Ajaib.co.id – Awal tahun 2021 ini, IHSG sempat terpuruk lagi setelah sempat meroket pesat sepanjang paruh kedua tahun lalu. Dalam kurun waktu bersamaan, mulai viral keluhan para trader dan investor pemula yang kebingungan karena modal investasinya menggunakan uang pinjaman dan dana panas lain. Uang harus dikembalikan dalam waktu dekat, padahal sahamnya sedang buntung.
Ada yang mengaku memanfaatkan uang arisan dan uang titipan ibu-ibu PKK untuk beli saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF), kemudian kebingungan karena saham tersebut sudah minus nyaris 25 persen. Ada juga yang sampai menggadaikan tanah dan BPKB mobil untuk membeli saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA).
Lebih buruk lagi, ada yang meminjam Rp170 juta dari 10 aplikasi pinjaman online (pinjol) untuk dibelikan saham PT Antam Tbk sebanyak 500 lot. Artinya ia memborong saham ANTM dengan harga rata-rata di atas Rp3000 per lembar, padahal harga saham ANTM berselang beberapa hari kemudian jatuh ke bawah Rp2700 per lembar.
Menanggapi keluhan-keluhan viral ini, para pakar saham dan investor yang lebih berpengalaman lantas memperingatkan publik agar jangan menggunakan dana pinjaman untuk investasi saham. Seandainya kamu bertanya pada investor mana saja tentang “bolehkah memakai uang pinjaman (utang) untuk investasi saham?” Jawabannya sudah pasti tidak boleh.
Ini sebenarnya pengetahuan lazim di kalangan investor sejak dahulu kala, tetapi pemula sering mengabaikannya. Bisa jadi karena menyaksikan pasar sedang bullish lalu tergiur untuk terjun secepatnya. Bisa jadi juga karena terhasut selebgram yang mempromosikan saham tertentu. Padahal, para investor legendaris yang jauh lebih berpengalaman seperti Lo Kheng Hong dan Warren Buffet saja melarang penggunaan uang pinjaman untuk investasi.
Risiko Menggunakan Uang Pinjaman untuk Investasi Saham
Lo Kheng Hong, tokoh investor ternama Indonesia yang dahulu pernah berprofesi sebagai karyawan bank, mengatakan kepada CNBC Indonesia (25/1/2021), “Jangan membeli saham dengan hutang karena harus membayar bunga yang tinggi, belum lagi kalau saham yang dibeli harganya turun.”
“Saya sendiri tidak berani membeli saham dengan utang,” imbuh Lo. Ia dahulu merintis portofolio investasi saham pertamanya dengan cara menyisihkan gaji setiap bulan.
Warren Buffett yang sering disebut-sebut sebagai salah satu investor terbaik di dunia, menyampaikan pendapat senada dalam sebuah surat yang dikirimkannya kepada pemegang saham Berkshire Hathaway beberapa tahun lalu (2017-2018). Dalam surat tersebut, Ia menunjukkan data historis harga saham Berkshire yang pernah beberapa kali menurun hingga 37%-59% selama lima dekade terakhir.
“Tabel ini menawarkan argumen terkuat yang dapat saya kemukakan untuk menentang penggunaan uang pinjaman untuk membeli saham. Tidak ada yang tahu seberapa jauh saham bisa jatuh dalam waktu singkat.
Bahkan jika pinjaman Anda kecil dan posisi Anda tidak segera terancam oleh pasar yang terjun bebas, pikiran Anda mungkin akan diguncang oleh berita-berita yang menakutkan dan komentar yang tanpa henti. Dan pikiran yang tidak tenang tidak akan menghasilkan keputusan yang baik.” ungkap Buffett.
Pada dasarnya, ada tiga risiko menggunakan uang pinjaman (utang) untuk investasi saham:
- Harga saham dapat menurun sewaktu-waktu dalam waktu singkat. Meski kinerja perusahaan yang baik mendukung kenaikannya dalam jangka panjang, harga saham tetap bisa jatuh karena beragam faktor dalam jangka pendek.
- Potensi keuntungan saham kelak belum dapat dipastikan jumlahnya, sedangkan pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman cukup ketat dalam jangka waktu lebih singkat. Dengan sudut pandang ini, meminjam uang untuk berinvestasi saham akan membawa konsekuensi yang sama saja dengan berjudi.
- Kondisi psikologis orang yang berinvestasi menggunakan uang pinjaman dan dana panas lain biasanya lebih buruk ketimbang orang yang sudah menyisihkan “uang dingin” khusus untuk berinvestasi. Uang dingin adalah uang yang belum ada peruntukannya dalam waktu dekat dan tidak dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebagai gambaran sederhana, coba bayangkan seandainya kamu dan temanmu pergi pelesir ke Raja Ampat selama sepekan. Kamu pergi menggunakan uang pinjaman online, sedangkan temanmu memakai anggaran khusus untuk berwisata.
Temanmu mungkin akan lebih menikmati liburannya daripada kamu yang harus memutar otak guna menemukan cara melunasi utangmu seusai liburan. Ketika berinvestasi ataupun bertrading saham, beban pikiran seperti ini bisa berakibat lebih fatal.
Tips Menyiapkan Modal Investasi Saham yang Tepat
Investor pemula mungkin tergoda untuk investasi saham pakai uang pinjaman, karena belum memiliki dana memadai. Padahal, ada banyak cara menyiapkan modal investasi saham yang lebih tepat.
Kamu bisa meniru Lo Kheng Hong yang menyisihkan sejumlah dana dari gaji bulanannya selama masih menjadi karyawan kantoran. Jika tidak punya profesi bergaji tetap, kamu juga tetap bisa menabung langsung setelah menerima gaji (sebelum dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan lain). Tentukan saja persentase tertentu yang sesuai dengan anggaranmu, misalnya 10 persen atau 20 persen dari pendapatan.
Selagi masih menghimpun modal, kamu dapat membuka rekening reksa dana pada aplikasi Ajaib. Setorkan dana yang kamu sisihkan tadi secara rutin ke dalam produk reksa dana pasar uang.
Reksa dana pasar uang di aplikasi Ajaib hanya membutuhkan modal awal mulai dari Rp10.000 saja, jadi kamu bisa mulai sekarang juga. Dana kamu dalam reksa dana tersebut berpotensi untuk terus bertumbuh secara stabil dengan risiko sangat rendah, bebas dari biaya administrasi yang biasanya dikenakan oleh bank.
Setelah terkumpul dana yang mencukupi untuk membeli saham favoritmu, buka rekening efek pada aplikasi Ajaib. Tarik uang yang disisihkan dari reksa dana tadi, lalu pindahkan ke rekening efek kamu.
Strategi menghimpun modal investasi ini mungkin akan butuh waktu lama, tergantung berapa besar dana yang bisa kamu sisihkan secara rutin. Tapi setidaknya kamu akan terhindar dari beban bunga berbunga dan ancaman utang pinjol atau kartu kredit yang dapat mengakibatkan kebangkrutan.
Kamu juga bisa meningkatkan wawasan tentang dunia investasi saham dulu sembari mengakumulasi modal. Berinvestasi dengan wawasan yang matang tentunya lebih profitable daripada berinvestasi dengan wawasan pas-pasan.