Saham

Memahami Siklus Pasar Saham, Kunci Cuan Optimal Trader

Ajaib.co.id – Dalam ulasan pasar para pakar, kita sering mendengar paparan prediksi seperti “bulan depan saham sektor itu akan naik” atau “sebaiknya siap-siap take profit karena saham ini dalam waktu dekat bakal terkoreksi”. Seolah-olah ramalan mistis, tapi sebenarnya berlandaskan pada ilmu tentang siklus pasar saham yang seratus persen logis.

Hidup Ibarat Roda yang Berputar

Pernahkan kamu mendengar pepatah “hidup ibarat roda yang berputar, kadang di atas, kadang di bawah”? Dinamika seperti ini juga terjadi dalam perekonomian secara makro maupun bisnis perusahaan secara mikro.

Perekonomian akan bertumbuh, lalu memuncak, kemudian melemah dan terpuruk dalam resesi. Seusai resesi, perekonomian bangkit dan bertumbuh lagi hingga mencapai puncak kemakmuran baru. Demikianlah naik-turun terus berlanjut sepanjang sejarah hingga kini.

Banyak investor dan trader yang luput mengenali pada tahap apa siklus ekonomi saat ini, sehingga gagal mengantisipasi tahap berikutnya. Padahal, naik-turun kinerja bisnis sering terpengaruh oleh tahap siklus yang sedang berlangsung.

Umpamanya bidang usaha yang naik pamor ketika pertumbuhan ekonomi pesat antara lain properti, konstruksi, dan tambang. Sedangkan ketika perekonomian sedang mengalami resesi, bidang usaha yang paling mampu bertahan justru yang berkaitan dengan kebutuhan pokok seperti pangan dan kesehatan.

Seorang investor yang bijak akan membeli properti saat perekonomian lesu, kemudian menjualnya setelah pertumbuhan ekonomi sudah memuncak kembali. Sebaliknya, seorang investor yang gegabah mungkin justru membeli properti pada harga mahal saat perekonomian jaya dan kemudian menjualnya dengan harga murah saat terjadi resesi.

Empat Fase dalam Siklus Pasar Saham

Pasar saham juga memiliki siklusnya sendiri. Siklus pasar saham terdiri atas empat fase, yakni akumulasi, mark-up, distribusi, dan mark-down. Pemahaman mengenai masing-masing fase dalam siklus pasar saham dapat membantu trader untuk memperoleh cuan yang lebih optimal.

1. Fase Akumulasi

Fase ini terjadi ketika pasar sudah jatuh sampai rentang terendahnya. Sentimen pasar secara umum masih bearish, tetapi valuasi saham-saham berkualitas sudah mencapai tingkat yang dianggap murah (undervalue) dan menarik untuk dibeli.

Para manajer investasi, trader berpengalaman, dan value investor mulai memborong saham-saham berkualitas yang berharga diskon tersebut.

Pada fase ini, berita-berita ekonomi mungkin masih terdengar sangat buruk. Banyak pemain ritel yang sudah putus asa karena harga saham terlalu lama melempem, sehingga memutuskan untuk melepas portofolionya dengan harga murah.

Tapi, para pemain besar justru mulai mengakumulasi. Sentimen pasar pun perlahan-lahan mulai bergeser dari negatif menjadi netral.

2. Fase Mark-up

Pada tahap ini, pasar sudah stabil selama beberapa waktu dan mulai bergerak naik. Para trader teknikal mulai hajar kanan untuk mengikuti jejak para pemain besar tadi, sehingga sentimen pasar menjadi semakin positif.

Media massa mulai mendiskusikan tentang kemungkinan bahwa “situasi terburuk sudah berlalu”, meskipun data-data ekonomi seperti tingkat pengangguran dan PDB masih lesu. Semakin banyak pemain ritel yang ikut-ikutan memborong saham gara-gara FOMO (Fear of Missing Out), alias takut ketinggalan kereta.

Volume perdagangan pasar saham melonjak signifikan, sehingga valuasi saham mulai mendaki ke tingkat yang terlalu mahal. Sentimen pasar berbalik 180 derajat dari netral menjadi bullish di tengah euforia yang membubung tinggi.

Grafik pergerakan harga saham biasanya menampilkan kenaikan yang sangat drastis, lebih tinggi daripada sebelumnya. Sementara itu, para pemain besar justru diam-diam mulai melepas investasi saham yang dimilikinya.

3. Fase Distribusi

Aksi jual mendominasi fase distribusi. Sentimen bullish pada fase mark-up mulai goyah, sehingga pergerakan harga mungkin hanya naik-turun saja dalam rentang terbatas (sideways) selama beberapa pekan atau bahkan beberapa bulan.

Fase distribusi bisa berlangsung dalam waktu singkat maupun lama, ditandai oleh kekhawatiran pasar yang berbaur dengan harapan berlebihan. Valuasi saham bisa jadi sangat ekstrem; sebagian terlalu murah dan lainnya terlalu mahal.

Para value investor biasanya memilih untuk menjauh dari pasar dulu pada masa-masa ini. Di sisi lain, para trader mungkin memilih untuk menjual sahamnya pada harga impas (break-even) atau justru sudah mulai cut loss.

Sentimen pasar bergejolak terus hingga muncul suatu kabar tentang isu fundamental ekonomi yang benar-benar buruk

4. Fase Mark-down

Fase Mark-down merupakan masa-masa paling menyakitkan di mana banyak trader memiliki koleksi portofolio yang hampir seluruhnya berisi saham nyangkut. Mereka mungkin terlambat take profit pada fase sebelumnya, atau bersikeras menolak cut loss dengan harapan kondisi pasar akan segera pulih.

Ketika pasar jatuh lebih dalam lagi, banyak trader yang membeli saham pada fase distribusi terpaksa mulai menjual koleksinya. Tapi aksi jual ini justru menjadi sinyal bagi para pemain besar bahwa tren bearish pasar mungkin sudah mencapai dasar (bottom) dan akan segera berbalik naik lagi.

Jadi ketika sebagian orang menjual sahamnya pada fase Mark-down, sebagian yang lain malah ambil ancang-ancang untuk segera beli saham incarannya pada fase akumulasi yang akan tiba berikutnya.

Menentukan Waktu Beli/Jual Berdasarkan Siklus Pasar Saham

Dari paparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa fase akumulasi merupakan waktu yang paling tepat untuk membeli saham. Sedangkan tahap terakhir fase mark-up merupakan waktu yang paling tepat untuk menjual saham.

Trader dapat mengoptimalkan cuan dengan mengenali setiap fase ini, kemudian bersabar hingga tiba waktu yang tepat untuk mengeksekusi keputusan jual maupun beli.

Tidak ada aturan baku tentang berapa lama suatu siklus pasar saham akan berlangsung, sehingga identifikasinya membutuhkan analisis pasar. Trader teknikal biasanya memantau naik-turun grafik harga.

Investor akan mengamati perubahan-perubahan fundamental ekonomi dari waktu ke waktu. Sedangkan pengamat bandarmologi memonitor volume jual/beli asing dan perusahaan sekuritas tertentu.

Artikel Terkait