Ekonomi

Amerika Serikat Resesi, Apa Harga Dolar Masih Tetap Stabil?

Ajaib.co.id – Investor valas harus gigit jari setelah Amerika Serikat mengalami resesi dan membuat harga dolar kian anjlok saja. Hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi dan kesehatan yang melanda seluruh dunia termasuk Amerika Serikat.

Beban ekonomi yang harus ditanggung oleh Amerika Serikat akibat politik dan pandemi Covid-19 menempatkan negeri Paman Sam ke dalam resesi ekonomi. Di mana, pada kuartal I 2020 minus 5% dan kuartal II 2020 minus 32,9%. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat ini menjadi yang paling buruk sejak 1947.

Di Amerika Serikat keganasan pandemi Covid-19 telah membuat banyak bisnis gulung tikar dan jutaan warga AS harus kehilangan pekerjaannya akibat di-PHK oleh perusahaan. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat juga dinilai akan lebih lambat dibanding negara-negara lainnya yang lebih baik dalam penanganan Covid-19.

Hingga saat ini, jumlah kasus positif di Amerika Serikat sudah menembus hingga lebih dari 5 juta orang dan menjadi yang tertinggi di dunia.

Apakah Harga Dolar Masih Akan Tetap Stabil Meski Amerika Serikat Mengalami Resesi?

Hal ini menjadi pertanyaan yang banyak diutarakan oleh para pemegang mata uang USD, di mana penyebab naik atau turunnya nilai tukar dolar bisa disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:

1.    Permintaan

Hukum yang tidak boleh dilupakan adalah tingkat permintaan dan penawaran, di mana bila permintaan akan mata uang dolar semakin meningkat. Hal ini akan membuat harga dolar semakin naik ataupun sebaliknya. Di tengah resesi seperti saat ini, banyak investor spekulan yang memanfaatkan situasi dan kondisi yang terjadi.

Mereka menyimpan mata uang USD dalam jumlah yang banyak dan menjualnya dengan harga yang tinggi. Hal ini pernah membuat nilai tukar rupiah terkoreksi sangat dalam, ini adalah penyebab krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada 1997.

Selain itu, kita juga harus mengetahui bahwa permintaan akan mata uang sangat sensitif dengan kebijakan moneter dan isu geopolitik yang terjadi.

Perlu diketahui, sebagai mata uang utama, dolar masih menjadi cadangan devisa terbesar di banyak negara. Sehingga, bila permintaan akan dolar masih tinggi untuk diperdagangkan otomatis harga dolar cenderung stabil.

2.    Kebijakan Moneter

Faktor yang bisa membuat nilai tukar USD mengalami depresiasi adalah kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Fed, bank sentral Amerika Serikat. Contohnya, menurunkan dan menaikkan suku bunga acuan, suku bunga simpanan, dan suku bunga pinjaman.

Di mana, penurunan suku bunga oleh bank sentral dapat mendorong investor untuk meminjam uang di bank. Lalu, uang hasil pinjaman tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan konsumen, hal ini akan merangsang ekonomi Amerika Serikat.

Selain itu, ada pula pengalihan uang dari Amerika Serikat dalam bentuk dolar ke negara-negara lainnya yang lebih menjanjikan suku bunga yang lebih tinggi dibanding di bank Amerika Serikat. Hal ini akan berimbas melemahnya harga dolar dengan mata uang negara lainnya yang memiliki penghasilan yang tinggi.

3.    Inflasi

Satu-satunya tujuan dari kebijakan moneter yang diterbitkan oleh sebuah bank sentral adalah membuat tingkat inflasi sesuai dengan skenario yang diinginkan. Salah satu indikator untuk mengukur inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Tentunya di masing-masing negara, IHK bisa bersumber dari berbagai aspek misalnya di Indonesia tarif transportasi online menjadi salah satu indikator untuk mengukur inflasi.

Tingginya inflasi membuat melemahnya sebuah nilai mata uang dan mengakibatkan harga barang-barang menjadi naik, serta menurunkan permintaan. Namun, impor menjadi lebih menarik bagi bagi konsumen di negara dengan inflasi yang lebih tinggi untuk dibeli.

4.    Kekuatan Ekonomi di Negara

Negara yang memiliki ekonomi yang kuat cenderung memiliki mata uang yang kuat. Inilah mengapa ketika ekonomi di suatu negara mulai melemah, banyak investor yang memindahkan uangnya ke negara lain. Hal ini akan melemahkan mata uang lokal akibat minat investor yang berkurang.

Untuk saat ini, negara Amerika Serikat masih menjadi negara dengan ekonomi terkuat di dunia dan diikuti oleh Tiongkok di posisi kedua.

5.    Perdagangan

Faktor berikutnya adalah perdagangan, di mana negara Amerika Serikat lebih banyak mengimpor dibanding mengekspor, dan telah melakukan kebijakan ini selama beberapa dekade terakhir.

Negara Amerika Serikat juga menerbitkan surat utang, di mana Tiongkok dan Jepang menjadi salah satu negara yang memberikan pinjaman dalam jumlah yang besar ke Amerika Serikat.

Namun pinjaman ini memiliki jatuh tempo, bunga, serta utang pokok yang perlu dibayarkan. Bila negara pemberi pinjaman menganggap bahwa tingkat utang tidak dapat dipertahankan, hal ini mengakibatkan harga dolar melemah.

Amerika Serikat Pernah Resesi 33 Kali

Sebagai negara dengan sejarah yang panjang dan menjadi kekuatan ekonomi dunia. Amerika Serikat tercatat pernah mengalami resesi sebanyak 33 kali.

Setidaknya, bagi sebuah negara membutuhkan waktu hingga 2 tahun untuk kembali memulihkan perekonomian menjadi seperti sediakala. Bahkan, negara Amerika Serikat diprediksi bisa keluar dari masa resesi akibat Covid-19 pada akhir tahun ini.

Salah satu kuncinya adalah memiliki pasar keuangan yang baik dan menguatkan kebijakan perlindungan sosial seperti yang telah dilakukan Singapura. Sehingga, harga dolar Singapura masih tetap stabil hingga saat ini.

Kebijakan CARES senilai USD2,3 triliun sudah ditandatanggani oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Bantuan stimulus ini mencakup tunjangan pengangguran, pinjaman untuk usaha kecil, dan cek senilai USD1.200 untuk warga Amerika Serikat.

Hal ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat di sana untuk mendorong pemulihan ekonomi untuk dibelanjakan agar meningkatkan daya beli di masyarakat.

Bila perlindungan sosial sudah berjalan efektif, saat vaksin dan obat-obatan Covid-19 telah ditemukan maka negara Amerika Serikat akan keluar dari masa resesi.

Kestabilan harga dolar AS bisa dipengaruhi oleh kekuatan pasar keuangan dan perlindungan sosial di Amerika Serikat. Bila kamu masih khawatir dengan harga dolar yang saat ini masih belum menunjukkan kestabilan harga setelah Amerika Serikat resesi, kamu bisa menempatkan danamu di reksa dana maupun saham yang bisa kamu beli aset-aset tersebut di aplikasi Ajaib.

Artikel Terkait