Bisnis & Kerja Sampingan, Saham

Bagaimana Kabar Bisnis Blue Bird Pasca-Pandemi?

Ajaib.co.id – Siapa yang belum pernah mendengar nama taksi Blue Bird? Bagi Baby Boomers maupun Millenial, merek Blue Bird identik dengan taksi populer yang menjadi pilihan utama ke mana pun kita akan bepergian. Kejayaan taksi Blue Bird mencapai titik kulminasinya ketika perusahaan go public pada tanggal 5 November 2014. 

Setelah IPO pada harga Rp6.500 per lembar, saham berkode BIRD ini langsung meroket. Dalam tempo kurang dari tiga bulan berikutnya, harga saham menggapai rekor tertinggi sepanjang masa pada level Rp12.500. Namun, harga saham Blue Bird selanjutnya anjlok nonstop.

Saat IHSG anjlok akibat pandemi COVID-19 pada Maret 2020, saham BIRD tersungkur ke kisaran Rp1000 per lembar dan belum mampu bangkit signifikan hingga awal tahun 2021 ini.

20210203-bagaimana-kabar-bisnis-blue-bird-2

Kejatuhan harga saham Blue Bird sebenarnya bukan sesuatu yang mengherankan. Seiring dengan naik daunnya transportasi online seperti Uber, Gojek dan Grab, bisnis taksi konvensional berubah menjadi sunset industry -industri yang berpotensi tergusur oleh revolusi industri 4.0-. Saham taksi lain yang terdaftar di BEI, PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) bahkan sudah “tenggelam” pada level gocap sejak Juni 2019. 

Blue Bird tergolong lebih berhasil bertahan dibanding para pesaingnya berkat beragam inisiatif perusahaan untuk “mendigitalkan” bisnis taksi-nya maupun memperluas jangkauan ke segmen menengah-atas.

Blue Bird berupaya mengembangkan aplikasi sendiri sembari bekerjasama dengan Gojek sejak 2017 agar taksi Blue Bird dapat “dipanggil” pula dengan aplikasi ojol dan taksol besutan anak negeri itu. Blue Bird juga semakin luas mempromosikan bisnis sewa limousine dan charter bus.

Pertanyaannya, bagaimana kabar bisnis Blue Bird sekarang? Masih adakah peluangnya untuk bangkit, atau akankah saham ini terjungkal lagi? Mari kita bahas lebih lanjut.

Bisnis Blue Bird Setelah Pandemi COVID-19

Gara-gara COVID-19, industri transportasi domestik maupun lintas negara sama-sama tumbang. Tak terkecuali, bisnis taksi dalam negeri Indonesia. Alhasil, perusahaan-perusahaan transportasi terpaksa menanggung kerugian dalam jumlah fantastis.

Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Noni Purnomo, mengatakan dalam sebuah acara Stadium Generale yang digelar oleh Binus University secara virtual (CNBC, 16/6/20), “Februari Alhamdulillah Blue Bird revenue-nya lebih baik dibandingkan tahun lalu. Tetapi ternyata pada bulan Maret langsung turun 50%, bulan April langsung turun 70%. Jadi kita memang menghadapi suatu krisis yang real.” 

Laporan keuangan Blue Bird untuk kuartal III/2020 menunjukkan kerugian tahun berjalan sebesar Rp156,01 miliar. Earning per Share (EPS) tumbang menjadi -83 saja, padahal perusahaan sempat mencetak EPS 126 pada akhir tahun 2019. Net Profit Margin (NPM) menjadi -10,05% dan Price Earning Ratio (PER) untuk saham Blue Bird ikut ambruk ke -15,40x.

Untungnya, rasio kas Blue Bird masih cukup bagus pada level 116,99% dan rasio utangnya tetap rendah pada level 42,68%. Dengan kata lain, perusahaan masih going concern meski kinerja dan profitabilitasnya memburuk.

Strategi Bisnis Blue Bird di Era New Normal

Dimulainya era New Normal tidak serta-merta “menormalkan” bisnis transportasi. Sebagian masyarakat tetap enggan bepergian dengan angkutan umum, atau setidaknya mengurangi frekuensi bepergian mereka demi membatasi kontak langsung dengan orang lain. Sebagian masyarakat lainnya masih menjalankan kerja dari rumah (Work from Home), sehingga tidak perlu bepergian setiap hari. 

Bagaimana solusi Blue Bird untuk memulihkan bisnisnya? Ada beberapa strategi yang diterapkan manajemen Blue Bird. Antara lain:

1. Investasi Teknologi

Blue Bird berfokus untuk berinvestasi pada sisi teknologi, termasuk mempromosikan penggunaan aplikasi MyBlueBird dan mengalihkan metode pembayaran ke non tunai (cashless). Pembayaran non tunai pada taksi Blue Bird kini dapat dilakukan baik dengan scan QR Code pada aplikasi maupun gesek EDC. Hal ini selaras dengan perubahan perilaku pelanggan dan visi masyarakat non tunai (Cashless Society) yang menjadi konsekuensi dari revolusi industri 4.0.

2. Ekspansi ke Bisnis Logistik

Blue Bird mulai memasuki bisnis logistik ritel dan business to business (B2B). Layanan bertajuk BirdKirim ini telah tersedia sebagai salah satu fitur pada aplikasi MyBluebird sejak September 2020. Teknis penggunaannya tak jauh berbeda dengan tata cara pengiriman online lain.

Setelah klik opsi layanan BirdKirim pada aplikasi, konsumen cukup mengisi detail Pickup (titik jemput) dan Destination (tujuan). Aplikasi selanjutnya akan menunjukkan nominal harga berdasarkan Fixed Price (harga pasti), kemudian pembayaran dapat dilakukan melalui metode tunai ataupun non-tunai. Pengemudi Blue Bird akan mengambil dan mengantarkan barang sesuai instruksi konsumen.

3. Menambah Armada Mobil Listrik

Blue Bird akan melanjutkan rencana penambahan mobil listrik yang sempat tertunda akibat pandemi COVID-19. Saat ini, perusahaan baru mengujicobakan 30 mobil listrik. Tapi sebagaimana diberitakan Kontan (17/12/2020), perusahaan akan menghadirkan taksi listrik sebanyak 10.000 unit hingga tahun 2025 mendatang. 

Blue Bird menilai uji coba mobil listrik-nya berlangsung dengan baik. Penggunaan mobil listrik lebih ramah lingkungan, sekaligus mengurangi biaya perawatan dan pemeliharaan kendaraan. Beban BBM juga berkurang signifikan. Dengan kata lain, penambahan armada mobil listrik memungkinkan efisiensi usaha ke depan yang lebih baik lagi.. 

Apakah kinerja Blue Bird akan naik lagi setelah melaksanakan beragam siasat ini? Kita sebagai investor masih perlu wait and see. Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah Blue Bird akan sukses atau tidak.

Yang jelas, perusahaan masih berada dalam situasi pelik. Pantau terus laporan keuangan Blue Bird berikutnya untuk mengukur seberapa sukses berbagai upaya yang digencarkan oleh emiten saham taksi terbesar Indonesia ini.

Sumber: Blue Bird (BIRD) siapkan armada 10.000 taksi listrik di tahun 2025, Bisnis Taksi Blue Bird Rontok 70% Dihantam Corona, Blue Bird (BIRD) Masuk Bisnis Baru, Ini Strateginya, dan Janji Siap Ekspansi 2021, Blue Bird Baru Pakai Capex Rp 500 M, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait