Saham

APD dan Masker Sritex Laris, Bagaimana Kinerja Saham SRIL?

saham-sril

Ajaib.co.id – Penjualan Alat Pelindung Diri (APD) dan masker Sritex hingga 31 Maret 2020 mencapai 20 juta dolar AS. Masker kain anti microbial yang bisa dipakai ulang itu berhasil menopang kinerja keuangan perusahaan ini ketika industri didera wabah Virus Corona. Namun bagaiman dampaknya pada kinerja emiten ini di pasar saham?

Ketika pandemi Corona merebak, kebutuhan masker dan APD meningkat. Bukan hanya untuk melindungi tenaga kesehatan yang bekerja di garis depan namun juga untuk kebutuhan masyarakat umum. Masker kesehatan bahkan sempat hilang dari pasaran, jikapun ada harganya tidak masuk akal.

Namun kebutuhan ini cepat terjawab ketika akhitnya PT Sri Rejeki Isman Tbk alias Sritex memulai memproduksi masker nonmedis untuk membantu masyarakat melindungi diri. Masker dari bahan kain ini sendiri dianggap cukup sebagai preventif sehingga kemudian harga di pasaran mulai kembali normal.

Meskipun baru efektif diproduksi pada pertengahan Maret 2020 lalu, nyatanya produk masker non medis ini langsung diminati. Hanya dengan harga Rp5.500 saja, masyarakat bisa mendapatkan masker dengan bahan yang nyaman dan terlindungi. Jauh lebih terjangkau dibandingkan masker yang ada di pasaran.

Beli Masker Sritex, Apakah Juga Harus Beli Saham SRIL?

Ketika harga masker kesehatan di pasar domestik menggilan dan sulit didapat, Sritex hadir dengan inovasinya berupa masker kain. Perusahaan tekstil yang berbasis di Sukoharjo, Jawa Tengah ini memproduksi masker dengan spesifikasi dua lapis yakni anti air dan anti microbial. Masker produksi Sritex ini bisa dipakai ulang dengan mencucinya atau dipanaskan dalam suhu 40 derajat celcius.

Sesuai dengan anjuran WHO, masker merupakan alat wajib perlindungan diri bagi masyarakat. Ketika masker kesehatan langka maka penggunaannya dikhususkan pada orang yang sedang sakit saja. Sedangkan yang sehat cukup hanya menggunakan masker kain saja sebagai langkah preventif.

Saat pertama kali dirilis, Sritex menerapkan sistem pre order dengan minimal pemesanan 1000 buah. Tak tangung-tangung, perusahaan dengan kode emiten SRIL itu menyiapkan lima nomor telepon untuk melayani pertanyaan dan pemesanan dari masyarakat. Hasilnya, masker ini laris manis.

Selain produksi masker Sritex yang sudah mencapai angka puluhan juta dollar, perusahaan ini juga sedang menikmati angin segar. Pasalnya, telah ditetapkan kebijakan bagi produsen Alat Pelindung Diri (APD) untuk dieskpor ke negara lain melalui Permendag No. 57 tahun 2020. Sebagai produsen APD tersertifikasi ISO 16604 Class 3, hal ini tentu akan meluaskan pasar APD yang diproduksi Sritex untuk merambah ke pasar internasional.

Negara seperti Jerman, Jepan, dan Amerika Serikat diketahui telah mengajukan permintaan akan produk masker Sritex dan pakaian APD. Sejumlah negara lainnya juga sedang dalam proses negosiasi meskipun belum ada rilis resmi akan jumlah permintaannya.

Perusahaan ini juga tengah mengembangkan produk berkonsep fashion safety, inovasi tersebut ditujukan agar konsumen dapat melakukan social distancing dan juga terhindar dari droplet saat beraktivitas di luar di masa New Normal ini. Inovasi juga dilakukan berupa pengembangan tokosritex.com untuk fashion-fashion hasil produksinya, selain bekerja sama dengan market place Tokopedia untuk memperluas jaringan distribusi ritelnya.

Sejumlah langkah ini bagaikan pertanda positif untuk kinerja perusahaan. Pasalnya, di saat perusahaan lain sedang berjuang menghadapi krisis dan melakukan efisiensi, Sritex masih bisa melakukan ekspansi meski terbatas.

Apakah ini berarti saham SRIL layak masuk portofoliomu? Yuk kita cek rekomendasinya.

Saham SRIL pada perdagangan 14 Juli ada di harga Rp193 per lembar. Memang ada penurunan dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Hanya saja angka ini sendiri sudah menjadi catatan positif. Selama sebulan terakhir, emiten ini tumbuh sebesar 30,41 persen.

Analis Ellen May, Founder Ellen May Institute mereferensikan pembelian SRIL untuk swing trading dengan pembelian maksimal di 197 sebanyak maksimal 5% dari modal swing trading. Jual jika harga turun dari 186 untuk pembatasan risiko, dengan perkiraan profit taking di kisaran 220-240.

Langkah ini sebaiknya dilakukan dengan strategi buy on weakness. Harga SRIL telah turun selama beberapa hari dan juga terjadi kenaikan harga yang signifikan serta melewati MA 20 diikuti dengan volume yang besar. Investor tetap disarankan untuk tidak agresif dan menjaga money management serta menjaga risiko saat trading.

Hal ini juga menilai peluangnya masker Sritex mengerek kinerjanya lewat peluang ekspor. Akibat Corona, kinerja ekspornya ke berbagai negara anjlok. Namun pemesanan masker Sritex dari sejumla h negara penderita Corona terbesar menjadi potensi tersendiri.

Selain itu, Sritex juga akan membagikan dividen tunai tahun buku 2019 sebesar Rp 20,45 miliar atau Rp 1 per saham. Rasio pembayaran dividen ini hanya sebesar 1,18% dari laba bersih tahun lalu. Keputusan besaran dividen yang lebih kecil diambil karena Sritex memandang perlu untuk menjaga likuiditas dengan memperkuat ekuitas pada masa pandemi ini.

Industri Tekstil Indonesia, Cemerlang Selama Tahun 2019

Industri tekstil lokal diklaim pemerintah mengalami peningkatan selama tahun 2019 lalu. Capaian ini tentu saja menjadi pertanda positif untukmu yang berminat berinvestasi pada industri ini di bursa saham. Salah satu emiten tekstil yang menjadi incaran ialah saham SRIL milik PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).

Data Kementerian Perindustrian mencatat, industri tekstil dan pakaian jadi menunjukkan kinerja yang signifikan pada tahun 2019, dengan pertumbuhan sebesar 15,35 persen. Pertumbuhan ini memasukkan industri tekstil dan pakaian jadi sebagai satu dari lima sektor manufaktur yang menjadi prioritas untuk memasuki era industri 4.0 berdasarkan Peta Jalan Making Indonesia 4.0. Data ini dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Sedangkan untuk tahun 2020, peluang pasar ekspor diperkirakan juga terbuka lebar salah satunya karena gonjang ganjing konflik perang dagang yang terjadi dan merebaknya virus Corona. Dampak awalnya ialah terjadi perlambatan laju impor produk tekstil dalam negeri dari Cina karena wabah tersebut.

Dihubungi kontan.co.id jakarta, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kemenperin Muhammad Khayam mengatakan pelaku tekstil lokal bisa memperluas besarnya dengan kesempatan ini. Hanya saja iklim usahanya memang harus terus ditingkatkan pula.

Di sisi lain, penurunan kinerja tekstil Cina juga berdampak signifikan pada pasokan bahan baku lokal. Pasalnya, selama ini produksi dalam negeri sudah sangat bergantung pada pasokan kain dari negara tirai bambu itu. Khususnya ekspor bahan baku garmen dan alas kaki.

Pelaku industri tekstil lokal harus putar otak untuk mencari suplier pengganti dengan tarif yang sebanding. Terlebih dengan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing belakangan yang performanya kurang memuaskan.

Fakta di atas tentu saja menjadi berita baik sekaligus buruk pada para investor yang menanamkan uangnya pada sejumlah perusahaan tekstil. Bagi beberapa investor pemula bahkan mungkin kabar ini terasa membingungkan. Jadi bagaimana nasib investasimu dalam waktu mendatang? Apakah harga sahamnya akan tetap stabil, naik atau saatnya dilepas karena proyeksinya buruk?

Menguji Peluang Saham SRIL di Bursa Saham Mendatang

PT Sri Rejeki Isman Tbk dianggap memiliki prospek bisnis yang cerah pada 2020 ini. Hal tersebut didukung oleh kinerja penjualan produk ekspor perusahaan yang dikenal dengan Sritex ini. Lalu apa saham SRIl sejalan dengan keberhasilan bisnisnya?

Sejauh ini, SRIL cukup sukses dalam mendorong penjualan ekspor. Telah terbukti, pada semester pertama lalu penjualan ekspor SRIL naik sebesar 29,44% (yoy) menjadi US$377,69 juta. Angka tersebut melewati pertumbuhan penjualan domestik SRIL yang hanya mencapai 0,77% di semester satu lalu menjadi US$253,94 juta.

Dalam risetnya, Analis Sucor Sekuritas Marlene Tanumihardja menjelaskan, kontribusi penjualan ekspor SRIL naik dari 54% di semester pertama 2018 menjadi 60% di semester pertama 2019. Menurutnya, penjualan ekspor telah membantu mempercepat pertumbuhan pendapatan SRIL secara menyeluruh.

Hal ini dikarenakan meningkatnya permintaan dari pelanggan asing, khususnya AS dan Amerika Latin. Ekspor SRIL untuk kedua kawasan itu melonjak hingga 221,1% (yoy) di paruh pertama 2019. Peluang SRIL untuk kembali mengambil keuntungan dari perang dagang AS-China maupun isu global yang menghantam masih sangat terbuka.

Apalagi, perusahaan ini memiliki produk tekstil yang cukup beragam. Kualitas produknya pun diakui oleh dunia, mulai dari benang, kain mentah dan kain jadi, hingga pakaian jadi. Satu hal yang bisa menghalangi langkah SRIL adalah ancaman devaluasi mata uang yuan China. Aksi itu sangat sulit dihindari, mengingat perang dagang yang memaksa China untuk melakukan segala hal agar produknya tetap terjual di pasar dunia.

Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menyebutkan, di atas kertas devaluasi yuan membuat berbagai produk Indonesia kalah saing dengan China. Namun, ia meyakini jika efek tersebut terhadap prospek bisnis SRIL masih kecil. Tidak hanya Amerika Serikat dan China, SRIL juga memasok kebutuhan tekstil ke beberapa negara di kawasan Afrika, Amerika Latin, Eropa, hingga Australia.

Potensi Saham SRIL

SRIL juga dikenal sebagai pemasok bahan tekstil untuk kebutuhan khusus, salah satunya adalah pakaian militer. Kinerja SRIL juga diperkirakan akan terus bertahan sepanjang tahun ini. Terlebih lagi dengan PT Sri Rejeki Isman Tbk. membidik pertumbuhan pendapatan dan laba single digit pada tahun ini.

Di antara sejumlah emitan tekstil, saham SRIL dinilai masih menjadi yang paling menarik dan difavoritkan oleh analis. Pasalnya, perusahaan memiliki keunggulan dengan model bisnis dari hulu ke hilir. Selain itu, valuasi Sritex (SRIL) dianggap cukup murah untuk dimiliki.

Hanya saja, saham PT Sri Rejeki ini dinilai kurang cocok untuk trading harian, mengingat pergerakan sahamnya cenderung stagnan untuk jangka pendek. Para pengamat merekomendasikan beli saham SRIL dengan target Rp430 per saham. Pendapatan SRIL diprediksi mencapai US$1,19 miliar di akhir 2019 ini. Sementara itu, laba bersihnya mencapai US$129 juta.

Selain itu, PT Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex) juga belum tertarik untuk mengekspansi pabrik dalam waktu dekat, meskipun peluang investasi di beberapa daerah di Jawa Tengah terbuka sangat lebar. Presiden Direktur Sritex, Iwan Setiawan Lukminto mengatakan, sejauh ini pihaknya belum tertarik untuk melakukan ekspansi ke wilayah yang diprediksi akan menjadi pusat industri baru di Jawa Tengah.

Sebab, ekspansi bisnis Sritex bakal difokuskan di wilayah Sukoharjo yang merupakan pusat bisnis utama grup perusahaan yang didirikan sejak 53 tahun lalu itu. Langkah ini juga memberikan pertanda bahwa kinerja perusahaan akan tetap stabil karena tidak ada risiko produksi. Hanya saja memang peluang kenaikannya juga rendah karena tidak ada inovasi berarti.

Selama awal tahun ini, emiten SRIL mencatatkan kinerja yang terus stabil dan positif. Sebagaimana diberitakan oleh Okezone.com, saham ini menjadi salah satu dari top gainer perdagangan bursa pada Kamis 20 Februari lalu. Hingga penutupannya, saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) naik Rp6 atau 2,61% ke Rp238.

Kamu yang percaya dengan kekuatan industri tekstil sebaiknay mempertimbangkan untuk memiliki saham SRIL ini. Selain potensi cuannya yang juga besar, kamu juga mendukung pertumbuhan industi lokal dengan berinvestasi di perusahaan ini. Kamu bisa menanamkan modalmu lewat investasi reksa dana di aplikasi Ajaib untuk transaksi yang mudah dan aman.

Selain itu, kamu juga bisa mendapatkan produk reksa dana lainnya. Bingung soal peluangnya? Jangan khawatir karena akan ada tim ahli dari Ajaib yang akan membantu memilihkan produk reksa dana terbaik bagimu. Yuk mulai berinvestasi!

Artikel Terkait