Ajaib.co.id – Di dunia barat, angka 13 yang jatuh pada hari Jumat dianggap merupakan faktor kesialan. Hal ini sudah muncul sejak abad ke-19, di mana friday 13th dianggap sebagai hari di mana tragedi akan terjadi. Tidak terkecuali di dunia pasar modal.
Sejarah Friday 13th
Sejak zaman dahulu, angka 13 sudah dianggap sebagai pembawa sial. Angka kesialan ini kini sering muncul dalam adopsi film-film horor seperti Friday the 13th.
Lalu, mengapa angka 13 memiliki konotasi negatif? Teori tertua datang salah satunya dari zaman abad pertengahan, di mana terjadi peristiwa malam Perjamuan Terakhir antara Yesus (Menurut Ajaran Agama Kristen) dan murid-muridnya.
Pada hari kamis, 13 orang termasuk Yesus melakukan perjamuan, namun kemudian esok harinya pada hari Jumat terjadi penyaliban Yesus. Hal ini salah satu awal dari penyebab mengapa tanggal 13 di hari Jumat dianggap sebagai hari pembawa sial.
Lalu, bagaimana dengan pasar modal? Salah satu kisah terkenal yang terjadi pada pasar modal adalah Friday 13th mini crash.
Peristiwa ini terjadi pada hari Jumat, 13 Oktober 1989, sebagai reaksi atas berita mengenai gagalnya aksi korporasi perjanjian leveraged buyout yang dilakukan oleh UAL Corporation (Induk usaha dari United Airlines).
Hal tersebut menyebabkan indeks Dow Jones Industrial Average turun sebanyak 190.58 poin atau sebanyak 6,91%. Lalu indeks NASDAQ turun sebanyak 14.90 poin atau turun sebanyak 3,09%.
Hal ini diakibatkan penurunan pada indeks Dow Jones Transportation yang turun sebanyak 5,26% pada 13 oktober, lalu turun kembali pada tanggal 15 sebanyak 7,26% total penurunan sebesar 12,13%.
Stock Market Anomalies
Sebelum membahas lebih jauh mengenai fenomena Friday 13th pada pasar modal, mari kita mengenal terlebih dahulu mengenai stock market anomalies.
Stock market anomalies atau keanehan pada pasar saham adalah kejadian yang terjadi diluar ekspetasi pasar.
Menurut Investopedia sendiri, terdapat 7 stock market anomalies yang kerap terjadi, yaitu (1) perusahaan kecil cenderung outperformed, (2) january effect, (3) low book value, (4) saham yang diacuhkan, (5) reversals, (6) the days of the week, (7) dogs of the dow.
The days of the week merupakan fenomena di mana harga saham cendrung lebih rendah di hari Senin daripada penutupan pada hari Jumat.
Banyak hipotesis mengapa hal ini dapat terjadi, seperti faktor psikologis di mana banyak orang tidak terlalu menyukai hari Senin dibandingkan hari Jumat yang di mana hari tersebut merupakan awal dari weekend.
Adapula yang menyebutkan bahwa perusahaan cendrung memberikan berita buruk di hari sore, oleh karena itu market baru dapat bereaksi di hari kerja berikutnya, yaitu Senin.
Anomali terjadi karena pergerakan saham, bergerak tidak sesuai dengan ekspetasi pasar. Anomali ini mengakibatkan teori Efficient Market Hypothesis (EMH) yang menyatakan bahwa market tidak bisa dikalahkan kurang tepat.
Hal ini dikarenakan di dunia nyata, banyak begitu faktor yang dapat menyebabkan kondisi saham berubah. Apalagi dengan kemajuan teknologi saat ini, semua orang dapat menerima informasi dengan sangat cepat.
Fenomena Friday the 13th di Pasar saham
Nah, sekarang kita sudah mengetahui, bahwa hari Jumat merupakan salah satu hari di mana peristiwa anomalies pasar terjadi, lantas, apakah hari Jumat tanggal 13 yang dianggap hari sial direspon oleh pasar saham secara negatif?
Untuk itu, mari kita lihat secara historis bagaimana pasar saham merespon fenomena Friday the 13th ini.
Berdasarkan laporan dari Barron, Friday 13th sama seperti hari-hari lainnya, tidak ada penurunan yang signifikan di hari tersebut.
Dari 157 hari Jumat tanggal 13 yang diobservasi, secara rata-rata S&P 500 malah mencatatkan kenaikan return.
Di India, berdasarkan laporan dari CNBC menemukan bahwa sejak tahun 2010 hingga 2021, terdapat 21 hari jumat tanggal 13, di mana harga saham turun sebanyak 10x, sementara 11x nya terjadi kenaikan harga saham.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Penulis menemukan bahwa sejak tahun 2015 hingga September 2021, terdapat 13 hari yang merupakan Friday 13th.
Sepanjang pengamatan penulis, ditemukan bahwa selama hari tersebut, IHSG mencatatkan kinerja positif sebanyak 6x, sedangkan sisanya tidak.
Di mana penurunan terendah terjadi pada tanggal 13 Mei 2016 di mana pada saat itu IHSG mengalami penurunan sebanyak 0,87%, sementara kenaikan tertinggi pada tanggal 13 Desember 2019, di mana IHSG mengalami kenaikan sebanyak 0,94%
Lalu, apakah hal ini menandakan apakah peristiwa Friday 13th benar adanya? Belum tentu, bisa saja hal tersebut terjadi karena kebetulan belaka, apalagi hari jumat merupakan salah satu hari yang rentan terjadi anomalies.
Untuk itu, ketika ingin berinvestasi, sebaiknya fokus kepada growth berkelanjutan dengan cara terus melakukan analisis, baik faktor fundamental perusahaan, maupun teknikal harga sahamnya.
Untuk mempermudah investor melakukan kedua hal tersebut, Ajaib Sekuritas Asia telah menyediakan fitur-fitur lengkap.
Misalnya seperti fitur Key Statistic, yaitu fitur profil setiap emiten lengkap dengan rasio keuangan untuk memudahkan investor melakukan analisis secara fundamental.
Selain itu, terdapat juga fitur Analysis, yaitu fitur forum terintegrasi yang memudahkan sesama investor untuk saling berdiskusi terkait suatu saham.
Jadi tunggu apalagi? Yuk, mulai investasi saham bersama Ajaib sekarang juga!
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.