Investasi, Saham

Apa itu Investor Aktivis atau Aktivis Pemegang Saham?

Ajaib.co.id – Istilah investor aktivis belum terlalu populer di Indonesia. Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui apa itu investor aktivis dan apa tujuannya. Media massa pun jarang mengangkat tema tentang sepak terjang investor aktivis ini.

Investor aktivis (investor activist) disebut juga dengan aktivis pemegang saham merupakan istilah yang lazim digunakan di kalangan investor Amerika Serikat. Istilah ini juga dilekatkan untuk sosok orang atau lembaga yang mengelola dana yang besar seperti hedge fund.

Ada banyak contoh investor aktivis dan sepak terjangnya di dunia. Kita dapat melihat contoh-contoh perusahaan yang diambil alih oleh aktivis pemegang saham tersebut. Lalu, bagaimana dengan investor activist di Indonesia? Simak pembahasan tentang investor activist berikut ini.

Pengertian dan Tujuan Investor Activist

Menurut Investopedia, pengertian investor aktivis atau aktivis pemegang saham adalah individu, kelompok, atau perusahaan maupun lembaga yang membeli saham perusahaan publik dalam jumlah tertentu  dengan tujuan khusus. 

Saham yang dibeli ini bisa dalam jumlah yang signifikan agar dapat memiliki kewenangan yang lebih dari pemegang saham pada umumnya.  Namun bisa juga jumlah sahamnya termasuk minoritas, namun disertai dengan tindakan lain seperti publikasi media dan menggunakan tekanan kepada pemegang saham lainnya.

Biasanya yang menjadi investor activist adalah pihak yang berasal dari private equity, hedge fund, atau seorang crazy rich. Selain itu, aktivitas ini juga didukung oleh pihak lainnya yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Tujuan dari investor activist antara lain untuk memengaruhi kebijakan perusahaan serta mengarahkan jalannya perusahaan. Selain itu, ada kemungkinan juga untuk meraih posisi sebagai dewan direksi, mengganti manajemen, dan lain sebagainya.

Investor aktivis berusaha untuk membuat perubahan besar dalam strategi sebuah perusahaan publik. Harga saham akan dinaikkan untuk menyuarakan keprihatinan atas kondisi perusahaan. Pemegang saham yang lain pun akan dilobi untuk mendukung kebijakan yang diusung.

Dapat dikatakan bahwa pihak yang memiliki modal besar ini berusaha untuk membeli saham suatu perusahaan dan mendapatkan posisi strategis di perusahaan tersebut. Setelah menduduki posisi direktur, maka akan lebih mudah untuk mengendalikan cara kerja perusahaan dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang diperlukan.

Keberadaan investor pemegang saham ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Baik dan buruknya, aksi investor activist kerap menjadi momok tersendiri bagi pemilik perusahaan. Strategi yang dijalankan sering kali sulit ditebak dan memiliki dampak yang besar terhadap perekonomian.

Biasanya perusahaan yang menjadi target dari investor activist adalah perusahaan yang tidak sehat atau hampir mengalami kebangkrutan. Mungkin di publik perusahaan tersebut masih terlihat baik-baik saja, namun mungkin pengelolaannya tidak baik dan terjadi penggelembungan biaya.

Dengan diambil alih oleh investor activist, diharapkan perusahaan yang tidak dikelola dengan baik tersebut bisa terhindar dari kebangkrutan. Selain itu, bisa jadi ada tujuan etis atas pengambilalihan sebuah perusahaan, seperti isu dampak lingkungan dan hak-hak tenaga kerja.

Contoh Investor Aktivis dan Kiprahnya di Indonesia

Seperti dikutip oleh Big Alpha, salah satu contoh investor aktivis adalah Third Point LLC  yang merupakan hedge fund. Berita tentang  investor activist ini banyak diulas media massa di Amerika Serikat.

Third Point LLC melakukan penekanan terhadap Intel Corp yang merupakan perusahaan chip komputer besar di AS. Sebagai investor activist, Third Point LLC mendorong Intel Corp untuk melakukan beberapa  perubahan strategis karena adanya penundaan produk.

Bukan rahasia umum jika Dan Loeb, petinggi di Third Point LLC, merupakan seorang investor activist yang kiprahnya sering diangkat media. Perspektif dan opini dari Dan Loeb kerap dituangkan dalam pernyataan terbuka yang diliput media massa. Sehingga perusahaan yang terkait mendapatkan tekanan untuk segera memberikan respon.

Contoh investor activist lainnya adalah Carl Icahn yang berhasil mengambil alih perusahaan penerbangan TWA pada Tahun 1985. TWA merupakan salah satu maskapai penerbangan yang terbesar saat itu. Carl Icahn berhasil mengambil alihnya dan menghindarkan TWA dari kebangkrutan.

Carl Icahn merupakan seorang pengusaha yang dikenal sebagai investor tradisional yang dermawan. Reputasinya sebagai seorang investor aktivis mulai dikenal sejak Tahun 1980-an. Sampai saat ini sepak terjang Carl Icahn ini masih disorot media.

Pandangan dan pernyataan dari Carl Icahn masih diperhatikan media dan para investor saat ini. Misalnya ketika awal tahun ini Carl Icahn memberikan peringatan tentang kemungkinan adanya penurunan signifikan pada saham di titik-titik tertentu. 

Pernyataan Carl Icahn untuk lebih waspada tersebut muncul pada saat bursa saham Amerika Serikat turun tajam di perdagangan hari pertama Tahun 2021.  Sekitar tiga indeks saham utama mengalami penurunan lebih dari 3% dan DOW jatuh sebanyak 700 poin.

Bagaimana dengan kiprah investor aktivis di Indonesia? Seperti disampaikan sebelumnya, istilah investor activist belum terlalu populer di Indonesia. Pemberitaan tentang investor aktivis pun masih sangat terbatas.

Jika pun ada, kiprah tentang investor aktivis di Indonesia belum banyak disorot. Sehingga masih sulit untuk mengetahui langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh para aktivis pemegang saham tersebut.

Keberanian investor aktivis untuk mengemukakan pendapat dan mewujudkannya dengan strategi yang matang sangat diperlukan untuk memperbaiki perusahaan publik yang tidak dikelola dengan baik.

Dengan dukungan modal yang besar, suara investor aktivis akan lebih diperhitungkan oleh pengambil keputusan, dibandingkan dengan investor ritel yang memiliki sedikit dari porsi kepemilikan saham sebuah perusahaan.


Apakah kamu tertarik untuk menjadi investor aktivis? Sebaiknya persiapkan strategi dengan matang dan jalin kerja sama dengan pihak-pihak yang berpengaruh. Gunakan data yang akurat serta pertimbangkan juga risiko-risiko yang mungkin terjadi.

Artikel Terkait