020 tetap rendah yakni hanya 0,89% dari total kreditnya. Sebelumnya angka kredit bermasalah yang terdiri dari kredit-kredit berstatus kurang lancar hingga macet adalah sebesar 1,45% dari total kredit yang disalurkan.

Artinya hingga 98% lebih kredit-kredit yang disalurkan berkualitas baik. Kredit berkualitas baik adalah kredit-kredit dengan status lancar dan dalam perhatian khusus alias kredit-kredit yang dibayarkan tepat waktu dan selambat-lambatnya 90 hari sejak hari penagihan.

  • Marjin bunga bersih

Kegiatan operasional emiten berlangsung baik di mana pendapatan bunga bersih mencapai 5,73% dari aset produktifnya. Namun sebelumnya di tahun 2019 rasio ini mencapai 7,66%. Ini adalah angka yang cukup baik dibandingkan dengan bank-bank lain dengan modal inti yang kurang lebih sama di angka Rp 1 triliunan.

  • Marjin Laba Bersih (NPM) dan pengembalian atas aset

Secara keseluruhan, dari total pendapatannya yang sebesar Rp 97,47 miliar, laba bersih yang dihasilkan emiten adalah sebesar Rp 35,17 miliar. Dengan demikian NPM-nya adalah 36,09%. Sebelumnya di tahun 2019 NPM dari BBSI adalah sebesar 27%.

Demikian pula dengan perbandingan laba bersih dengan aset produktif (ROA) yang dimiliknya, diketahui ROA  emiten adalah sebesar 3,23% di akhir tahun 2019. Berubah menjadi 3,58% di akhir tahun 2020. Dapat dikatakan efisiensi beban-beban oleh emiten sangat baik. Manajemen BBSI pandai dalam melakukan pengetatan beban-beban sehingga rasio-rasio profitabilitasnya bisa semakin gemuk.

Prospek

Sebagai informasi, ada sesuatu yang menarik yang datang dari pengumpulan data mengenai pendapatan dan beban emiten. Per tahun 2020 total pendapatan emiten adalah Rp 97,47 miliar. Di periode yang sama, total beban yang terdiri dari beban operasional, operasional lain dan non operasional berjumlah Rp 52,36 miliar.

Sebelumnya di akhir tahun 2019 total pendapatan emiten adalah sebesar Rp 82,45 miliar sedangkan total bebannya adalah sebesar Rp 52,75 milar. Keempat data tersebut menunjukkan bahwa emiten telah mengalami peningkatan operasional dan efisiensi beban di saat yang bersamaan. Hal ini adalah bukti kualitas emiten dalam beroperasi. Oleh karenanya jika hal ini terus dipertahankan maka ini adalah hal yang baik di masa depan.

Kesimpulan

Sejak peluncurannya di bursa saham hingga semester I tahun 2021 ini harga saham BBSI telah naik 505,6%. Dalam perjalanannya harga saham BBSI naik dan turun namun secara keseluruhan emiten telah berhasil memikat para investor untuk mengoleksi sahamnya dan menyebabkan harga sahamnya diminati.

BBSI memiliki kualitas pengelolaan kecukupan modal yang sangat mumpuni. Risiko pasar, operasional dan kredit diantisipasi dengan baik dengan memiliki modal bank yang sangat besar yakni 90-an persen dari aset tertimbang menurut risikonya.

Selain itu BBSI juga melakukan tugasnya dalam menyeleksi nasabah kreditnya dengan baik. Kualitas aset emiten sangat baik, angka kredit bermasalah hanya 0,89% dari total kreditnya.

Dari Rp 896,6 miliar kredit yang disalurkan, kredit yang bermasalah hanya bernilai Rp 7,97 miliar saja. Angka kredit bermasalah sebelumnya di tahun 2019 adalah sebesar Rp 8,55 miliar sedangkan total kredit adalah Rp 590 miliar. Artinya emiten telah  meningkatkan total kredit namun angka kredit bermasalahnya turun.

Selain itu emiten juga memperlihatkan kepiawaiannya dalam mengelola beban-beban sehingga rasio-rasio profitabilitas emiten bisa lebih besar dari sebelumnya. Namun secara khusus ada penurunan tipis dari sisi Net Interest Margin (NIM) yang disebabkan kenaikan aset produktif yang signifikan setelah emiten menggelar IPO. Secara umum kinerja BBSI sangat baik, momen IPO pun sangat mendukung kesuksesan emiten saat tercatat di bursa.

Dengan besar laba bersih Rp 35,17 miliar dan jumlah saham beredar sebesar 2,99 miliar lembar maka laba per saham emiten adalah sebesar Rp 11,76. Saat ini BBSI ditransaksikan di harga Rp 3500-an dan oleh karenanya emiten sedang berada pada valuasi premium.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait