Reksa Dana

Jual atau Beli Reksa Dana Saat Wabah Virus Corona? Belajar dari SARS

Apa yang kamu perlu lakukan saat kekhawatiran yang disebabkan oleh wabah virus Corona jenis terbaru atau Novel Coronavirus (2019-nCoV) meningkat? Beli reksa dana (subscribe) atau jual reksa dana (redeem)?

Belajar dari pengalaman wabah SARS (Sever Acute Respiratory Syndrome) yang pernah terjadi pada tahun 2003, ada kemiripan suasana dan keadaan antara wabah virus 2019-nCoV sekarang ini dengan wabah SARS 17 tahun lalu. 

Mari kita lihat tiga reksa dana dengan total aset terbesar, yang masing-masing mewakili jenis: 1) reksa dana saham; 2) pendapatan tetap; 3) dan pasar uang, seperti pada tabel berikut:

Ternyata, wabah 17 tahun lalu mengajarkan kita untuk beli reksa dana, daripada jual. Keuntungan maksimal didapat jika kamu beli reksa dana jenis Saham. Yuk kita bahas alasannya dengan angka-angka. 

Andaikan kamu jual reksa dana (redeem) di tengah kekhawatiran wabah SARS memuncak pada 11 Maret 2003, saat WHO (World Health Organization) menetapkan situasi darurat. Asumsinya adalah kamu memiliki reksa dana yang kamu jual tersebut sejak 1 Januari 2003. 

Dalam kolom “Jual” pada tabel tersebut, terlihat kamu akan mengalami kerugian sebesar 7,7% jika yang dijual adalah reksa dana jenis Saham, untung 3% untuk reksa dana Pendapatan Tetap, dan untung 0,32% untuk reksa dana Pasar Uang.  

Sementara jika kamu beli reksa dana (subscribe) di tengah kekhawatiran wabah SARS memuncak pada 11 Maret 2003, dengan asumsi kamu tahan reksa dana tersebut sampai akhir tahun, 31 Desember 2003, maka seperti yang diperlihatkan dalam kolom “Beli”, kamu akan untung.  

Jika yang kamu beli adalah reksa dana Saham, maka kamu akan untung sebesar 93,1%, reksa dana Pendapatan Tetap untung 5%, reksa dana Pasar Uang untung 6,78%. 

Pengalaman tahun 2003 mengatakan bahwa terjadi kenaikan harga saham yang terus menerus di Bursa Efek Indonesia (atau disebut market rally) setelah virus SARS dapat dikendalikan (contained). Kenapa ada kecenderungan market rally? Yuk simak poin-poin alasan di bawah ini:

1. Pada umumnya negara-negara akan menggelontorkan stimulus baik moneter maupun fiskal untuk mendorong daya beli. Misalnya, empat hari lalu (3 Februari), PBOC (People’s Bank of China) menggelontorkan dana segar sekitar $130 miliar (1,771 T Rupiah) ke pasar melalui operasi moneter. Dampak penyuntikan dana ini pada ekonomi akan lebih terasa pada saat kekhawatiran yang disebabkan oleh wabah virus sudah berlalu. 

2. Euforia ketika virus dapat dikendalikan karena masyarakat pada umumnya takut akan hal yang mereka belum ketahui. SARS adalah sesuatu yg baru pada saat itu, seperti virus 2019-nCoV saat ini. Reaksi pertama atas ketidaktahuan umumnya adalah menjual, padahal setelah krisis terlewati (saat penyebaran virus akhirnya dapat dikendalikan), semuanya akan berbalik (rebound).  

3. Seluruh dunia biasanya berlomba-lomba untuk menurunkan suku bunga, dan ini menguntungkan bagi yang pegang aset, termasuk reksa dana (dibanding yang pegang uang tunai atau deposito bank). Penurunan suku bunga, selain akan membantu daya beli masyarakat, juga akan mendorong biaya pinjaman dana (financing cost) yang ditanggung perusahaan menjadi lebih rendah. Ini akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mencetak laba, yang pada gilirannya memberi dampak positif terhadap reksa dana jenis Saham dan Pendapatan Tetap.

Seperti diketahui, PBOC telah memotong suku bunganya sebesar 10 basis points (1/10 poin persentasi) pada 3 Feb 2020. Thailand menurunkan suku bunga sebesar 25 basis points (1/4 poin persentasi) pada tanggal 5 Feb 2020, sehingga menyentuh level terendah dalam sejarah. Filipina juga memotong suku bunganya sebesar 25 basis points pada tanggal 6 Feb 2020. Negara lain seperti Korea Selatan, Australia dan bahkan Amerika Serikat dikabarkan akan menurunkan suku bunga juga dalam bulan-bulan mendatang.

Perkembangan Virus Corona Saat Ini

Sampai saat ini, korban jiwa akibat virus Corona baru (2019-nCoV) asal Wuhan tercatat sebesar 636 orang, berdasarkan data per hari Jumat tanggal 7 Februari, jam 8.00 WIB (lihat infografis di bawah ini). Dari angka tersebut, 634 di antaranya merupakan warga China dan dua orang merupakan warga Filipina dan Hong Kong. 

Tahun 2003, korban meninggal wabah SARS di China tercatat sebesar 349 orang, dari total 5.327 orang yang terinfeksi. 


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.   

Artikel Terkait