

Ajaib.co.id – Menyusul anak usahanya yakni PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) yang sudah lebih dahulu IPO (Initial Public Offering), akhirnya PT Bundamedik Indonesia melantai di papan utama bursa pada tanggal 6 Juli 2021 dengan kode saham BMHS.
Rincian Penawaran Perdana Saham
Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan di situs E-IPO milik bursa, perusahaan pengelola Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda (RSIA Bunda) itu melaksanakan penawaran saham perdana dengan harga penawaran Rp 340 per saham. Kode saham BMHS berasal dari Bunda Medik Healthcare System.
Sebanyak 7,26% dari modal ditempatkan dan disetor penuh akan dilepas ke publik dalam bentuk 620 juta lembar saham, setelah IPO dan konversi obligasi. Selain itu terdapat Program Alokasi Saham Pegawai dan Manajemen atau Employee Stock Allocation (ESA) dan Management and Employee Stock Option (MESOP) kepada karyawan dan manajemen dengan jumlah kurang dari 1% dari seluruh saham BMHS yang beredar.
Alhasil, setelah IPO dan konversi obligasi, kepemilikan Dana segar yang diincar melalui IPO ini mencapai Rp 210,8 hingga Rp 217 miliar. Rencananya sebesar Rp 157,72 miliar dari dana IPO akan digunakan untuk membeli kembali sisa pokok obligasi setelah pelaksanaan konversi obligasi berdasarkan Perjanjian Obligasi dari Akasya Investments Limited.
Kemudian sisa dana hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal kerja seperti stock opname obat, alat medis, dan lainnya dalam memenuhi tugasnya dalam pelayanan kesehatan.
Setelah IPO kepemilikan saham BMHS adalah: PT Bunda Investama Indonesia (67,53%), Akasya Investments Limited (4,93%), masyarakat (7,89%), dan sisanya diperuntukkan bagi program ESA dan MESOP.
Profil Emiten
Bunda Medik Healthcare System (BMHS) telah berdiri sebagai sebuah grup pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia sejak tahun 2007. Cikal bakal grup ini adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda (RSIA Bunda) di Jakarta yang didirikan sejak tahun 1973.
Kemudian RSIA Bunda atau yang disebut dengan Bundamedik menjadi penyedia layanan kesehatan premium bagi ibu dan anak dengan rekam jejak yang kuat dan ekosistem yang tumbuh terintegrasi.
Ekosistem kesehatan ibu dan anak milik Bundamedik adalah yang paling lengkap di Indonesia. Terdiri dari jaringan rumah sakit, jejaring klinik fertilitas Morula dan Diagnos Laboratorium. Sebagai informasi jejaring klinik fertilitas milik Bundamedik saat ini adalah yang terbesar di Indonesia.
Di bawah Bundamedik terdapat 12 rumah sakit ibu dan anak (RSIA), 3 rumah sakit umum (RSU), dua klinik umum dan 10 klinik fertilitas Morula, laboratorium diagnostik yang lengkap dengan sistem distribusi farmasi dan alat kesehatan sendiri. Dan beberapa tahun belakangan Bundamedik melakukan ekspansi usaha dengan memiliki bisnis perhotelan dan pariwisata medis.
Rumah sakit, klinik dan lab di bawah Bundamedik yang dikenal luas diantaranya RSIA Bunda Jakarta, RSU Bunda Margonda, Klinik Spesialis BIC, Morula IVF Indonesia, Emergency Response, IRSI, Bunda Global Pharma, Bunda Diklat Indonesia, dan Diagnos Lab.
Per 31 Desember 2020, Bundamedik total memiliki kapasitas sekitar 336 jumlah tempat tidur dengan lebih dari 56 dokter umum, 389 spesialis kesehatan, sekitar 1.643 perawat dan staf pendukung lainnya.
Review Kinerja
Per tahun 2020 sumber pendapatan emiten hampir seluruhnya berasal dari satu segmen saja yakni usaha pelayanan kesehatan. Sedangkan segmen lainnya yakni bisnis hotel dan pariwisata medisnya belum menghasilkan secara signifikan. Berikut kinerja emiten dilihat dari keuangannya.
Rupiah penuh | 2020 | 2019 | 2018 | CAGR |
Aset | 2,16 triliun | 1,4 triliun | 1,24 triliun | 32% |
Aset Lancar | 815,7 miliar | 231 miliar | 217,5 miliar | 93,63% |
Liabilitas | 1,11 triliun | 735,1 miliar | 708,9 miliar | 25,29% |
Liabilitas Lancar |
683,2 miliar | 258,5 miliar | 197,8 miliar | 85,85% |
Ekuitas | 1,04 triliun | 665,59 miliar | 532,2 miliar | 40,44% |
Beban Keuangan | 53,11 miliar | 58,39 miliar | 56,8 miliar | -3,33% |
Per tahun 2020 aset emiten adalah sebesar Rp 2,16 triliun. Aset emiten tumbuh signifikan rata-rata 32% per tahun, pertumbuhan terjadi terutama di tahun 2020 ketika virus corona dinyatakan sebagai pandemi. Memang perusahaan seperti Bundamedik yang berkegiatan usaha di industri pelayanan kesehatan sedang jadi primadona di tahun 2020.
Pertumbuhan aset BMHS didorong oleh pertumbuhan utang yang secara keseluruhan naik rata-rata 25,29% per tahun. Per tahun 2020 total utang emiten mencapai Rp 1,11 triliun didominasi oleh utang jangka pendek senilai Rp 683,21 miliar.
Meski utang meningkat namun emiten membatasi utang berbunga sehingga beban keuangan alias bunga atas pinjaman terus berkurang 3,33% per tahun menjadi hanya Rp 53,11 miliar saja di tahun 2020.
2020 | 2019 | 2018 | CAGR | |
Pendapatan | 1,14 triliun | 964,89 miliar | 852,23 miliar | 16,07% |
Laba Kotor | 493,15 miliar | 457,12 miliar | 397,84 miliar | 11,34% |
Laba Bersih | 118,46 miliar | 31,31 miliar | 12,03 miliar | 213,69% |
Pendapatan Bundamedik di tahun 2020 adalah sebesar Rp 1,14 triliun, setiap tahun emiten mengalami peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 16,07%. Peningkatan pada pendapatan menyebabkan laba kotor bertumbuh sebesar rata-rata 11,34% per tahun.
Meski hanya tumbuh belasan persen saja namun kita dapat melihat adanya peningkatan pada laba bersih jauh di atas itu. Secara rata-rata laba bersih bertumbuh 213,69% per tahun.
Di tahun 2020 laba kotor Bundamedik hanya naik 7,8% saja dari Rp 457,12 miliar di 2019 menjadi Rp 493,15 miliar di 2020. Uniknya laba bersih naik sampai 278% dari sebelumnya di 2019 hanya Rp 31,31 miliar menjadi Rp 118,46 miliar di tahun 2020.
Penelusuran lebih lanjut menghasilkan informasi bahwa kenaikan yang terjadi pada laba bersih disebabkan utamanya oleh kontribusi entitas asosiasi sebesar Rp 25,8 miliar. Entitas asosiasi tersebut adalah PT Diagnos Laboratorium Utama (DLA), dan sebesar 49% atas DLA dikuasai oleh Bundamedik.
Sepanjang tahun 2020 DLA telah menghasilkan laba bersih senilai Rp 52,6 miliar dan sebesar 49% nya yakni Rp 25,8 miliar disetorkan ke sang induk, yakni Bundamedik. Diagnos Lab memang mendulang cuan yang mumpuni sepanjang tahun 2020 di tengah pandemi.
Kontributor laba bersih terbesar kedua adalah penghasilan operasi lain sebesar Rp 11,28 miliar dari sebelumnya di tahun 2019 merugi Rp 33,6 miliar. Berikut rasio-rasio yang dapat disampaikan.
2020 | 2019 | 2018 | |
ROE | 11,29% | 4,71% | 2,26% |
DER | 106,01% | 110,45% | 133,20% |
Current Ratio | 119,40% | 89,37% | 110,00% |
NPM | 10,32% | 3,25% | 1,41% |
DAR | 51,46% | 52,48% | 57,12% |
Di tahun-tahun sebelum Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi, yakni di 2019 dan 2018 marjin laba bersih emiten hanya sebesar 3,25% dan 1,41% saja. Ketika pandemi emiten sebagai perusahaan pelayanan kesehatan mendapat laba berkali-kali lipat dari biasanya, entitas anak sebagai penyedia jasa tes kesehatan juga mengalami peningkatan pendapatan dan laba hingga lebih dari 500%!
Hal ini menyebabkan rasio-rasio profitabilitas Bundamedik melejit. Marjin laba bersih (NPM) meningkat tiga kali lipat menjadi 10,32%. Demikian pula dengan ROE yang naik menjadi 11,29%. Dari sisi liabilitas, rasio utang per ekuitas dan per aset tetap berada pada level yang kurang lebih sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Prospek
Selama ini emiten slealu memiliki utang lebih besar dari modal kerjanya. Dengan diperolehnya dana segar dari publik melalui IPO-nya, emiten berencana untuk mengurangi utang berbunganya sebesar Rp 157,72 miliar. Jika sebelum IPO total liabilitas emiten adalah sebesar Rp 1,11 triliun, maka setelah IPO total liabilitas emiten akan menjadi Rp 952,28 miliar.
Beban keuangan emiten memang cukup besar, bayangkan saja beban keuangan setiap tahunnya adalah sebesar Rp 50-an miliar. Jika emiten bisa mengurangi utang berbunganya; obligasi pada Akasya Investment Limited, maka emiten bisa memperoleh laba bersih lebih besar lagi.
Dan oleh karenanya untuk pertama kalinya rasio utang per ekuitas (DER) emiten akan turun di bawah 100% atau di bawah 1x. Turunnya rasio utang akan memudahkan emiten untuk beroperasional lebih leluasa karena akan meningkatkan ekuitas.
Di masa mendatang, kontribusi laba dari anak usahanya yakni DGNS mungkin tidak akan sebesar yang tercatat di tahun 2020. Setelah kondisi normal kemungkinan volume pasien DGNS berkurang dibandingkan semasa pandemi.
Kesimpulan
Dapat dikatakan emiten memilih waktu yang baik untuk melaksanakan hajatan Penawaran Perdana Saham alias IPO. Sepanjang pandemi telah terjadi peningkatan permintaan atas layanan kesehatan, terutama permintaan atas pengecekan status terjangkit Covid di laboratorium milik anak usaha emiten.
Performa BMHS sebagai penyedia layanan kesehatan memang meningkat di tahun 2020 dan kontributor utama atas peningkatan laba bersih adalah berasal dari anak usahanya yakni PT Diagnos Laboratorium Utama yang telah lebih dulu IPO di bursa.
PT Diagnos Laboratorium Utama telah IPO dengan kode saham DGNS. Per tahun 2020, DGNS menghasilkan Rp 52,6 miliar laba bersih, sebesar 49%-nya atau setara dengan Rp 25,8 miliar disetorkan kepada sang induk yakni Bundamedik.
IPO-nya Bundamedik di bursa akan membuat utang berbunga emiten berkurang banyak. Diketahui bahwa sebanyak Rp 157 miliar dari total dana segar yang diperolehnya dari aksi IPO-nya akan digunakan untuk membeli kembali obligasinya pada Akasya Investment Limited. Dengan demikian pengurangan obligasi akan membuat beban keuangan turun.
Setiap tahunnya emiten membayarkan bunga pinjaman, alias beban keuangan, sebesar Rp 50-an. Jika angka ini bisa berkurang maka lab bersih bisa ditingkatkan. Ini penting adanya karena selama ini nampaknya marjin laba emiten terlalu tipis. Dengan marjin laba hanya 1-3% saja per tahun emiten harus terus menumpuk utang agar bisa lanjut beroperasi dan belanja modal.
Adapun kenaikan pendapatan emiten yang hanya bertumbuh rata-rata 16% saja per tahun. Sedangkan total liabilitas naik 25,29% per tahun. Dengan bertambahnya Rp 50-an miliar yang diatribusikan ke pemilik induk maka diperkirakan emiten akan memiliki sekitar Rp70-168 miliar laba bersih per tahun.
Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.