Analisis Saham

Bagaimana Kinerja Fundamental dan Teknikal IPO SBMA?

Sumber: Pixabay

Ajaib.co.id – Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan kembali emiten yang memiliki kegiatan usaha utamanya bergerak di bidang industri kimia anorganik. Emiten tersebut ialah PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA).

Berbicara tentang industri kimia, tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan gas anorganik dalam industri kimia sangatlah penting. Gas-gas tersebut dapat menunjang proses produksi dalam suatu produk.

Gas-gas tersebut juga dapat difungsikan sebagai alat bantu kesehatan seperti oksigen yang dapat digunakan untuk menunjang pelayanan fasilitas kesehatan.

Profil Singkat Emiten

Perseroan yang memiliki nama PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk ini memiliki kode emiten SBMA. Perseroan sendiri sudah berdiri sejak tanggal 25 Oktober 1980.

Saat ini perseroan berkedudukan di kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia. Perseroan bergerak di bidang industri kimia anorganik, sektor Basic Materials sub sektor Basic Chemicals.

Saat sebelum melaksanakan proses penawaran umum saham perdana, komposisi kepemilikan saham SBMA terdiri atas PT Surya Biru Titilea Investama sebesar 90% atau sebanyak Rp58.500.000.000 dan Tiffany Wei sebesar 10% atau sebanyak Rp6.500.000.000.

Detail Rencana IPO SBMA

Perseroan melakukan penawaran saham perdana melalui mekanisme e-IPO. Perseroan menawarkan 278.400.000 saham atas nama dengan nominal Rp100 setiap lembar saham, atau sama dengan 29,99% dari total modal yang ditempatkan setelah proses penawaran umum perdana saham kepada masyarakat dengan harga penawarannya sebesar Rp180 – Rp230.

Selain itu SBMA juga memiliki rencana untuk menerbitkan warrant sebanyak-banyaknya 46.400.000 lembar warrant seri I dan juga melakukan program pemberian Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen atau Management Stock Option Program (MESOP) sebanyak-banyaknya 46.420.000 lembar saham .

Prakiraan struktur pemegang saham SBMA pasca Initial public offering (IPO) akan menjadi PT Surya Biru Titilea Investama sebanyak 57,2%, Tiffany Wei sebanyak 6,32%, Masyarakat sebanyak 27,26%, Warant Seri I sebanyak 4.54%, dan Program MESOP sebanyak 4,55%.

Penjamin pelaksana emisi efek SBMA adalah PT KGI Sekuritas Indonesia.

Jadwal Penawaran Saham

Jadwal penawaran saham berdasarkan prospektus adalah sebagai berikut:

  • Tanggal Efektif: 31 Agustus 2021
  • Masa Penawaran Umum: 2 September – 6 September 2021
  • Tanggal Penjatahan: 2 September – 6 September 2021
  • Tanggal Distribusi Saham dan Warant I secara Elektronik: 7 September 2021
  • Tanggal Pencatatan Saham di BEI: 8 September 2021
  • Tanggal Awal Perdagangan Warant seri I: 8 September
  • Perkiraan Tanggal Akhir Perdagangan Warant Seri I 
  • Pasar Reguler dan Negosiasi: 6 September 2022
  • Pasar Tunai: 7 September 2022
  • Perkiraan Tanggal Awal Pelaksanaan Warant Seri I: 8 Maret 2022
  • Perkiraan Tanggal Akhir Berlaku Warant Seri I: 7 September 2022

Rencana Penggunaan Dana IPO

Berdasarkan prospektus SBMA, Sekitar 49,01% digunakan untuk membeli lahan seluas 2,05 Ha di mana pembelian lahan tersebut tercatat sebagai transaksi afiliasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Lalu sebanyak 37% digunakan untuk keperluan investasi kepada pabrik dan alat penunjang produksi seperti tangki penyimpanandan tabung gas, dan 13,99% akan digunakan sebagai modal kerja perusahaan.

Kinerja Laporan Keuangan SBMA

Prospektus SBMA menunjukkan kinerja positif pada tahun 2019 dan 2020. Namun, mencatatkan penurunan kinerja pada kuartal I-2021. 

Emiten sempat membukukan kenaikan laba neto hingga 14,82% pada tahun kinerja 2020 dibandingkan tahun kinerja 2019 secara Year on Year (YoY).

Namun, pendapatan neto jatuh hingga -71,55% pada kuartal I-2021, hal ini disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang menyebabkan turunnya demand terhadap gas industri.

Rasio-rasio Keuangan SBMA

Berikut merupakan rangkuman rasio keuangan SBMA selama tiga tahun terakhir dan kuartal I-2021:

Data di atas menunjukkan bahwa SBMA secara fundamental tidak menunjukan pertumbuhan yang cukup baik. Dari rasio profitabilitas, perputaran aktivitas, dan likuiditas terlihat terdapat penurunan pertumbuhan.

Namun dari rasio solvabilitas, terlihat juga penurunan pada Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Asset Ratio (DAR) hal ini menunjukan emiten mampu menurunkan beban utangnya.

Kebijakan Dividen SBMA

Prospektus SBMA menuturkan bahwa pemegang saham yang tercatat dalam rekening efek berhak atas pembagian dividen, namun skemanya tidak dipaparkan dalam prospektus.

Prospek Bisnis SBMA

Konsumsi Gas di Indonesia (Sumber Review Statistik BP 2020)

Konsumsi gas Indonesia di Indonesia berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan stabil dari tahun ke tahun. Konsumsi gas di Indonesia paling rendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 42,1 miliar m3 dan paling besar ada pada tahun 2015 sebesar 45,76 miliar m3. J

Jika dihitung secara rata-rata dari tahun 2009 hingga tahun 2019, menggunakan metode Compound Annual Growth Rate (CAGR), maka didapat konsumsi gas Indonesia tumbuh tipis sebesar 0,4% setiap tahunnya.

Adapun SBMA mendapatkan keuntungan dari berbagai sektor, seperti pada sektor petrokimia yang seluruh pabrik pengolahan minyak bumi dan petrokimia-nya perlu melakukan pemeliharan pabrik yang membutuhkan produk liquid nitrogen yang cukup banyak, produk ini disediakan oleh emiten dengan kualitas terbaik.

Selain itu, dari sektor kesehatan, kebutuhan fasilitas kesehatan akan oksigen medis hingga tahun 2025 diperkirakan akan masih sangat tinggi, SBMA memperkirakan pasar sektor kesehatan dari oksigen medis ini mampu menghasilkan Rp35 miliar per tahun.

Untuk saat ini, kita belum mengetahui secara pasti bagaimana kesuksesan strategi-strategi SBMA.

Kesimpulan

Berdasarkan laporan dan data dari prospektus, serta kondisi makroekonomi. Prospek usaha dari SBMA cukup besar, jika mampu mengoptimalkan segala kesempatan yang ada, maka bukanlah hal yang mustahil SBMA akan menciptakan pertumbuhan kinerja yang sangat positif.

Secara teknikal, belum banyak yang dapat diamati karena status SBMA yang baru melaksanakan IPO. Saham SBMA sempat menyentuh level tertingginya yaitu di harga Rp560 pada perdagangan di tanggal 14 September 2021. Ketika menyentuh level tertinggi tersebut, SBMA telah naik sebanyak 127,65% semenjak IPO.

Kini terlihat secara volume, saham SBMA telah mengalami penurunan volume beli dan tertekan oleh tingginya tekanan volume jual, SBMA juga terlihat sedang menguji di level support nya yaitu Rp430.

DisclaimerInvestasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait