Ajaib.co.id – PT Gunung Raja Paksi Tbk dengan kode saham GGRP merupakan perusahaan yang bergerak di industri besi dan baja. GGRP sendiri didirikan pada tahun 1990 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2000 dengan kegiatan utama yaitu peleburan dan penggilingan baja atau furnace & steel rolling. Hasil produksi GGRP meliputi baja batangan, baja lembaran, baja gulungan, dan baja profil.
Adapun jenis produk yang dimaksud seperti Slab, Billet, Beam Blank, Bloom, Hot Rolled Plate & Coil, Angle, WF, H-Beam dan produk turunannya dengan total lebih dari 30 jenis produk. Mayoritas pemegang saham GGRP dimiliki oleh Limiwaty Lie dengan 19,37 persen kepemilikan.
Pada dasarnya, saham GGRP terbilang baru diperdagangkan secara publik melalui bursa saham yaitu sejak September 2019 dengan harga penawaran sebesar Rp840 per lembar saham.
Saat ini harga saham GGRP masih terus melemah dari harga penawaran. Pada perdagangan 1 April 2021 lalu, harga saham GGRP ditutup di angka Rp382 per lembar saham. Mengingat, saham GGRP yang belum 2 tahun melantai di bursa, lalu harga sahamnya kini melemah, apakah saham ini layak dikoleksi?
Bagaimana dengan fundamental perusahaan dan rencana bisnis yang akan diambil di tengah-tengah kondisi baru melantai di bursa, lalu dihadapkan dengan masa pandemi? Mari kita bedah kinerja sahamnya.
Pandemi Bikin Kinerja GGRP Melemah Hingga Kuartal Ketiga Tahun 2020
Tidak bisa dipungkiri jika GGRP berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan setelah berhasil mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia. Beberapa bulan berselang, bisnis diterpa masa pandemi yang melemahkan hampir semua bisnis di Indonesia termasuk GGRP.
Namun, perseroan mampu bertahan dengan membukukan pendapatan hingga kuartal ketiga tahun 2020 sebesar USD467,48 juta.
Realisasi ini turun 23 persen dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya mencapai USD610,91 juta. Dengan raihan tersebut, GGRP harus membukukan kerugian bersih periode berjalan mencapai USD14,95 juta yang berbanding terbalik dengan periode sama di tahun sebelumnya mencatatkan laba bersih sebesar USD3,1 juta.
Menurut pihak GGRP, penurunan kinerja di sepanjang sembilan bulan pertama di tahun 2020 disebabkan oleh masa pandemi Covid-19. Namun, secara kuartal bisnis GGRP masih dalam keadaan positif dan terjadi pemulihan kinerja pada volume penjualan di kuartal ketiga tahun 2020.
Periode Juli hingga September 2020, penjualan mencapai 256.465 ton baja yang naik 19,51 persen dibanding realisasi kuartal kedua sebesar 214.595 ton baja. Dengan begitu, akumulasi penjualan GGRP dalam sembilan bulan pertama di tahun 2020 mencapai 789.519 ton baja
Bisnis GGRP yang Cukup Baik dalam 5 Tahun Terakhir
Terlepas dari GGRP yang baru melantai di bursa saham pada tahun 2019, dalam 5 tahun terakhir kinerja keuangan cukup positif, walaupun catatan penjualan dan laba masih yang belum konsisten.
Adapun data ikhtisar keuangan berdasarkan informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut (dalam USD):
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan GGRP dari sisi penjualan memang belum konsisten. Ditambah catatan keuntungan yang juga belum konsisten dan di tahun 2019, GGRP harus mencatatkan kerugian. Hal tersebut terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja bisnis.
Pada tahun 2019 sendiri catatan kerugian dialami GGRP karena adanya penurunan pendapatan mencapai 5 persen. Di mana, penurunan didominasi oleh penjualan baja lembaran dan diikuti penjualan baja batangan. Selain itu, kerugian yang dialami juga disebabkan oleh kerugian selisih kurs yang membengkak mencapai 9,54 juta USD.
Mengacu pada rasio keuangannya, kondisi bisnis GGRP di tahun 2019 memang sedang tidak sehat. Berikut data berdasarkan ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 dari informasi finansial perseroan:
Rencana Bisnis GGRP untuk Menumbuhkan Kinerja Keuangan di Tahun 2021
Walaupun saham GGRP sendiri baru memasuki tahun kedua melantai di bursa pada September 2019 mendatang, namun menerapkan strategi yang tepat untuk rencana bisnis ke depannya bukanlah sesuatu yang sulit dilakukan.
Apalagi rencana bisnis yang nantinya akan diterapkan bisa menjadi salah satu alasan saham GGRP layak untuk dikoleksi oleh para investor.
Di tahun 2021, GGRP masih fokus dengan peningkatan fasilitas produksi Light and Medium Section Mill. Di mana, hal tersebut merupakan ekspansi dalam rencana investasi multi tahun yang membutuhkan anggaran mencapai Rp6,8 triliun.
Investasi multi tahun ini meliputi periode 2018 hingga 2023 yaitu blast furnace yang tengah dalam tahap penyelesaian konstruksi serta instalasi.
GGRP membutuhkan capex untuk tahun 2021 mencapai USD60 juta atau setara Rp840,54 miliar yang berasal dari pembiayaan jangka panjang luar negeri melalui Export Credit Agency dan kas perusahaan. Di samping itu, target produk di tahun ini mencapai 1,1 juta ton dengan produk baja I H section dengan kapasitas sebelumnya sebanyak 480.000 MT menjadi 980.000 MT.
Nantinya ekspansi ini mampu memperbesar jumlah produksi. Ditambah harapan permintaan baja akan membaik di tahun ini dan di tahun mendatang. Selain itu, pihak GGRP juga menyampaikan bahwa perseroan akan mengoptimalkan efisiensi kerja dalam mencari pangsa pasar baru baik skala domestik hingga mancanegara.
Apalagi didukung dengan perseroan yang telah memperoleh sertifikasi dari Los Angeles Department of Building and Safety pada Oktober 2020 lalu. Dengan begitu, proses ekspor ke Amerika Serikat bisa berjalan lancar.
Namun, GGRP juga tetap waspada dengan ekonomi global yang masih belum pasti sehubungan dengan masa pandemi covid-19 dan ketegangan antara AS dengan China.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.