Berita

Modal Asing Masuk, Pasar Modal Semakin Kuat

Sumber: Unsplash

Ajaib.co.id – Jumlah modal asing masuk atau capital inflow ke pasar keuangan Indonesia selama periode 30 Agustus hingga 2 September 2021 tercatat mencapai Rp11,63 triliun.

Nilai ini melanjutkan tren peningkatan capital inflow pada pekan-pekan sebelumnya yaitu dari senilai Rp3,49 triliun pada periode 16-19 Agustus 2021, menjadi lebih dari dua kali lipat pada periode 23-26 Agustus 2021 yaitu mencapai sebesar Rp7,67 triliun.

Bank Indonesia memaparkan, berdasarkan data transaksi nonresiden di pasar keuangan dalam negeri, capital inflow sebesar Rp11,63 triliun itu meliputi beli neto Rp10,57 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan beli neto di instrument investasi saham mencapai Rp1,06 triliun.

“Alhasil data Settlement selama 2021 atau year to date (YtD), nonresiden beli neto mencapai senilai Rp27,24 triliun,” tutur Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.

Kemudian, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Hariyadi Ramelan mengungkapkan, masuknya aliran masuk modal asing pada pekan lalu tersebut disebabkan oleh berkurangnya suplai SBN menyusul ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama (SKB) III antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI, pada tanggal 23 Agustus 2021 silam.

SKB III ini berisi penguatan kerja sama berbagi beban (Burden Sharing) dalam pembiayaan sektor kesehatan dan kemanusiaan sebagai dampak COVID-19.

“Penyebab aliran modal asing masuk (capital inflow) adalah berkurangnya supply SBN sebagai akibat dari SKB III, di mana proses pembelian SBN dilakukan via private placement. Alhasil, harga SBN 10 tahun terus naik dan yield-nya turun ke level 6,02%,” tutur Hariyadi kepada Investor Daily, akhir pekan lalu.

Seiring dengan masuknya dana asing tersebut, Premi Risiko Investasi (CDS) atau credit default swaps Indonesia lima tahun turun ke level 65,99 Bps per 2 September 2021 dari sebelumnya 69,89 Bps per 27 Agustus 2021.

CDS merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui risiko berinvestasi di instrumen SBN. Bila level CDS membesar, maka risiko berinvestasi di SBN dinilai semakin tinggi. Sebaliknya, jika skor CDS mengecil, risiko investasi dinilai semakin rendah.

Sementara tingkat yield SBN tenor 10 tahun pada Jumat (3/9) stabil di level 6,09%, naik dari level sehari sebelumnya yang di level 6,08%. Sedangkan yield surat utang AS atau US Treasury 10 tahun turun ke level 1,284% pada Kamis (2/9).

“Rupiah menguat dalam sepekan terakhir, CDS RI turun menjadi 65,99 Bps, serta yield spread 481 Bps dibandingkan US Treasury 10 tahun. Ini masih attractive,” lanjut Hariyadi.

Rupiah yang menguat dan masuknya aliran modal asing itu ditopang oleh hasil ekspor dan tambahan alokasi dari Special Drawing Rights (SDR) serta pinjaman program.

Semua ini akan menopang peningkatan cadangan devisa pada akhir Agustus 2021 yang diperkirakan akan berada di atas US$140 miliar atau meningkat dibandingkan posisi cadangan devisa (CADEV) akhir Juli 2021 yang tercatat US$137,3 miliar.

Sebelumnya, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menuturkan, berbagai indikator di sektor keuangan terus membaik, di tengah berbagai langkah berbagai kebijakan moneter dan dukungan sisi likuiditas yang dilakukan bank sentral.

“Indikator di sektor keuangan juga mulai membaik, nilai tukar stabil, kesehatan di sektor keuangan juga membaik. Kalau kita lihat, kondisi sektor perbankan dan sektor pasar surat berharga cukup positif,” tutur beliau.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, derasnya capital inflow yang utama disebabkan oleh faktor peningkatan harga saham emiten berbasis komoditas serta emiten teknologi. “Jadi, reaksi investor di pasar surat utang dan pasar saham cenderung berkebalikan,” tuturnya.

Sumber: Penguatan Aliran Masuk Modal Asing Berlanjut, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait