Investor Saham Pemula

Strategi Buy to Cover dalam Trading

Strategi Buy to Cover dalam Trading

Buy to cover mungkin terdengar asing bagi orang awam. Tapi jangan salah, strategi buy to cover dalam trading bisa menjadi andalan untuk mengatur posisi short dengan cermat. Strategi buy to cover ini cocok bagi trader yang aktif dalam pasar yang volatil.

Pengertian Buy to Cover dan Contohnya

Menurut Corporate Finance Institute, buy to cover adalah perintah beli untuk menutup posisi short pada saham atau aset tertentu. Dalam praktik short selling, seorang trader meminjam saham dari broker untuk dijual di harga pasar saat ini. Harapannya harga akan turun dan bisa dibeli kembali di harga lebih rendah. 

Buy to cover dalam trading memungkinkan trader untuk membeli kembali saham yang sebelumnya dijual. Sehingga posisi short dapat ditutup dan saham dikembalikan ke broker yang meminjamkan.

Jika harga benar-benar turun, keuntungan dapat diraih. Namun, jika harga naik trader menghadapi potensi kerugian dan mungkin perlu segera melakukan buy to cover untuk menghindari margin call dari broker.

Risiko short selling memang tinggi karena harga saham yang naik malah bisa menambah kerugian. Broker dapat melakukan margin call, yaitu permintaan dana tambahan untuk menutupi potensi rugi. 

Jika dana tidak mencukupi, trader mungkin terpaksa menjual aset lain atau menghadapi penutupan posisi secara paksa oleh broker. Oleh karena itu, buy to cover bukan sekadar langkah penutup, melainkan bagian dari manajemen risiko dalam trading short.

Contoh buy to cover diantaranya ketika trader membuka posisi short pada suatu saham dengan meminjam dan menjual 100 saham di harga Rp50.000. Total harganya adalah Rp5.000.000. 

Ketika harga turun ke Rp40.000, trader tersebut melakukan buy to cover dengan membeli kembali saham di harga Rp4.000.000. Sehingga ia mendapat keuntungan Rp1.000.000 dari selisih harga. Namun, jika harga saham justru naik, ia harus buy to cover di harga lebih tinggi untuk menghindari kerugian lebih besar.

Jadi, kapan buy to cover sebaiknya dilakukan? Selain menghindari margin call, buy to cover juga bermanfaat untuk menutup posisi jika arah harga berlawanan dengan perkiraan. Trader bisa langsung membeli kembali saham untuk menghindari potensi kerugian yang lebih besar. 

Baca Juga: Apa Itu Buy to Close dalam Trading?

Potensi Keuntungan dan Risiko Strategi Buy to Cover

Setiap strategi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, termasuk strategi buy to cover dalam trading. Berikut potensi keuntungan dan risiko buy to cover yang perlu kita ketahui agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

Potensi Keuntungan Strategi Buy to Cover

1. Mengurangi Kerugian Saat Harga Naik

Buy to cover membantu trader menutup posisi short dengan cepat saat harga saham mulai naik. Dengan cara ini, trader dapat meminimalisir potensi kerugian yang bisa terjadi jika pasar terus naik melebihi prediksi awal.

2. Memanfaatkan Penurunan Harga

Strategi ini memungkinkan trader mengambil keuntungan dari penurunan harga saham. Saat harga turun sesuai harapan, trader bisa membeli kembali saham dengan harga lebih rendah dari harga jual awalnya. Aksi ini menghasilkan keuntungan dari selisih harga tersebut.

3. Mengendalikan Risiko Pasar yang Fluktuatif

Dalam kondisi pasar yang tidak menentu, buy to cover menawarkan fleksibilitas bagi trader untuk segera menutup posisi short jika kondisi berbalik arah. Ini membantu trader menjaga modal dengan lebih baik saat volatilitas pasar tinggi.

4. Meningkatkan Likuiditas Portofolio

Dengan menutup posisi short melalui buy to cover, trader dapat segera membebaskan modal untuk digunakan dalam transaksi lain. Hal ini membantu menjaga likuiditas portofolio dan memungkinkan diversifikasi investasi yang lebih baik.

5. Strategi Proteksi dalam Trading

Buy to cover juga berfungsi sebagai langkah proteksi, terutama saat pasar bergerak tidak sesuai prediksi. Dengan menutup posisi short secara tepat waktu, trader dapat melindungi diri dari potensi kerugian yang lebih besar.

Baca Juga: Strategi Bird In Hand dalam Investasi

Risiko Strategi Buy to Cover

1. Biaya Transaksi yang Bertambah

Setiap kali melakukan buy to cover, trader dikenakan biaya transaksi tambahan. Jika dilakukan terlalu sering, biaya ini dapat menumpuk dan mengurangi potensi keuntungan, terutama dalam jangka panjang.

2. Keterbatasan Waktu dalam Menutup Posisi

Timing sangat penting pada strategi buy to cover dalam trading. Jika trader tidak menutup posisi pada waktu yang tepat, fluktuasi harga yang cepat bisa membuat kerugian semakin besar. Apalagi untuk saham-saham dengan volatilitas tinggi.

3. Eksposur ke Risiko Pasar yang Tak Terduga

Pergerakan pasar yang tiba-tiba akibat berita atau perubahan ekonomi dapat meningkatkan risiko dalam buy to cover. Kondisi pasar yang tak terduga ini bisa mengubah arah harga secara drastis, sehingga meningkatkan potensi kerugian.Bagi trader yang sering menghadapi pergerakan harga tak terduga, strategi buy to cover dapat membantu. Misalnya ketika baru saja melakukan short pada saham tertentu, lalu di tengah perjalanan muncul sinyal kalau harga mungkin akan berbalik naik. Apa langkah selanjutnya? Di sinilah buy to cover berperan.

Artikel Terkait